STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR JURNAL UMUM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS X SMK N 1

(1)

i

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR KOMPETENSI

DASAR JURNAL UMUM MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM

SOLVING) DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION) PADA SISWA KELAS X SMK N 1 BREBES

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Nur Azmi Bekti Riyani NIM : 7101408184

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Subkhan Amir Mahmud, S.Pd., M.Si. NIP. 195003271978031002 NIP. 197212151998021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji

Dra. Sri Kustini

NIP.195003041979032001

Anggota I Anggota II

Drs. Subkhan Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.

NIP. 195003271978031002 NIP. 197212151998021001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si. NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Februari 2013

Nur Azmi Bekti Riyani NIM. 7101408184


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. ”

( Q.S Al-Insyirah 6-7 )

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku dan adikku tercinta beserta keluarga besarku yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta kasih sayangnya.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Kompetensi Dasar Jurnal Umum Menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) dan STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pada Siswa Kelas X SMK N 1 Brebes Tahun Ajaran 2012/2013”

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata I (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi. Atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk memperoleh pendidikan di UNNES. 2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

4. Drs. Subkhan, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.

5. Amir Mahmud, S.Pd.,M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

6. Drs. Ali Subchi, M.Pd, Kepala SMK N 1 Brebes yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Siti Lutfiyah, S.Pd, Guru Akuntansi SMK N 1 Brebes yang telah membantu dan membimbing selama proses penelitian.

8. Siswa-siswi kelas X AK SMK N 1 Brebes yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa pendidikan pada khususnya.

Semarang, Februari 2013


(8)

viii SARI

Riyani, Nur Azmi Bekti. 2013. Studi Komparasi Hasil Belajar Kompetensi Dasar Jurnal Umum Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada Siswa Kelas X SMK N 1 Brebes Tahun Ajaran 2012/2013. Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Subkhan. II. Amir Mahmud, S.Pd, M.Si.

Kata Kunci : Studi komparasi, Model STAD, Problem Solving, Hasil Belajar.

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran. Hasil observasi awal di SMK N 1 Brebes diperoleh data bahwa pembelajaran akuntansi siswa kelas X Akuntansi memiliki indikasi belum mencapai KKM. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diterapkan model pembelajaran yang lebih inovatif seperti Problem solving dan STAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran STAD pada kompetensi dasar Jurnal umum siswa kelas SMK N 1 Brebes.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Akuntansi di SMK N 1 Brebes tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 123 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas, kelas X Ak 2 sebagai kelas eksperimen I (STAD) dan kelas X Ak 3 sebagai kelas eksperimen II (Problem solving). Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik tes. Analisa data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal (pre test) untuk memadankan kelompok eksperimen I dan II dengan menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varian, dan uji kesamaan dua rata-rata. Tahap akhir (post test) dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan model pembelajaran STAD dan problem solving dilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 71,47 dan post-test sebesar 91,52 pada kelas eksperimen I. Begitu juga kelas eksperimen II yang menggunakan model problem solving rata-rata nilai pre test 70,56 setelah post test menjadi 84,92.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil rata-rata nilai post-test kelas eksperimen I (STAD) lebih tinggi dibandingkan post-test kelas eksperimen II (problem solving), penyusun menyarankan agar guru akuntansi dalam pembelajaran kompetensi dasar jurnal umum pada perusahaan jasa dengan menggunakan model STAD karena terbukti lebih efektif daripada dengan menggunakan model problem solving.


(9)

ix ABSTRACT

Riyani, Nur Azmi Bekti., 2013. "Comparative Study of Basic Competency Learning Outcomes Learning Model Using a General Journal Problem Solving (Problem Solving) and STAD (Student Teams Achievement Division) on a Class X student of SMK N 1 Brebes School Year 2012/2013". Bachelor of Education Economics Accounting Semarang State University. Supervisor I. Drs. Subkhan. II. Amir Mahmud, S. Pd, M.Si.

Keywords: comparative study, Model STAD, Problem Solving, Learning Outcomes.

Overcoming boredom subject students learn accounting general ledger on a services company, requires the creativity of teachers in creating a fun learning model and in accordance with the characteristics of the subject matter sulitt understood by students. There needs to be innovation in the process of learning to build student interest in the subject of accounting. Teaching and learning process needs to be applied to various models appropriate learning so as to equip students with the application of the skills learned STAD learning and problem solving. Purpose of this study was to determine whether there are differences in learning outcomes between the model of learning problem solving with learning model STAD on basic competency Journal common grade students of SMK N 1 Brebes.

