Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pemberian Kredit Perbankan

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pemberian Kredit Perbankan

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan maka tugas dan wewenang Bank Indonesia dalam hal pengawasan perbankan otomatis beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 55 UU OJK mengenai ketentuan peralihan tugas dan wewenang Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan. Ayat 1 Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan. Ayat 2 Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 34 UU BI menegaskan juga bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2012. Pembentukan OJK ini sudah lama menjadi perbincangan setelah terjadinya krisis ekonomi yang merugikan negara dalam hal sektor keuangan. OJK mulai melaksanakan tugas dan fungsinya sejak Desember 2012, dengan meleksanakan fungsi sebagai lembaga pengawas Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank IKNB menggantikan tugas dan fungsi Bapepam- LK. OJK juga memulai tugas dan fungsi pengawasan industri perbankan pada Universitas Sumatera Utara Desember 2013. Dijelaskan lebih lanjut di dalam Pasal 5 UU OJK bahwa OJK berfungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Dan di dalam melakukan pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan, OJK menerapkan sistem pengawasan yang terintegrasi. Artinya, seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan OJK. Sistem pengawasan jasa keuangan pada awalnya pertama kali dilakukan di Skandanavia pada pertengahan tahun 1980-an. 107 a. Melaksanakan pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan. Pasal 6 UU OJK telah menjelaskan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di berbagai sektor lembaga jasa keuangan. Terkait tugas OJK yang tercantum dalam Pasal 6 UU OJK yaitu : Tugas OJK dalam hal pengawasan perbankan hanya berkaitan dengan aspek micro-prudential supervision 108 107 Disampaikan di seminar OJK, Op.Cit. 108 Micro-prudential supervision adalah pengaturan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan ekonomi negara. Raiz Rozali yang bertujuan untuk menjaga tingkat kesehatan bank secara individu seperti kelembagaan, aspek kehati-hatian, kegiatan usaha, dan penilaian tingkat kesehatan. Pengawasan bank bertujuan menjadikan bank itu sehat dan bisa bersaing secara individu, menjadikan bank itu sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, dan menjadikannya bank yang efisien dalam melaksanakan fungsi intermfcediasinya. Dengan demikian, bank dapat Universitas Sumatera Utara melindungi kepentingan masyarakat customer protection melalui industri perbankan yang kuat sehingga pada gilirannya masyarakat dan negara bisa berharap memperoleh stabilitas sistem keuangan sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan. Pengawasan terhadap bank meliputi kegiatan pemberian izin, membuat peraturan-peraturan, pengawasan kegiatan usaha dan pengenaan sanksi. 109 b. Melakukan pengaturan dan pengawasan di sektor Pasar Modal. Pasar Modal sebagai tempat bertemunya para penjual dan para pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal emiten, sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli investor adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Terdapat lembaga-lembaga yang terlibat di pasar modal antara lain lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swasta. Lembaga pemerintah terdiri dari BAPEPAM-LK, Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, Departemen Kehakiman. Sedangkan lembaga swasta terdiri dari notaries, akuntan public, konsultan hukum, penilai dan konsultan efek. Pengaturan dan pengawasan pasar modal semula dilakukan oleh BAPEPAM-LK yaitu lembaga di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang bertugas membina, mengatur dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis 109 Sulisistyo, http:xa.yimg.comkqgroups240631102095520493namakajianakademik.okl-ui- ugn.vesi+230810.pdf diakses pada 4 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara dibidang lembaga keuangan. Namun setelah lahirnya Otoritas Jasa Keuangan, fungsi BAPEPAM-LK ini beralih ke Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengaturan dan pengawasan seluruh kegiatan jasa keuangan di bidang pasar modal, termasuk kegiatan pemeriksaan dan penyelidikan dan Otoritas Jasa Keuangan juga berkoordinasi dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas, termasuk dengan penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan dalam menindaklanjuti hasil penyidikan. Pembinaan, pengaturan dan pengawasan pasar modal dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengaturan dan pengawasan usaha perasuransian yang meliputi kesehatan keuangan bagi perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi yang terdiri dari batas tingkat