pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Bank Perkreditan Rakyat dalam melakukan pemberian kredit kepada masyarakat.
Dalam melakukan fungsi pengaturan, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan tata cara atau prosedur agar nasabah dapat menerima suatu kredit dari Bank
Perkreditan Rakyat. Melalui prosedur yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan maupun dari internal bank itu sendiri, akan meminimalisir
terjadinya pelanggaran atau penyimpangan-penyimpangan kredit yang dapat dilakukan masyarakat sebagai nasabah maupun dari pihak Bank Perkreditan
Rakyat itu sendiri. Dalam hal penanganan penyimpangan kredit yang terjadi di BPR, OJK melakukan pengawasan terhadap bank maupun nasabah yang
diduga melakukan praktik perbankan yang tidak sehat dalam pemberian kredit sesuai dengan wewenang OJK yang diatur dalam Pasal 7 UU OJK
dan Pasal 34 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 17POJK032014.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, diajukan beberapa saran yaitu: 1.
Bank sebagai lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat untuk menyimpan dana seharusnya lebih menjaga kepercayaan masyarakat terutama
dalam hal pemberian kredit. Hendaknya bank dalam melakukan prosedur pemberian kredit berdasarkan ketentuan yang berlaku yaitu melaksanakan prinsip
kehati-hatian yang bertujuan untuk menghindari terjadinya praktik perbankan yang tidak sehat seperti adanya penyimpangan-penyimpangan atau pelanggaran
yang dilakukan oleh bank dalam mengabulkan permohonan kredit kepada masyarakat sebagai debitur.
Universitas Sumatera Utara
2. Bank hendaknya memberikan uji kepatutan dan kelayakan fit and proper test
maupun pelatihan yang baik kepada pegawai dan karyawan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat agar meminimalisir terjadinya
penyimpangan kredit maupun kredit macet. 3.
Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan di Bank Perkreditan Rakyat seharusnya lebih berperan aktif dalam mengatur dan
mengawasi kegiatan usaha di bank untuk melakukan pencegahan terhadap penyimpangan yang dilakukan nasabah maupun BPR.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT MELALUI PERBANKAN
A. Pengertian Kredit
Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank
kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
27
Amin Rajab Batubara menjelaskan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya kontra prestasi akan terjadi
pada suatu waktu dihari yang akan datang.
28
Molenaar dalam buku “kredeot” Tjeenk Willink Zwolle 1878 yang dikutip Mariam Darus Badrulzaman dalam buku Aneka Hukum Bisnis,
mengemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari
kepada pihak yang meminjamkan. Kemudian defenisi tersebut dikembangkan
26
Hermansyah, Op.Cit., hlm.55.
27
W. JS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Modern Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm.45.
28
Ismail, Op.Cit., hlm.55.
Universitas Sumatera Utara
bahwa jenis kredit mencakup :
29
1. Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang;
Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang;
2. Kredit dalam bentuk barang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk
uang; dan 3.
Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.
Secara sederhana, kredit merupakan penyaluran dana pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang
diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.
30
Kredit dalam Bahasa Belanda disebut vertrouwen, dalam bahasa Inggris disebut trust or believe, faith.
Dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
31
29
Sutarno, Op.Cit., hlm.95.
30
Ismail, Op.Cit., hlm.93.
31
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm.236.
Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan dikatakan kreditpinjaman adalah pendayagunaan uang dalam waktu tertentu
oleh orang atau lainnya yang diperkenankandiizinkan yang akan dikembalikan memakai uang tambahan atau bunga sebagai pengembalian atas pemakaian uang
tersebut. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank
Universitas Sumatera Utara
dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi setelah dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Black Law Dictionary memberi
pengertian bahwa kredit adalah : “The ability of businessman to borrow money or obtain goods on time in consequence of the favourable opinion. Opinion held
by the particular lender, as to his solvency and reliability”.
32
Kredit dalam arti bisnis mengandung unsur meminjam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan loan. Kata “loan” itu sendiri berarti sesuatu yang
dipinjamkan khususnya sejumlah uang.
33
Sedangkan implementasinya dalam dunia bisnis kata “loan” itu adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan atau
yang diberikan kepada seseorang untuk dipakainya selama suatu jangka waktu tertentu, tanpa kompensasi atau biayaongkos. Saat ini, “loan” itu biasanya
diartikan sebagai sesuatu yang berharga, seperti uang yang dipinjamkan selama jangka waktu tertentu.