The population in this study were all students of class X of Accounting at SMK N 1 Brebes academic year 2012/2013 as many as 123 students were divided into 3 classes. The samples were used as two classes, X Ak 2 as the experimental class I (STAD) and class X Ak 3 as the experimental class II (Problem solving). Sampling technique used is the technique of testing. Data analysis in this study is divided into two stages, namely early stage (pre-test) to match the experimental group I and II by using the normality test, the equality of two variants, and a test of the equality of two on average. The final stage (post-test) was performed to test the hypothesis using the t test.

The results showed that there was an increase in learning outcomes after treatment with STAD model of learning and problem solving views of the average value of the pre-test and post-test 71.47 at 91.52 I experiment in class. Similarly, the experimental class II model of problem solving that uses the average value of pre-test to post-test 70.56 after 84.92.

Based on this research, the results indicate that there are differences in the average value of post-test experimental class I (STAD) is higher than the post-t est experimental class II (problem solving), authors suggest that teachers' competence in teaching basic accounting general ledger services to companies using the model STAD since proven to be more effective than using a model of problem solving.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian tentang Hasil Belajar ... 12


(11)

xi

2.1.2. Pengertian Hasil Belajar ... 13

2.1.3. Ranah Hasil Belajar ... 14

2.1.4. Tipe-tipe Hasil Belajar ... 14

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

2.1.6. Peningkatan Hasil Belajar ... 17

2.2. Kajian tentang Model Pembelajaran ... 18

2.3. Kajian tentang Model Pembelajaran Problem Solving………. 19

2.4. Kajian tentang Model Pembelajaran STAD ... 24

2.5. Kajian tentang Pembelajaran Jurnal Umum ... 28

2.5.1. Konsep Jurnal Umum ... 28

2.5.2. Dokumen Sumber Pencatatan ... 31

2.5.3. Mekanisme Debit Kredit ... 33

2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 35

2.7. Kerangka Berpikir ... 36

2.8. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian... 41

3.2. Populasi dan Sampel ... 42

3.3. Variabel Penelitian ... 44

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.5. Analisis Instrumen Penelitian ... 46


(12)

xii

3.7. Metode Analisis Data... 59

3.7.1. Analisis Deskriptif ... 59

3.7.2. Analisis Data Hasil Belajar Sebelum Perlakuan (Pre test) ... 59

3.7.3. Analisis Data Hasil Belajar Setelah Perlakuan (Post test) ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 63

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

4.1.2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 63

4.1.3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

4.1.4. Deskripsi Hasil Pre-Test dan Post-Test ... 70

4.1.5. Deskripsi Hasil Desain Eksperimen ... 72

4.1.6. Analisis Data ... 74

4.1.7. Uji Hipotesis ... 78

4.2. Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 87

5.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Jurnal umum Tahun Ajaran 2011/2013 ... 4

Tabel 1.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Angket Observasi Awal Kelas X AK SMK Negeri 1 Brebes dengan Jumlah Responden 40 Siswa ... 6

Tabel 2.1 Perhitungan skor perkembangan (STAD) ... 26

Tabel 2.2 Tingkat perkembangan kelompok (STAD) ... 27

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 35

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Kelas X AK SMK N 1 Brebes ... 42

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Nilai UH Siswa ... 43

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Nilai UH Siswa ... 43

Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Butis Soal ... 47

Tabel 3.6 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal ... 49

Tabel 3.7 Rekapitulasi Daya Beda Soal ... 50

Tabel 4.1 Daftar perkembangan nilai kelompok STAD ... 66

Tabel 4.2 Pertemuan pada Kelas Eksperimen I (STAD) ... 67

Tabel 4.3 Implementasi Problem Solving pada Materi Jurnal Umum………….. 70

Tabel 4.4 Pertemuan pada Kelas Eksperimen II (problem solving) ... 71

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Pre Test ... 72

Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Post Test ... 73

Tabel 4.7 Hasil Desain Nonequivalent Control Group Desain ... 74


(14)

xiv

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Pre Test ... 75

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pre Test ... 76

Tabel 4.11 Hasil Uji Kesamaan dua rata-rata ... 77

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Post Test ... 78

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Post Test ... 78

Tabel 4.14 Hasil Uji independent Sample t test ... 79

Tabel 4.15 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Post Test kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 80


