embel propaganda “kemanusiaan”, gerakan LGBT berhasil memperoleh simpati dari masyarkat di berbagai belahan dunia. Beberapa negara di dunia. Seperti
negara-negara di Eropa dan Amerika, melegalkan LGBT. Di Belanda, pernikahan sesama jenis diakui oleh negara sehingga para LGBT bebas mengekspresikan
dirinya layaknya makhluk yang bebas. Begitu juga pengakuan LGBT di beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, dan lain-lain Wilcox,
2003. Dari sisi kesehatan, tentu legalisasi LGBT akan berdampak buruk di
indonesia. Penganut LGBT berpotensi besar mengalami gangguan kesehatan seksual. Jelas sekali hal itu bisa terjadi. Pasalnya, penganut LGBT pasti
melakukan kegiatan seks yang menyimpang. Sebut saja kaum homoseksual. Kaum gay yang melakukan aktivitas seksual tidak akan sama seperti kaum
heteroseksual yang normal. Walau terkadang, banyak juga kaum heteroseksual yang melakukan aktivitas menyimpang. Banyak dari kaum LGBT terkena
penyakit seks, seperti sifilis, gonore dan bahkan HIVAIDS Wilcox, 2003.
2.6 Pengertian Homoseksual
Homoseksual adalah rasa ketertarikan romantis dan seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi
seksual, homoseksual mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis terutama atau secara
ekskliusif pada orang dari jenis kelamin sama. Istilah umum dalam Homoseksual yang sering di gunakan adalah Gay untuk pria pecinta sesama jenis Adesla,
2009. Menurut Kartono 1989 Homoseksual adalah relasi seks dalam jenis
kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Banyak teori-teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas di antaranya adalah :
a. Faktor herediter berupa tidak seimbangnya hormon-hormon seks
b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi
perkembangan kematangan seksual yang normal c.
Seseorang yang mencari kepuasan relasi homoseks, karena pengalaman homoseks pada remaja
d. Pengalaman traumatis pada ibunya sehingga timbul kebencian atau
antisipasi terhadap ibunya dan semua wanita.
2.7 Sikap dan Tingkah Laku Homoseksual
Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan.
Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan
mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu, terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja,
namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. Sementara beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun
kemudian melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa. Sementara, beberapa individu tingkah laku heteroseksual di masa remaja, namun kemudian
melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa Halonen dan Santrock,1996 dalam Ramadhani, 2011.
Selama dekade terakhir ini, sikap terhadap homoseksual ini menjadi permisif sejak tahun 1986, sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh Gallup
mulai mengenal adanya pergeseran konservatif dan oleh kesadaran publik akan
Universitas Sumatera Utara
penyakit AIDS Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Peningkatan jalur keras terhadap homoseksual ini mungkin saja bersifat sementara. Jejak pendapat tahun
1989 Gallop sekali lagi menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap hak- hak kaum gay. Individu yang memiliki sifat negatif terhadap homoseksual juga
cenderung menyetujui pengawasan AIDS secara ketat, misalnya dengan mengeluarkan penderita AIDS dalam tempat kerja Ramadhani, 2011.
Perasaan yang tidak rasional dan negatif terhadap homoseksual disebut homophobia. Dalam bentuk yang lebih ekstrem, homophobia dapat menyebabkan
munculnya tingkah laku mengolok-olok, memukul atau bahkan membunuh. Umumnya homophobia berhubungan dengan tingkah laku menghindari
homoseksual. Walaupun identitas gay telah dipelajari secara meluas peneliti yang melakukan penelitian terhadap identitas gay ini sering diartikan sebagai proses
pemunculan yang terdiri dari tiga tahap yaitu sensitisasi kesadaran yang disertai dengan rasa bingung,penyangkalan, rasa bersalah, malu dan penerimaan
Hartono, 2006. Salah satu aspek berbahaya dari ternodanya homoseksualitas adalah
devaluasi diri yang sering dilakukan oleh individu gay. Salah satu bentuk yang umum dari devaluasi diri disebut dengan passing, proses menyembunyikan
identitas sosial seseorang yang sebenarnya. Yang termasuk dalam strategi passing antara lain memberikan informasi yang menyembunyikan identitas homoseksual
seseorang atau menghindari identitas seksual seseorang yang sebenarnya. Pertahanan terhadap pengenalan diri seperti ini sangat berakar dimasyarakat,
tanpa dukungan yang memadai dan rasa takut menjadi tercela, banyak gay yang menutup diri mereka dan kemudian muncul kembali pada suatu saat yang lebih
aman biasanya ketika merekakuliah Gruskin, 1994 dalam Ramadhani 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Jenis Homoseksual