Informan yang lain juga mengatakan hal yang hampir sama dengan informan sebelumnya sebagai berikut:
“Ya berbeda laaa... Gay menjadikan dirinya laki-laki banget. Tidak mau di samakan seperti perempuan. Waria lebih ke perempuan. Kalau
waria di salon kak, shopping, nongky-nongky, dan jarang waria mau beli barang-barang
yang mahal ataupun ikut fitnes”
Gaya hidup
merupakan gambaran
bagi setiap
orang yang
mengenakannyadan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakatdisekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang
dibudayakan oleh setiaporang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman danteknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin
canggihnya teknologi, makasemakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupansehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat
memberikan pengaruh positif ataunegatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya.
5.5 Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis Gay Memiliki
Resiko terhadap Kesehatan Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 informan mengenai
persepsi informan tentang hubungan sesama jenis gay memiliki resiko terhadap kesehatan, keseluruhan informan menanggapi hal ini adalah benar adanya seperti
yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut:
“Pasti ada kak... ada lecet-lecet paling sering. Aku kalau sakit aja periksa ke dokter kak. Pernah membengkak dubur aku kak. Kata dokter,
terlalu kasar melakukan hubungannya kak. Duhhhh.... sakit kali kak bengkak anus aku. Aku biasanya pake v-gell kak atau minyak zaitun
Universitas Sumatera Utara
sebelum melakukan. Takut juga sebenarnya kak kenak HIVAIDS. Tapi yaasudahlaaaa... hehehehe...”
Keseluruhan informan ini juga mengetahui jenis-jenis resiko yang merugikan bagi kesehatan dan keseluruhan informan juga menjelaskan bagaimana
cara mereka sendiri menghindari berbagai resiko tersebut seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut:
“Pastilah banyak penyakit yang merusak kelamin. Apalagi sifillis, HIV. Sangat penting bagi aku pakai kondom dek harus ku paksa pake.
Kalau dia gak mau g ak usah jadi kubilang sama dia”
Ungkapan informan sebagai berikut:
“Menurut awak kak itu bisa beresiko. Tapi kalau memang pasangan seksual itu dari awal sampai akhir dia sama dan tidak ada melakukan
penyimpangan gay nya dengan yang lain itu gak beresiko tetap aman aja. Tapi kalau tukar-tukar pasangan itu baru bisa terkena. Penytakit yang biasa
terkena untuk saat ini saya sering mengamati gonore, sifillis. Pengen cari yg setia karena takut kena virus HIV”
Ungkapan informan lain sebagai berikut:
“Resiko pasti sih kak. Aku sih pernah baca-baca artikel gitu kak kalau hubungan gay itu resikonya lebih tinggi terkena penyakit kayak
HIVAIDS tapi kan tergantung kita gitu juga sih kak kalau emang kita tau beresiko kita main amanla kak. Misalkan kita mau main aman sama si
abang yaa suruhla abangnya pakai kondom dulu . Kalau emang gak mau pakai kondom ya awak campakkan la dulu dia. Ngapain dia bawa-bawa
penyakit sama awak. N anti dua duanya sama sama sakit”
Dari ungkapan informan diatas dapat dilihat gaya hidup mereka melakukanhubungan sesama jenis yang dilakukan melalui anal dapat
menimbulkan penyakit menular seperti gonore , HIV, hepatitis dan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagainya, walaupun seoranghomoseksual tidak melakukan anal seks tapi melakukannya melalui oral juga dapatmenyebabkan terjadinya penyakit menular
seksual sebagaimana yang terjadi jikamereka melakukannya melalui anal. Salah satu resiko melakukan hubungan seksual adalah kemungkinan
untukterkena PMS. Faktor risiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman dalamberhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti
pasangan.Menurut Davison 2004 dalam Hartanto 2006 bahwa Perilaku homoseksual ataugay dapat berawal pada masa kanak-kanak, karena gangguan
perkembangan seksualseseorang ditambah dengan pengaruh orang tua yang tidak baik.
Dari pernyataan ke 5 informan peneliti menyimpulkan bahwa 2 dari informan kaum homoseksual gay sudah memperhatikan keamanan terhadap
penyakit menular seksual dalam melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka yang selalu menggunakan alat pengaman seperti kondom,
gell, dan lain sebagainya untuk mencegah penyakit menular yang beresiko bagi kesehatan mereka.
5.6 Informan yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual dengan