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Ringkasan materi jurnal umum ... 34 Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir ... 39


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN Kompetensi Dasar : Jurnal umum Tahun

Ajaran 2011/2012 ... 91

2. DAFTAR NAMA SISWA KELAS UJI COBA ... 92

3. DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN I (STAD) ... 93

4. DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN II (PROBLEM SOLVING) ... 94

5. ANGKET OBSERVASI AWAL PENYUSUNAN SKRIPSI ... 95

6. HASIL ANALISIS ANGKET OBSERVASI AWAL ... 96

7. DAFTAR NILAI UH Kompetensi Dasar : Persamaan Dasar Akuntansi Siswa Kelas X AK Tahun ajaran 2012/2013 ... 99

8. HASIL ANALISIS DATA POPULASI ... 100

9. SILABUS ... 101

10. RPP KELAS EKSPERIMEN I ... 103

11. RPP KELAS EKSPERIMEN II ... 110

12. KISI-KISI SOAL UJI COBA ... 117

13. SOAL UJI COBA (30 SOAL) ... 118

14. KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA (30 SOAL) ... 128

15. SOAL UJI COBA (5 SOAL) ... 129

16. KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA (5 SOAL) ... 133


(17)

xvii

18. HASIL ANALISIS TINGKAT KESUKARAN & DAYA BEDA SOAL (30

SOAL) ... 159

19. HASIL ANALISIS TINGKAT KESUKARAN & DAYA BEDA SOAL (5 SOAL) ... 160

20. KISI-KISI SOAL PRE TEST ... 161

21. SOAL PRE TEST ... 162

22. KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST... 173

23. NILAI PRE TEST KELAS EKSPERIMEN I ... 174

24. NILAI PRE TEST KELAS EKSPERIMEN II ... 175

25. KISI-KISI POST TEST ... 176

26. SOAL POST TEST... 177

27. KUNCI JAWABAN SOAL POST TEST ... 188

28. NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN I ... 189

29. NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN II ... 190

30. PEMBAGIAN KELOMPOK STAD ... 191

31. PEMBAGIAN KELOMPOK PROBLEM SOLVING ... 192

32. SOAL KUIS (STAD)... 193

33. KUNCI JAWABAN SOAL KUIS ... 194

34. SOAL DISKUSI KELOMPOK ... 198

35. KUNCI JAWABAN SOAL DISKUSI KELOMPOK ... 200

36. DAFTAR PEMBAGIAN KRITERIA KELOMPOK STAD…………... . 201

37. HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS PRE TEST KELAS EKSPERIMEN I DAN EKSPERIMEN II... 202


(18)

xviii

38. UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA KELAS EKSPERIMEN I DAN

EKSPERIMEN II ... 204

39. HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS POST TEST KELAS EKSPERIMEN I DAN EKSPERIMEN II... 205

40. UJI HIPOTESIS ... 207

41. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 208


(19)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan

agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.Perwujudan peningkatan mutu pendidikan terutama adalah menyiapkan peserta didik sebagai subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan sesuai dengan fungsi pendidikan nasional.Untuk itu setiap lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal, apabila dilakukan pengembangan dan perbaikan terhadap komponen pendidikan itu sendiri.Guru merupakan komponen dalam proses belajar mengajar mempunyai peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang terampil, potensial dan berkualitas. Dalam aktivitas belajar, guru melaksanakan tugasnya yaitu baik sebagai perencana pengajaran, pelaksana pengajaran maupun sebagai evaluator pengajaran.Bahkan guru diharapkan dapat melakukan pengembangan pada rancangan, pelaksanaan pembelajaran melalui perbaikan pada kondisi dan situasi belajar.

Menurut Munib (2004:26) Proses belajar mengajar (PBM) merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan aspek pendidikan karena melalui proses belajar mengajar itulah tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Secara


(20)

2

sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terjadi kerena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melaksanakan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), atau sikap (afektif).

Hasil belajar menurut Slameto (2010:54-71) merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami aktivitas belajar.Salah satu perubahan dari segi pengetahuan (kognif) dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh, Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri antara lain faktor jasmaniah (kondisi fisik siswa), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kelelahan dan kematangan) dan faktor kelelahan. Faktor eksternadalah faktor yang berasal dari yaitu faktor keluarga, faktor sekolah (model mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran atau media pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, model mengajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat.

