Peran Perpustakaan dalam Pelestarian Budaya Bangsa

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa perpustakaan umum memiliki fungsi utama edukatif, informatif, kultural, rekreatif yang mengarah kepada pelestarian hasil budaya umat manusia. Dimana sasaran dari pelaksanaan fungsi perpustakaan ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat.

2.1.4 Peran Perpustakaan dalam Pelestarian Budaya Bangsa

Bangsa Indonesia sangat kaya dengan berbagai macam budaya dari suku bangsa yang beragam. Kebudayaan merupakan unsur sejarah yang penting bagi sebuah bangsa. Bangsa yang besar menghargai warisan sejarah kebudayaannya Menurut Saputra 2013, 1, Warisan atau khazanah budaya bangsa merupakan karya cipta, rasa, dan karsa masyarakat di seluruh wilayah tanah air Indonesia yang dihasilkan secara sendiri-sendiri maupun akibat interaksi dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaanya dan terus berkembang sampai saat ini. Seiring dengan perjalanan waktu dan zaman, banyak peninggalan bersejarah yang hilang, rusak bahkan terlupakan. Oleh karena itu diperlukan upaya dalam pelestarian peninggalan budaya. Sangat disayangkan apabila saat ini literatur tentang Indonesia justru banyak ditemukan di Universitas Laiden, Belanda dan di Universitas Cornell, New York AS Saputra, 2014, 1. Sudah seharusnya pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia berupaya untuk melestarikan warisan yang tidak ternilai harganya itu agar tidak musnah, hancur, lapuk, dipindahtangankan, ataupun hilang karena dicuri, dirampas baik dengan terang-terangan maupun secara halus. Menurut Arif 2006, 2, Pelestarian warisan budaya bangsa dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berkelanjutan dalam menjaga kumpulan kekayaan akal-budi, pengetahuan, dan budaya bangsa untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Sedangkan menurut Hinani 2002, 2 “Perpustakaan memiliki peran kebudayaan sebagai wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa untuk memajukan kebudayaan nasional melalui penyediaan berbagai koleksinya”. Oleh sebab itu upaya Universitas Sumatera Utara pelestarian khazanah budaya nasional secara tidak langsung dapat menjadi upaya menjaga martabat bangsa Indonesia di mata Internasional. Perpustakaan berperan sebagai wahana pelestari sikap budaya manusia dari masa ke masa. Menurut Hasugian 2009, 95, Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa serta tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat”. Sedangkan menurut Astutiningtyas 2006, 11 “Perpustakaan yang hanya difungsikan sebagai tempat penyimpanan tidak akan memberikan pengaruh yang berarti dalam upaya pelestarian warisan budaya berupa nilai-nilai luhur”. Maka disinilah perpustakaan sangat berperan tidak hanya sekedar gedung atau ruang penyimpanan hasil pemikiran, ide atau gagasan seseorang, tetapi juga sebagai wahana pelestari budaya bangsa dalam upaya memajukan kebudayaan nasional. Melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya bangsa, contohnya dengan mengadakan pameran budaya, pertunjukan seni daerah dan menyediakan informasi dalam bentuk bacaan atau lainnya. Pernyataan mengenai keberadaan perpustakaan sebagai lembaga yang berfungsi melestarikan budaya tertuang dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yang menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan kabupatenkota berkewajiban untuk menyelenggarakan dan mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasar kekhasan daerah masing-masing dan keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Perpustakaan sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran, pengalaman dan pengetahuan manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya cetak dan karya rekam. Sebenarnya pemerintah juga sudah mulai menyadari arti penting kebudayaan dan peran perpustakaan dalam pelestariannya. Untuk itu pemerintah mengaturnya dalam berbagai produk perundang-undangan. Menurut Dwiyanto 2006, 1 setidaknya hingga saat ini telah ada dua undang-undang dan satu rancangan undang- undang Perpustakaan Nasional terkait dengan peran perpustakaan dalam pelestarian khazanah budaya bangsa. undang-undang tersebut yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. UU hak cipta, Sejak diundang-undangkan pada tahun 1982 undang-undang hak cipta di Indonesia mengalami beberapa kali revisi, saat ini UU yang berlaku yaitu UU No.19 Th 2002. Terkait dengan kegiatan pelestarian ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, berapa lama hak cipta itu berlaku atas karya dan bagaimana dengan karya yang tidak diketahui penciptanya. Negara juga memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya, folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya. 2. UU serah simpan karya cetak dan karya rekam, Pemerintah telah membuat UU No. 4 th 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam dilengkapi dengan PP No. 70 th 1991 Pasal 4 ayat c UU No. 4 th 1990, menyatakan salah satu tujuan perpustakaan adalah menyediakan wadah bagi pelestarian hasil budaya bangsa, baik berupa karya cetak, maupun karya rekam, melalui program wajib serah simpan karya cetak dan karya rekam sesuai dengan undang-undang serah simpan karya cetak dan karya rekam. Kewajiban serah-simpan karya cetak dan karya rekam yang diatur dalam Undang-undang ini bertujuan untuk mewujudkan Koleksi Deposit Nasional dan melestarikannya sebagai hasil budaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Rancangan UU perpustakaan, termasuk juga keputusan presiden mengenai pembentukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mewujudkan koleksi deposit nasional. Sejak tahun 2005 PERPUSNAS mulai menyusun rancangan undang-undang perpustakaan. Terkait dengan pelestarian, sebelumnya PERPUSNAS menggunakan istilah pelestarian pustaka budaya bangsa sesuai dengan istilah yang diundangkan dalam Keppres No. 67 th 2000. Namun pada RUU perpustakaan istilah ini diganti menjadi pelestarian khazanah budaya bangsa. Untuk mempertegas fungsi perpustakaan sebagai pelestari khazanah budaya bangsa, UU No. 490 akan dilebur dalam undang-undang perpustakaan yang baru ini, termasuk didalamnya pengaturan dengan mengenai hak cipta, terutama yang dimiliki Negara. RUU Perpustakaan masih dalam bentuk draft, untuk itu perlu diadakan pengkajian lebih mendalam dan evaluasi dari berbagai pihak sebelum disahkan. Terkait dengan peran dan keberadaan perpustakaan dalam menyelenggarakan dan mengembangkan perpustakaan umum berdasarkan kekhasan daerah. Pemerintah melalui Badan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga telah memilih enam Provinsi yang dianggap mampu menjadi pusat unggulan kebudayaan lokal. Daerah yang telah ditunjuk menjadi Center Of Excellent dalam pelestarian budaya lokal tersebut adalah provinsi Riau sebagai pusat informasi kebudayaan Melayu, Jawa Universitas Sumatera Utara Tengah sebagai pusat kebudayaan di seluruh pulau Jawa, Bali sebagai pusat informasi kebudayaan yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan menjadi pusat kebudayaan di seluruh pulau Sulawesi, Papua barat sebagai pusat kebudayaan wilayah Papua dan Provinsi Kalimantan Timur sebagai pusat kebudayaan seluruh pulau Kalimantan yang meliputi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan diselenggarakan selain berperan sebagai wahana pelestari berbagai jenis khazanah budaya bangsa, juga berperan membina dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah masing-masing dan karya anak bangsa yang ada di Indonesia serta dapat mewariskan budaya tersebut kepada setiap generasi baik dalam bentuk karya tulis, karya cetak maupun karya rekam.

2.2 Pelayanan Perpustakaan Umum