34
Pengertian kredit dalam aspek hukum adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit.
Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari.
35
Sudarsono dalam kamus hukum menyebutkan istilah kredit yaitu :
36
a. Cara menjual barang dengan pembayaran tidak secara tunai, cara
menjual barang dengan cara pembayaran ditangguhkan atau diangsur.
32
H. Moehamad Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm.11.
33
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998 Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.6.
34
Ibid.
35
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank Jakarta: Alumni, 1978, hlm.21.
36
Sudarsono, Kamus Hukum Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm.232.
Universitas Sumatera Utara
b. Pinjaman oleh seseorang atau badan hukum sampai batas jumlah
tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Berdasarkan pengertian kredit tersebut, maka elemen-elemen kredit
antara lain :
37
a. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.
b. Penyediapemberian uang arti khusus terjadi di dunia perbankan.
c. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari
perjanjian kredit. d.
Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai dengan jumlah bunga atau imbalan.
Pengertian kredit diatas mengandung unsur-unsur dalam kredit yaitu :
38
a. Ada pihak yang bersedia dan mempunyai kelebihan
uangdanabarangjasa tersebut sesuai syarat-syarat yang ditentukan pihak ini disebut dengan “kreditur”.
b. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan
untuk memperoleh uangdanajasa tersebut dengan syarat-syarat yang diinginkannya.
Pihak ini disebut “debitur” atau penerima kredit. Pemberi kredit dalam keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan unsur-unsur.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :
39
37
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000, hlm.90.
38
Ibid.
39
Ismail, Op.Cit., hlm.94.
Universitas Sumatera Utara
a. Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lain yang akan mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa
perorangan atau individu ataupun badan usaha. Bank yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur.
b. Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan lagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa benar-benar
diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang
melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan.
40
40
Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia Jakarta: PT Rajawali Pers, 1995, hlm.56.
Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan
penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang nasabah, baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi
pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap permohonan kredit bank yakni kredit yang akan diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang
disepakati bersama.
Universitas Sumatera Utara
d. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara di pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
e. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati.
41
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pandek di bawah satu tahun, jangka menengah di antara satu sampai tiga
tahun, dan jangka panjang di atas tiga tahun. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah
disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini dapat diperpanjang oleh si penerima kredit sesuai dengan kebutuhan.
42
f. Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kontrak atau kesepakatan yang dilakukan antara bank atau kreditur dengan pihak peminjam yang disebut dengan
debitur.
43
41
H Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm.90.
42
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, hlm.114.
43
Ismail, Op.Cit., hlm.95.
Universitas Sumatera Utara
g. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya
pemberian suatu kredit bank. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.
Risiko ini menjadi tanggung jawab bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah,
misalnya karena kejadian tertentu seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.
h. Balas Jasa
Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional, balas jasa
dikenal dengan nama bunga bank. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank, juga ada membebankan nasabah akan biaya administrasi
kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, balas jasanya ditentukan dengan cara bagi
hasil.
44
Setiap pemberian kredit selalu disertai dengan imbalan jasa berupa uang atau yang wajib dibayarkan oleh calon debitur, dan ini
merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.
45
44
Kasmir, Op.Cit., hlm.115.
45
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.59.
Universitas Sumatera Utara
i. Agunan
Setiap kredit yang akan diberikan harus selalu disertai dengan barang yang berfungsi sebagai jaminan bahwa kredit yang akan diterima
calon debitur pasti akan dilunasi oleh debitur, dan ini akan meningkatkan kepercayaan kepada pihak bank.
46
Oleh karena itu, dalam perjanjian kredit saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari
kedua belah pihak bank dan nasabah debitur telah menimbulkan hubungan hukum atau menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-
masing pihak sesuai kesepakatan yang telah mereka sepakati. Bank sebagai kreditur berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan
jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai
kontraprestasinya.
47
Bank dalam memberikan fasilitas kredit tentu ada fungsi dan manfaat yang diberikan dalam kredit tersebut. Pada dasarnya, fungsi kredit ialah
merupakan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan usahanya.
48
Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha yang membutuhkan
dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.
46
Sutarno, Op.Cit., hlm.135.
47
Hermansyah, Op.Cit., hlm.58.
48
Kasmir, Op.Cit., hlm.96.
Universitas Sumatera Utara
B. Jenis-Jenis Kredit