Akuntansi dalam proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu dari beberapa mata pelajaran yang menuntut peserta didik tidak hanya harus memiliki landasan teori yang kuat saja tetapi harus memiliki kemampuan serta keterampilan menghitung, menggunakan logika dan menuntut ketelitian. Sebagai contoh, saat harus menjurnal transaksi, selain harus mengerti tentang transaksi tersebut, peserta didik dituntut teliti dalam menghitung dan mengelompokan tiap-tiap akun pada posisinya agar mendapatkan hasil yang benar dan seimbang.

Mata pelajaran Akuntansi kompetensi dasar jurnal umum pada perusahaan jasa merupakan salah satu materi akuntansi yang diberikan pada siswa SMK kelas X semester 1. Karakteristik kompetensi dasar jurnal umum diperlukannya konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan yang tinggi dari siswa untuk dapat menganalisis transaksi terhadap perubahan suatu rekening.Selain itu, kompetensi dasar ini menggunakan pendekatan masalah dimana


(21)

siswa diharapkan mampu menghadapi masalah yang terjadi pencatatan transasksi di perusahaan jasa dan dicatat ke dalam jurnal.

Kurikulum yang digunakan di SMK N 1 Brebes adalah KTSP yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, sosial budaya masyarakat dan karakteristik peserta didik.Muslich, (2007:17) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Brebes, peneliti memperoleh informasi mengenai peraturan sekolah dalam mengevaluasi hasil belajar siswa.Setiap mata pelajaran memiliki kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-masing. Khusus untuk mata pelajaran Jurnal umum KKM yang ditetapkan adalah >75, sedangkan prosentase ketuntasan criteria klasikal minimal yang ditentukan sekolah sebesar 80 %.

Berikut ini adalah nilai ulangan harian yang dicapai siswa kelas X AK 1 dan X AK 2 tahun pelajaran 2011/2012 dalam kompetensi dasar Jurnal umum seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.1

Ketuntasan siswa pokok bahasan Jurnal umum

Kelas Jumlah siswa

Tuntas Tidak Tuntas % Tuntas % Tidak Tuntas X Akt

1

41 29 12 65,85% 34,15%

X Akt 2

40 26 14 65,00% 35,00%

Jumlah 81 55 26 130,85% 69,15%

Rata-rata

40,5 27,5 13 65,425% 34,575%

Sumber: Nilai harian jurnal umum siswa thn 2011/2012(Lampiran 1)

Dari Tabel 1.1diperoleh data pada tahun ajaran 2011/2012 bahwa nilai ulangan harian akuntansi siswa kelas X akuntansi dengan jumlah rata-rata 40,5 siswa yang tuntas rata-ratanya ada 27,5 siswa dengan rata-rata prosentase 65,425% sedangkan rata-rata yang tidak tuntas mencapai 13 siswa dengan prosentase rata-rata 34,575%, angka tersebut masih


(22)

4

dianggap signifikan karena lebih dari 10%. Selain itu semua kelas masih belum bisa mencapai KKM kelas, yaitu KKM kelasnya belum bisa mencapai 80%.Hal ini menunjukkan bahwa para siswa belum sepenuhnya memahami materi pelajaran akuntasi pada kompetensi dasar jurnal umum yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Akuntansi di SMK N 1 Brebes, karakteristik siswa di SMK N 1 Brebes mempunyai tingkat pengetahuan, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan serta wawancara dengan guru pula kondisi kelas saat pembelajaran akuntansi terutama saat pembelajaran kompetensi dasar jurnal umum siswa dalam menyampaikan pendapat sangat kurang, siswa kurang antusias dengan pelajaran akuntansi, logika siswa yang menganggap bahwa mata pelajaran akuntansi itu sulit, kurangnya ketelitian, kurangnya kemampuan berhitung, kemampuan menginterpretasikan dan kesabaran siswa dalam mengerjakan soal akuntansi kurang, siswa pasif dalam menerima pelajaran, kondisi kelas cenderung ramai dan tidak memperhatikan ketika diberi penjelasan, akhirnya hasil belajar pun kurang optimal. Untuk mengatasi kesulitan siswa guru sebenarnya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, namun sebagian besar siswa tidak berpartisipasi terhadap kesempatan yang diberikan guru. Latihan-latihan soal juga selalu diberikan setiap pertemuan, namun sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan mengerjakan latihan soal tersebut.

