Status Otoritas Jasa Keuangan

ini ditujukan untuk meminimalisir potensi korupsi dan juga memastikan bahwa OJK diisi oleh orang-orang yang professional dan kompeten dalam bidangnya. 4 Adanya sistem sanksi dan banding yang jelas. Struktur yang ada harus memberikan kejelasan dalam proses pengenaan sangsi dan upaya hukum yang dapat dilakukan serta jangka waktu dalam prosesnya. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menjaga kepastian hukum, tetapi juga untuk memastikan bahwa otoritas jasa keuangan dapat mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat. c. Independensi dari segi institusi Institutional Independence mengacu pada status dari otoritas jasa keuangan yang terpisah dari lembaga eksekutif dan legislatif. Mengingat fungsinya yang sangat krusial untuk menyeimbangkan keadaan perekonomian dan kegagalan fungsi otoritas jasa keuangan yang tidak independen, menjadi sangat penting untuk menjaga independensi sebuah otoritas jasa keuangan dari pengaruh politik dan pemerintah.

C. Status Otoritas Jasa Keuangan

Indonesia pada awalnya menerapkan sistim pengawasan terhadap sektor jasa keuangan dilakukan oleh beberapa institusi, berubah menjadi sistim pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan oleh satu institusi setelah UU OJKyang berlaku tanggal 22 November 2011. Dengan itu pengawasan keseluruhan sektor jasa keuangan di Indonesia dilakukan oleh institusi tunggal, yaitu OJK. Pasal 5 UU OJK menetukan, bahwa Universitas Sumatera Utara OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. 98 Ketika masih di dalam bentuk RUU, Bismar Nasution dalam artikelnya di Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan menyatakan : Sesuai dengan Pasal 2 ayat 2 UU OJK, bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur di dalam Undang-Undang ini. Lembaga independen adalah lembaga yang bersifat mandiri, bebas dari kekuasaan lainnya dan tidak memiliki hubungan organic ataupun hubungan secara hirarki dengan lembaga negarainstansi pemerintah lainnya. 99 Status Otoritas Jasa Keuangan yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 ayat 2 UU OJK hanya menentukan independen, bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang pengaturan dan pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam UU OJK. UU OJK tidak menentukan bebas dari campur tangan pemerintah, melainkan hanya menentukan bebas dari campur tangan pihak lain seperti yang dijelaskan di atas. “Amanat Pasal 34 UU Bank Indonesia dilaksanakan atas akibat tidak efektifnya Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas nilai rupiah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 7 UU BI. Tujuan Bank Indonesia sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 7 terebut, hanya dapat dilaksanakan secara efektif apabila Bank Indonesia berwenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 8 UU BI”. 98 Bismar Nasution, Op.Cit., hlm. 1 dan 2. 99 Bismar Nasution, “Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan”, Volume 8, Nomor 3, September 2010, hlm.15. Universitas Sumatera Utara Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, OJK berlandaskan pada asas independensi. Asas independensi adalah asas yang menyatakan keindependensian dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 100 OJK sebagai pengawas industri keuangan yang baru diharapkan dapat membuat kebijakan dan peranan jauh lebih baik dari saat ini, sehingga bisa mendorong kemajuan industri keuangan nasional. Keberadaan OJK tidak bisa dilepaskan dari otoritas moneter dan otoritas fiskal. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia membutuhkan akses data perbankan yang cepat dan tepat. Bagi bank sentral, kewenangan menggunakan informasi data dari OJK sangat penting untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat terhadap perbankan nasional Indonesia. Agar lembaga ini kredibel, pelaku industri keuangan mengharapkan OJK dapat mengupayakan beberapa langkah, antara lain : 101 1. Menerapkan secara konsisten prudential regulation yang berlaku secara internasional; 2. Mengulas instrumen keuangan dan pasarnya, bukan hanya institusinya; 3. Mengembangkan transparansi dan membangun pendukung untuk menciptakan market discipline. Berdasarkan Pasal 9 UU OJK, Otoritas Jasa Keuangan mempunyai tugas pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6, antara lain : 100 https:www.ojk.go.ididpageFAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx diakses pada tanggal 11 Mei 2016. 101 OJK Pengawas Pasar Modal, http:www.fiqhislam.comindexphp diakses pada tanggal 11 Mei 2016. Universitas Sumatera Utara a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan. b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif. c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan disektor jasa keuagan. d. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan danatau pihak tertentu. e. Melakukan penunjukan pengelola statute. f. Menetapkan pengelolaan penggunaan statute. g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan memberikan danatau mencabut : 1 izin usaha; 2 izin orang perseorangan; 3 efektifnya pernyataan pendaftaran; 4 surat tanda terdaftar; 5 persetujuan melakukan kegiatan usaha; 6 pengesahan; 7 Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan 8 Penetapan lain. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan hal tersebut, OJK berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh OJK, yang di dalam ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank. Pemeriksaan terhadap bank dapat dilakukan baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Selain dari tugas pengawasan, OJK juga berperan sebagai lembaga pengatur di seluruh sektor jasa keuangan. OJK merupakan lembaga regulator yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dari seluruh sektor perbankan nasional. Peran regulator dibutuhkan karena krisis keuangan bersifat tidak bisa dihindari. Lembaga keuangan hanya dapat diminimalisasi dampaknya dengan cara membatasi ongkos dan mempercepat pemulihan. Krisis yang terjadi tidak hanya dihadapi oleh masyarakat saja, tetapi juga para pelaku industri keuangan. Sulit membayangkan apabila mengahadapi krisis tanpa kehadiran otoritas atau regulator. Regulator beroperasi menggunakan kebijakan-kebijakan yang akan dihasilkan dibuat melalui riset atau kajian. Dan dalam proses pengkajian ini, yang harus dihindari adalah terjadinya kelelahan regulasi regulatory fatigue yang ditandai dengan surutnya pertumbuhan industri. Otoritas Jasa Keuangan akan menjadi satu-satunya regulator dibidang jasa keuangan. Artinya, ada kemungkinan jika fungsi pengawasan lembaga yang bergerak dibidang jasa keuangan dan pasar modal akan dikoordinir di bawah satu atap. Disinilah pentingnya peran sebuah struktur regulasi dalam membentuk trust kepercayaan dari para pelaku pasar. Kepercayaan dari konsumen dan investor Universitas Sumatera Utara akan terbentuk apabila sebuah struktur dapat mengontrol penyalahgunaan pasar seperti penyimpangan penggunaan kredit money laundering dan lain sebagainya. 102 Fungsi OJK sebagai regulator adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Berdasarkan itu, seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan OJK, seperti Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. 103 Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan sebagai regulator tersebut mengharuskan OJK untuk dapat melakukan fungsi pengawasan yaitu mengendalikan penyalahgunaan pasar dengan mencegah tindakan-tindakan perusahaan dan nasabah atau yang berkaitan dengan dokumen-dokumen di dalam sektor jasa keuangan yang berpotensi dapat merugikan kepentingan perusahaan, nasabah atau konsumen, dan investor dari keseluruhan kegiatan yang ada di dalam sektor jasa keuangan. Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan OJK sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan diharapkan dapat melakukan kebijakan dengan suatu standarisasi yang mengandung stability and predictability stabilitas dan prediktabilitas atas peraturan-peraturan keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. 104 102 Kenneth Kaoma Mwenda, Op.Cit., hlm.3. 103 Bismar Nasution, Op.Cit., hlm.3. 104 Ibid., hlm.4. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh UU OJK, dimana Otoritas Jasa Keuangan dimaksudkan untuk dapat mewujudkan lembaga independen yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang dalam pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan serta dapat menjadi lembaga yang terpadu, independen, dan akuntabel. 105 Secara umum, regulasi atau peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan harus meliputi beberapa sasaran, antara lain : 106 a. Melindungi investor untuk membangun kepercayaan terhadap pasar. b. Memastikan bahwa pasar yang tertentu adalah pasar yang fair, efisien, dan transparan. c. Mengurangi risiko sistematik. d. Melindungi lembaga keuangan dari penyalahgunaan atau malpraktek dari konsumen. e. Menjaga kepercayaan konsumen dalam sistem keuangan. Kebutuhan publik terhadap lembaga keuangan saat ini memiliki banyak jenis. Sebahagian orang menganggap lembaga keuangan sebagai penyimpanan dan meningkatkan kekayaan, sebagai juru bayar dan menerima pembayaran, sebagai proteksi atas resiko bisnis maupun perorangan dan sebagai lembaga yang membantu akuisisi asset. Tingkat pemanfaatan dari layanan dan jasa keuangan ini di Indonesia masih rendah, namun seiring meningkatnya pendapatan masyarakat maka diharapkan intensitas pemanfaatan jasa keuangan terus meningkat. 105 Ibid. 106 Kenneth Kaoma Mwenda, Op.Cit, hal. 3 Universitas Sumatera Utara

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pemberian Kredit Perbankan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

2 35 113

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAANDAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 11

Matriks RPOJK Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR BPRS 061216

0 1 31

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

1 3 7

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 1

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 18

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 1 28

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 5