solvabilitas, retensi diri, reasuransi, investasi, cadangan teknis, dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan keuangan termasuk pengawasan dalam penyelenggaraan usaha yang terdiri dari syarat-syarat polis asuransi, tingkat premi, penyelesaian klaim, persyaratan keahlian dibidang Universitas Sumatera Utara perasuransian, dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha. Terkait dengan tugas dan fungsinya, OJK mempunyai wewenang dalam menjalankan tugasnya, antara lain : 110 a. Mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan yang diselenggarakan Lembaga Jasa Keuangan. Yang termasuk mengatur dan mengawasi pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan yang diselenggarakan Lembaga Jasa Keuangan adalah : 1 Membuat peraturan di bidang jasa keuangan; 2 Melaksanakan uji kepatutan dan kelayakan; 3 Mewajibkan penyampaian informasi dokumen dan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan; 4 Mengeluarkan perintah tertulis; 5 Melakukan pemeriksaan berkala; 6 Menunjuk Pengelola Statuter dan melakukan tindakan dalam rangka pemberesan; 7 Mengalihkan sebagian atau seluruh portofolio usaha; dan 8 Melakukan penyidikan. b. Menegakkan peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan. 110 Penjelasan Pasal 52 ayat 1 Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan Universitas Sumatera Utara Penegakan peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif, sehingga peraturan tersebut berdaya guna dan berhasil guna. c. Melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pemahaman dan memelihara kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan. Pemahaman publik yang baik terhadap sektor jasa keuangan akan membuat masyarakat dapat lebih mampu mengendalikan dan melindungi diri sendiri dalam bertransaksi di bidang jasa keuangan. Kepercayaan publik terhadap sektor jasa keuangan akan tumbuh dan terpelihara apabila sektor jasa keuangan tersebut menjadi sehat, kompetitif, stabil, dan aman. d. Melakukan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan yang wajar terhadap konsumen dari sektor jasa keuangan. Pemberian perlindungan kepada konsumen sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja OJK. e. Mengurangi tingkat kejahatan keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berwenang untuk : 111 a. Membuat dan menetapkan peraturan sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, OJK dapat membuat peraturan pelaksanaan yang mencakup secara luas mengenai sektor jasa keuangan dan kegiatannya. Peraturan OJK dirancang untuk memenuhi tujuan 111 Penjelasan Pasal 52 ayat 1 Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan Universitas Sumatera Utara sebagaimana dimaksud peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan, termasuk juga peraturan untuk mengurangi kejahatan keuangan. b. Memberi dan mencabut izin untuk melakukan kegiatan di bidang jasa keuangan. Yang dimaksud dengan izin meliputi persetujuan, pengesahan, pendaftaran dan pernyataan pendaftaran kegiatan di bidang jasa keuangan yang dikeluarkan berdasarkan peraturan perundang- undangan di bidang jasa keuangan. c. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan kegiatan sektor jasa keuangan. d. Melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan dan tingkat kejahatan keuangan; Yang dimaksud dengan “melakukan tindakan tertentu untuk mengurangi kejahatan keuangan”, antara lain: 1 Pemberian perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk membuat dan menerapkan sistem pengendalian internal yang mampu mendeteksi, mencegah atau mengurangi kejahatan keuangan, misalnya memonitor nasabah dengan prinsip “know your custumers”; 2 Menunjuk dan menetapkan Pengelola Statuter untuk mengambil alih pengendalian dan pengelolaan Lembaga Jasa Keuangan Universitas Sumatera Utara Prudensial yang terindikasi terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam kejahatan keuangan. e. Melakukan wewenang lain yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan, dan f. Mengenakan sanksi atas pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan dibidang jasa keuangan. Universitas Sumatera Utara 77 BAB IV PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENINGKATAN DAYA SAING PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT

A. Pemberian Kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

2 35 113

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAANDAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 11

Matriks RPOJK Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR BPRS 061216

0 1 31

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

1 3 7

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 1

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 18

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 1 28

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 5