Melihat kondisi di atas, diduga bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan guru. Untuk mengkonfirmasi dugaan ini, dibagikan angket kepada siswa pendapat mengenai model pembelajaran yang digunakan guru selama ini. Adapun hasil angket awal dapat dilihat dalam tabel berikut :


(23)

Tabel 1.2

Rekapitulasi hasil analisis angket observasi awal tentang model pembelajaran Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Brebes

jumlah responden 40 siswa Interval Jumlah Prosentase

%

Keterangan

1 – 2 4 10 % Sangat Setuju

3 – 4 12 30 % Setuju

5 – 6 20 50 % Kurang Setuju

7 – 8 4 10 % Tidak Setuju

Jumlah 40 100 %

Sumber : Data primer diolah (Lampiran 5)

Berdasarkan rekapitulasi angket diatas dapat disimpulkan, siswa yang menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa model pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan latihan soal yang selama ini digunakan oleh guru dapat membantu siswa dalam memahami materi dengan prosentase masing–masing sebesar 10 % dan 30 %.Sedangkan sebesar 10 % siswa menyatakan tidak setuju dan 50 % siswa kurang setuju dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini.Dalam hal ini lebih banyak siswa yang kurang setuju dan tidak setuju dengan pembelajaran konvensional ceramah dan latihan soal dapat membantu memberikan pemahaman materi kepada siswa.

Beberapa contoh model pembelajaran kooperatif yang tepat diterapkan dalam mengatasi masalah tersebut berdasarkan penelitian terdahulu untuk materi Jurnal umum adalah tipe Problem Solving (pemecahan masalah) dan Students Team Achievement Division (STAD).

Model pembelajaran Problem solving adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Dalam model pembelajaran Problem solving ini peserta didik dituntut aktif sehingga dalam pembelajaran peserta didik mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang belum mereka temui. Aktif berarti peserta didik banyak melakukan aktivitas selama proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi.


(24)

6

Kelebihan problem solving menurut Djamarah (2002:104) yaitu a). dapat menjadikan pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dalam kehidupan, khususnya di dunia kerja, b). dapat membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan dunia kerja kelak serta merangsang kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang sederhana dan mudah bagi guru pemula. Selain itu model pembelajaran STAD merupakan pembelajaran yang melibatkan pengakuan tim, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen berdasarkan tingkat prestasi atau tingkat kemampuan belajar. Menurut Noor dalam Suyitno (2008:8) inti dari kegiataan STAD adalah sebagai berikut: (1) mengajar: guru mempresentasikan materi pelajaran (2) belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim atau kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS (3) pemberian kuis: siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama (4) penghargaan: pemberian penghargaan terhadap siswa yang berprestasi dan tim atau kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis.

Selain karakteristik dari masing-masing model diatas, kedua model tersebut juga memiliki beberapa persamaan yaitu sama-sama menciptakan lingkungan yang menghargai nilai ilmiah, menerapkan bimbingan oleh tim, meningkatkan motivasi belajar, dan memberikan suatu kondisi belajar yang tidak monoton dan hanya satu arah saja.

Dengan demikian, model pembelajaran Problem solving dan STAD diharapkan dapat menjadi solusi model pembelajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam pembelajaran akuntansi kelas X SMK N 1 Brebes yang diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelian terdahulu, dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut untuk kompetensi dasar jurnal umum nilai rata-rata siswa sama-sama meningkat, hal ini tidak dibuktikan dengan sekali penelitian saja yang menyebutkan jika kedua model


(25)

tersebut baik digunakan untuk materi jurnal umum tetapi beberapa penelitian yang menyatakan bahwa hasil belajar jurnal umum meningkat menggunakan model tersebut.

Beberapa tinjauan empiris telah membuktikan bahwa model problem solving dan STAD sama-sama menunjukan hasil yang signifikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama disini untuk kompetensi dasar jurnal umum. Seperti penelitian Ilmi yang berjudul

“Penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X akuntansi SMK N 1

Demak pada pokok bahasan Jurnal Umum”. Dalam penelitiannya menyebutkan pada saat pre

test ketuntasan belajar siswa cuma mencapai 36,84%, tetapi setelah siklus I naik mencapai 74% dan pada siklus ke III mencapai 95% ketuntasan belajar siswa menggunakan model STAD.

