darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya terkena lagi.
Bahan plak memicu mekanisme pembekuan, yang dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah, penyumbatan arteri, dan fungsi otak yang mendapat
darah dari pembuluh darah yang bersangkutan dan hilangnya daerah-daerah kontrol motorik lain di hemisfer dominan dapat menyebabkan paralisis otot-otot
di sisi kontralateral. Pleksus saraf intramural pada sistem saluran cerna, stimulasi simpatis dan parasimpatis dapat mempengaruhi aktivitas gastrointestinal terutama
dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas sistem saraf enteric usus. Sistem saraf simpatis biasanya menghambat aktivitas saluran cerna, menyebabkan banyak
efek berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem saraf parasimpatis. Saraf simpatis lebih berperan mensyarafi bagian saluran cerna daripada mensyarafi
bagian-bagian dekat rongga mulut dan anus secara lebih puas seperti pada sistem parasimpatis. Ujung saraf simpatis mengeluarkan norepinefrin, yang
menimbulkan efek melalui dua cara: efek langsung sebagian kecil yang menghambat otot polos, dan efek tak langsung sebagian besar dengan
menghambat neuron-neuron sistem saraf enteric Guyton Hall, 2010.
1.5 Manisfestasi Klinis
Manifestasi stroke tergantung besarnya lesi bisa terjadi : hemiparese hemiplegia, hemiparestesia, Afasia diafasia motorik atau sensorik, hemianopsi,
dysartria, muka tidak simetris, gangguan gerakan tangkas atau gerakan tidak terkordinasi. Tergantung dari lokasi lesi maka terjadi gangguan berupa : pertama,
bila lesi terjadi di cerebrum maka gangguan gerakan tangkas diiringi dengan
Universitas Sumatera Utara
tanda-tanda gangguan “upper motoneuron” seperti: a meningkatnya tonus otot pada sisi yang lumpuh; b meningkatnya refleks tendon pada sisi yang lumpuh; c
refleks patologis positif pada sisi yang lumpuh. Kedua, bila lesi terjadi di cerebelum maka gangguan ketangkasan gerakan diiringi tanda-tanda: a
Menurunnya tonus otot pada sisi terganggunya gerakan tangkas; b Menurunnya refleks tendon pada sisi terganggunya gerakan tangkas; c Refleks patologis
negatif. Penanganan yang sedini mungkin terhadap penderita stroke sangat
berpengaruh terhadap penyembuhannya. Bilamana penderita ditolong pada saat timbulnya prodromal stroke, biasanya penderita tersebut dapat diselamatkan tanpa
menjadi invalid.
1.6 Faktor Resiko Stroke
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, stroke memiliki hubungan erat dengan pembuluh darah di mana terjadi gangguan aliran darah ke otak. Ada berbagai hal
yang menyebabkan atau memperberat stroke, yang disebut dengan faktor risiko. Faktor risiko stroke terdiri atas dua hal, yang pertama adalah faktor risiko mayor
dan kedua adalah faktor minor Adib,2009. Faktor risiko mayor faktor dominan biasanya merupakan penyakit dan
gangguan lain yang memang sudah ada di tubuh penderita stroke. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, penyakit jantung, dan sudah ada manifestasi pembuluh
darah klinis gejala-gejala pengerasan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermitten nyeri
yang hilang timbul, denyut nadi perifer tidak ada, diabetes mellitus, polisitemia,
Universitas Sumatera Utara
pernah terserang stroke, hiperlipidemia, tingginya sel darah merah, gangguan pembuluh darah, penyakit pada katup jantung atau otot jantung yang disebut
endocarditis, mengerasnya pembuluh arteri aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri, ketidaknormalan irama jantung seperti atrial
fibrillation Sutrisno, 2007.
Faktor risiko minor ini antara lain adalah kadar lemak darah yang tinggi, hematokrit tinggi, kebiasaan merokok, kegemukan obesitas, kadar asam urat
tinggi, kurang gerak badanolahraga, fibrinogen tinggi, suku bangsa negrospanyol, jenis kelamin pria, penyalahan obat-obatan narkoba. Bila
faktor risiko ditanggulangi dengan baik, maka kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi.
1.7 Pencegahan Stroke