Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

47 BAB III KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN

A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Bank Indonesia dalam posisinya sebagai lembaga tinggi negara mengamanatkan bahwa perlu dibentuknya suatu lembaga yang baru untuk mengatur dan mengawasi seluruh sektor jasa keuangan. Sesuai dengan Pasal 34 UU BI mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pension, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 69 Secara teoritis, terdapat dua aliran school of thought dalam hal pengawasan sektor jasa keuangan. Di satu pihak terdapat aliran yang mengatakan bahwa pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan sebaiknya dilakukan oleh institusi tunggal. Di pihak lain ada aliran yang berpendapat pengawasan sektor jasa keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh beberapa institusi. 70 Lembaga pengawas sektor jasa keuangan tersebut diatas pada hakikatnya merupakan lembaga yang bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar pemerintah. Lembaga ini berkewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan 69 Ismail, Op.Cit., hlm.124. 70 Bismar Nasution, “Struktur Regulasi Independensi Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume III, No.3, Nopember 2014, hlm.1. Universitas Sumatera Utara Perwakilan Rakyat. 71 Dan pembentukan lembaga yang independen tersebut bertujuan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, serta menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang di semua sektor perekonomian, dan memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh elemen masyarakat Indonesia. Maka program pembangunan ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh ke seluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat Indonesia. Lembaga yang independen tersebut dinamakan lembaga Otoritas Jasa Keuangan . 72 OJK didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta inovasi financial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan konglomerasi telah menambah kompleksitas di berbagai subsector keuangan antar lembaga jasa keuangan didalam sistem keuangan. Permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem 71 Hermansyah, Op.Cit., hlm.216. 72 Ibid., hlm.213. Universitas Sumatera Utara keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. 73 Praktik moral hazard, di sektor keuangan tidak saja dilakukan oleh lembaga keuangan namun mungkin juga dilakukan oleh nasabah ataupun rumah tangga. Sumber dari praktik moral hazard ini bermuara pada kenyataan lemahnya koordinasi dan tidak adanya pertukaran informasi data sharing dan data interfacing antar lembaga pengawas lembaga keuangan. 74 Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar modal, dana pensiun dan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi oleh lembaga pengawas jasa keuangan. 75 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. 76 73 Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas OTORITAS JASA KEUANGAN dalam Menjaga StabilitasSistem Keuangan” Disampaikan pada Seminar Nasional Keberadaan OTORITAS JASA KEUANGAN untuk Mewujudkan Perekonomian yang Stabil dan Berkelanjutan dilaksanakan oleh Bina Hukum di Politeknik Negeri Medan pada 25 November 2014. 74 Ibid. 75 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 76 Ibid. Alasan Otoritas Jasa Keuangan ini Universitas Sumatera Utara semakin kompleks dan bervariasi, seperti produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu salah satu alasan rencana Otoritas Jasa Keuangan adalah karena pemerintah beranggapan bahwa Bank Indonesia, sebagai bank sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 sebanyak 16 bank dilikuidasi pada saat itu. Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan lainnya serta Kementerian Keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan . 77 Hamud M. Balfas mengemukakan bahwa alasan didirikannya Otoritas Jasa Keuangan disebabkan pengawasan atas industri jasa keuangan dengan struktur seperti sekarang dianggap sudah tidak memadai. Dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan, pengawasan atas semua industri jasa keuangan akan disatukan dalam satu atap yaitu perbankan, pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga keuangan non bank. Undang-Undang hanya mengecualikan industri perdagangan berjangka saja dari pengawasan Otoritas Jangka Panjang. Selain itu, latar belakang didirikannya Otoritas Jasa Keuangan ini juga karena semakin rumitnya produk keuangan serta pemasaran atas produk ini jika dilakukan lintas 77 Pengawasan Bank, http:www.Otoritas Jasa Keuangan .go.idtugas-dan-fungsiOtoritas Jasa Keuangan diakses pada 17 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara industri seperti produk pasar modal seperti reksa dana ditawarkan juga oleh bank atau produk asuransi yang juga ditawarkan oleh bank. 78 Jika dilihat sedikit kebelakang, sejarah pembentukan lembaga yang independen ini terbilang sulit dan penuh dengan tantangan. Bahkan untuk melahirkan pengawasan sistem keuangan inipun membutuhkan waktu hingga dua belas tahun sampai lembaga ini lahir. 79 1. Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang. Adapun sejarah lahirnya OJK tahun 1999 pasca krisis ekonomi yang melumpuhkan industri perbankan pada tahun 1997-1998, pemerintah langsung berbenah. Gagasan pembentukan otoritas dimasukkan dan menjadi perintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Di dalam Pasal 34 disebutkan bahwa : 2. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002. Selanjutnya pada tahun 2004, tenggang waktu yang diberikan sampai tahun 2002 dalam pembentukan Otoritas Jasa Keuangan tidak juga lahir di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah dan DPR hanya bisa merevisi UU BI. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa, amandemen UU BI tersebut merupakan sebuah perselisihan pandangan antara Bank Indonesia dan 78 Wawancara Hamud M. Balfas dengan medianotaris.com yang dimuat dalam http:www.medianotaris.comotoritas_jasa_keuangan_hatihati_investasi_bodong_berita155.html diakses pada 17 Februari 2016 79 Selamat datang wasit baru industri keuangan, http:lipsus.kontan.co.id.v2Otoritas Jasa Keuangan read86selamat-datang-wasit-baru-industri-keuangan diakses pada 17 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara Departemen Keuangan Kementerian Keuangan. Objek dari perselisihan ini berupa perebutan wewenang dalam mengontrol industri perbankan. Hal inilah yang mati-matian dilawan oleh Bank Indonesia dan akhirnya berhasil. Dalam rumusan amandemen yang telah disepakati, pemindahan kekuasaan insdustri perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan masih dapat diulur selambat-lambatnya sampai akhir tahun 2010. Tahun 2010, Undang-Undang ini kembali meleset dari yang diharapkan. Batas waktu kembali terlewati. Sampai tutup buku tahun 2010, UU Otoritas Jasa Keuangan masih belum juga selesai. RUU Otoritas Jasa Keuangan yang akan disahkan dalam rapat paripurna pada 17 Desember 2010 malah menemui jalan buntu, karena pemerintah dan DPR tidak menemukan kata sepakat terhadap struktur dan tata cara pembentukan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Tahun 2011, tahun ini menjadi sejarah baru bagi Indonesia, terutama bagi sistem keuangan di Indonesia. Pimpinan DPR, Budi Santoso akhirnya mengetuk palu tanda disetujuinya pengesahan Rancangan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan RUU OJK menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR pada Kamis, 27 Oktober 2011. Dalam keputusan tersebut disebutkan supaya panitia seleksi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan harus terbentuk pada awal tahun 2012. Awal tahun 2012, presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam pemilihan calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang secara keseluruhan terdiri dari 9 sembilan orang. Menteri Keuangan terpilih menjadi ketua seleksi sekaligus anggota, sedangkan anggota lainnya adalah Gubernur Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia, Direktur Jenderal Pajak, Wakil Menteri BUMN, dan Deputi Gubernur, kemudian Komisaris Bank Mandiri mewakili lembaga keuanganperbankan. Pada pertengahan tahun 2012, anggota sekaligus Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya berjumlah Sembilan 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat. Tahun 2013, Bapepam-LK melebur ke Otoritas Jasa Keuangan dan sebagian besar pekerja dari lembaga ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Pada tahun ini jugalah, Otoritas Jasa Keuangan akan mulai melakukan penarikan iuran dari industri keuangan non bank.Tahun 2014, setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK melebur Otoritas Jasa Keuangan, pada tahun ini telah dilakukan serah terima pengawasan perbankan dari tangan bank sentral kepada Otoritas Jasa Keuangan. 80 Sejak lama pembentukan lembaga Otoritas Jasa Keuangan ini diamanatkan oleh UU BI sudah menghadapi berbagai kontroversi mengenai sudah tepatkah pemindahan fungsi pengawasan perbankan yang semula ditangani oleh Bank Indonesia. Setelah keluarnya UU OJK, pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang semula berada pada Bank Indonesia telah dialihkan kepada OJK. Dalam UU OJK disebutkan bahwa dibutuhkan lembaga pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang lebih terintegrasi dan komprehensif agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif dalam 80 Ibid. Universitas Sumatera Utara menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. 81

B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Regulator dan Pengawas Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal

6 110 111

Tinjauan Yuridis Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Transformasi Badan Kredit Desa yang Diberikan Status Sebagai Bank Perkreditan Rakyat

2 35 113

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAANDAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 11

Matriks RPOJK Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR BPRS 061216

0 1 31

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

1 3 7

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 1

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 18

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 1 28

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

0 0 5