Sedangkan untuk penelitian menggunakan model problem solving dalam kompetensi

dasar jurnal umum, Sari (2010), dalam skripsinya yang berjudul “Studi komparasi hasil

belajar menggunakan model problem solving dengan model konvensional pada pokok

bahasan jurnal umum siswa kelas X akuntansi SMK Widya Praja Ungaran” yang

mengkomparasikan model problem solving dan ceramah untuk meningkatkan hasil belajar jurnal umum menunjukan bahwa adanya perbedaan hasil belajar untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving lebih meningkat dibandingkan pembelajaran menggunakan metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi kompetensi dasar jurnal umum perusahaan jasa.

Berangkat dari penelitian dan latar belakang diatas, hasil belajar kompetensi dasar jurnal umum terbukti sama-sama baik menggunakan kedua model tersebut, dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencoba membandingkan hasil belajar akuntansi kompetensi dasar jurnal umum yang diajarkan dengan menggunakan model problem solving dan STAD, dengan judul penelitian: “Studi Komparasi Hasil Belajar Kompetensi Dasar Jurnal


(26)

8

Umum Menggunakan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada Siswa Kelas X SMK N 1 Brebes

Tahun Ajaran 2012/2013”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang

menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan hasil belajar antara

model pembelajaran problem solving dengan model STAD pada kompetensi dasar jurnal

umum siswa kelas SMK N 1 Brebes?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran STAD pada kompetensi dasar Jurnal umum siswa kelas SMK N 1 Brebes.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Manfaat Teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalahdapat menerapkan ilmu khususnya pendidikan akuntansi yang telah diterima di bangku kuliah dan sebagai wawasan pengetahuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik pada sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar di sekolah tersebut dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar di sekolah.

2) Bagi guru, memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan dan kreativitasnya dalam memilih model pembelajaran yang bervariasi agar dapat


(27)

memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Bagi siswa, penelitian ini membantu mengatasi kesulitan belajar siswa pada kompetensi dasar jurnal umum.


(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian tentang Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Menurut pendapat Gagne dan Barliner (dalam Anni, 2007:2) belajar merupakan belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil pengalaman. Sedangkan menurut Sudjana, (2002:28) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Pendapat Mudjiono, (2009:295) Belajar bukan hanya mengingat, belajar adalah kegitan individu memperoleh pengetahuan, perilaku, ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Akibat dari belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi lebih baik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku seseorang (siswa) yang berlangsung pada periode tertentu yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gerlach dan Ely dalam Anni (2007:5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. Juga menurut Gagne dalam Mudjiono (2009:11) hasil belajar merupakan proses kognitif siswa yang terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan, motorik, sikap, dan siasat kognitif.

Kesimpulan pendapat diatas hasil belajar adalah hasil yang berupa perubahan perilaku pembelajar sesuai dengan kemampuan yang dipelajari setelah mengalami interaksi tindak belajar dan mengajar yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi yang terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan, motorik, sikap, dan siasat kognitif.


(29)

2.1.3 Ranah Hasil belajar

Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan siswa, ketrampilan meningkat, bertambah pengetahuan, sikap yang lebih baik. Bloom seperti yang dikutip oleh Anni (2007:7-12) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:

1. Ranah kognitif yaitu berkenaan hasil belajar intelektual terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, pembentukkan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan hasil belajar persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, kreativitas.

2.1.4 Tipe-tipe Hasil Belajar

Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Bloom dalam bukunya Sudjana (2009:49-54) berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yakni 1) bidang kognitif, 2) bidang efektif dan, 3) bidang psikomotor. Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi : a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge), b.Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension), c. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi), d. Tipe hasil belajar analisis, e. Tipe hasil belajar sintesis, f. Tipe hasil belajar evaluasi. Tipe hasil belajar hafalan (knowledge), tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe hasil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep, untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konseb tersebut.Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi), aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.Tipe hasil belajar analisis, adalah


(30)

12

kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki. Tipe hasil belajar sintesis, sintesis adalah lawan analisis, bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integrasi menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas, tipe hasil ini adalah paling tinggi dari sebelumnya, dalam tipe hasil belajar tipe ini, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.

Tipe hasil belajar bidang afektif, yaitu bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang afektif yaitu 1) Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik demi bentuk masalah situasi atau gejala. 2) Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. 3) Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi. 4) Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan dari sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Tipe hasil belajar Psikomotor, hasil belajar ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu : 1) Gerakan reflek, 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar, 3) Kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan visual membedakan auditif, motorik dan lain-lain. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan, keharmonisan, ketetapan dan lain-lain. 5) Gerakan-gerakanskill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang komplek. 6) Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan sebagainya.


(31)

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Dalam Slameto (2010:54-71) faktor-faktornya digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri indvidu yang sedang belajar yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah merupakan faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan cacat tubuh. Faktor Psikologis tergolong menjadi tujuh yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kelelahan dan kematangan. Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh sehingga timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah terdiri dari model mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran atau media pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, model mengajar, tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.6 Peningkatan Hasil Belajar

Inayah, (2008:183) Peningkatan hasil belajar merupakan perubahan yang lebih baik dari kemampuan awal sebelum mengalami aktivitas belajar menuju kemampuan akhir setelah mengalami aktivitas belajar yang merupakan hasil belajar. Menurut Anni, (2007:47) Proses belajar didalam kelas berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang tidak hanya berupa pengetahuan saja, tetapi juga berkaitan dengan fakta, konsep, ketrampilan


(32)

14

dan prinsip yang digunakan dalam kehidupan sehari-dari. Peningkatan hasil belajar yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah berkenaan hasil belajar bidang kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2.2 Kajian tentang Model Pembelajaran

Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan pola interaksi anak didik dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, model dan teknik pembelajaran yang ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

Beberapa jenis model pembelajaran (Suyitno, 2008:30) antara lain sebagai berikut: 1. Model pembelajaran pengajuan soal (problem posing)

2. Model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (contextual teching learning- CTL) 3. Model pembelajaran PAKEM

4. Model pembelajaran Quantum 5. Model pembelajaran terbalik 6. Model pembelajaran tutor sebaya 7. Model pembelajaran problem solving 8. Model pembelajaran kooperatif

Menurut Suyitno, (2008:31) Problem posing merupakan suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatif soal) secara mandiri. Johnson dalam Rusman, (2011:187) mengatakan model pembelajaran contextual teaching learning adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk


(33)

menyusun pola-pola yang mewujidkan makna.Sedangkan PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Quantum Learning adalah seperangkat model dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Model pembelajaran berbalik, model ini pertama kali diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.Model ini dikenal pertamakali oleh Ann Brown di tahun 1982.prinsipnya hampir sama dengan tutor sebaya. Dalam hal ini, siswa menyampaikan materi seperti kalau guru mengajarkan materi tersebut.

Model pembelajaran yang lain adalah Problem solving, menurut Suherman (2003:89) adalah merupakan suatu proses pembelajaran dimana siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan juga keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Savage (dalam Rusman, 2011: 203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

2.3 Kajian tentang Model Pembelajaran Problem Solving

Suyitno (2008: 37), mengatakan model pembelajaran problem solving dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan sisa dalam berpikir tinggi.

Menurut Cooney (dalam Hudojo, 2005:126) pentingnya mengajarkan problem solving untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa menjadi analitik di dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Dengan perkataan lain, bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka siswa akan mampu mengambil keputusan. Sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperoleh.


(34)

16

Tujuan utama pengunaan model problem solving menurut Suyitno (2008:37) adalah mengembangkan kemampuan berfikir terutama mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah, memberi pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai dan bermanfaat bagi kehidupan pribadi sehari-hari, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis dan analisis serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.

Problem Solving banyak berhubungan dengan kecakapan intelektual siswa. Penyelesaian masalah memerlukan keterlibatan siswa dan ia diharapkan cekatan serta terampil dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, menyelidiki untuk memproleh generalisasi yang tepat dan merumuskan rencana penyelesaian dengan menggunakan kecakapan yang diperoleh sebelumnya.

Model problem solving menuntut keaktifan belajar siswa, dimana peranan guru lebih banyak memberi stimulasi dan pembimbing kegiatan siswa.Keberhasilan model ini sangat bergantung pada adanya sumber belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji jawaban /dugaan, memerlukan waktu yang cukup dan kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalahnya.

Menurut Djamarah (2002:104) kelebihan dan kekurangan model problem solving adalah:

1. Kelebihan model problem solving:

a. Model ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dalam kehidupan, khususnya di dunia kerja.

b. Model ini membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak.

2. Kekurangan model problem solving:

a. Diperlukan kemampuan dan ketrampilan yang lebih dari seorang guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir


(35)

siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa.

b. Proses belajar dengan menggunakan model ini memerlukan waktu yang cukup banyak sehingga terpaksa mengambil jam pelajaran lain.

c. Mengubah kebiasaan belajar siswa dari mendengarkan dan menerima penjelasan dari guru menjadi belajar berfikir memecahkan masalah.

Langkah-langkah pengajaran pemecahan masalah menurut Suherman (2003:90) adalah:

1. Operasi masalah, yaitu menjadikan masalah sehingga dapat dimengerti oleh siswa atau membuat siswa mengerti masalah yang diberikan.

2. Membantu siswa dalam menyusun informasi yang relevan yang akan digunakan dalam rencana penyelesaian masalah.

3. Mengarahkan kemampuan siswa dalam meyelesaikan masalah.

4. Jika siswa telah berhasil memperoleh penyelesaian, siswa dianjurkan untuk merenung masalah dan penyelesaiannya tersebut.

Menurut Djamarah (2002:103) langkah-langkah model penyelesaian masalah adalah: 1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Menetapkan jawaban sementara dari jawaban tersebut. 4. Menarik kesimpulan.

Model problem solving bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga merupakan suatu model berfikir, sebab dalam model problem solving dapat menggunakan model-model lain yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Tahap-tahap yang digunakan dalam pelaksanaan model problem solving adalah:


(36)

18

1. Pada tahap awal pelajaran, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok mendapat tugas mengerjakan soal yang diberikan oleh guru (peneliti).

2. Setiap kelompok membahas dan mencari pemecahan dari soal yang diberikan oleh guru (peneliti), merumuskan hipotesis dan menguji kebenaran dari cara pemecahan masalah tersebut untuk kemudian menarik kesimpulan yang berupa hasil dari pemecahan masalah tersebut.

3. Kegiatan akhirnya adalah pembahasan secara bersama-sama. Setiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalahnya. Hasilnya dapat dibuat kesimpulan yang bersifat umum.

4. Setiap kelompok harus bisa menemukan cara pemecahan masalahnya dengan bantuan guru (peneliti) sekaligus menemukan hal-hal yang baru yang akan memperkaya pengetahuan akuntansi siswa.

2.4 Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Slavin, (2005:143) berpendapat, STAD (Students Team Achievement Division) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Trianto, (2007:52) Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen, yaitu dalam setiap kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan, terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pelaksanaannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok dan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin (2005:143) STAD mempunyai 5 komponen utama yaitu Presentasi kelas, Tim, Kuis, Skor Kemajuan Individual, Rekognisi Tim. Dalam Presentasi kelas


(37)

pelaksanaannya adalah materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi dalam pengajaran biasanya hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Sedangkan Tim disini adalah faktor yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim.

Kuis merupakan langkah selanjutnya setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis. Skor kemajuan siswa bertujuan agat tiap siswa dapat memberikan kontribusi pula yang maksimal kepada timnya dalam setiap sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka. Langkah terakhir adalah Rekognisi tim, Tim akan mendapatka sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD Menurut Trianto (2007:52) juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, diantaranya yaitu:

1. Perangkat Pembelajaran

2. Membentuk Kelompok Kooperatif 3. Menentukan Skor Awal

4. Pengaturan Tempat Duduk 5. Kerja Kelompok

Sementara itu langkah-langkah atau fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 6 fase yaitu:


(38)

20

1. Fase I: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Fase II: menyajikan atau menyampaikan informasi

3. Fase III: mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar 4. Fase IV: membimbing kelompok bekerja dan belajar

5. Fase V: evaluasi

6. Fase VI: memberi penghargaan

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru untuk penghargaan atas keberhasilan kelompok dalam pembelajaran kooperatif STAD yaitu:

1. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (2005) skor perkembangan individu dapat dihitung seperti tabel berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Skor Perkembangan

No Nilai tes Skor perkembangan

1. Lebih dibawah 10 poin skor awal 5 poin 2 1-10 point di bawah skor awal 10 poin 3 Skor awal-naik 10 poin diatas

skor awal

20 poin 4 10 poin atau lebih diatas skor

dasar

30 poin 5 Nilai sempurna (tidak

berdasarkan skor awal)

30 poin

2. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok diperoleh kategori skor kelompok seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Tingkat Perkembangan Kelompok

Rata-rata tim Penghargaan 15 < N < 20 Tim Baik 20 < N < 25 Tim Hebat


(39)

Pemberian hadiah dan pemberian skor kelompok setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.

Menurut Ahmadi dkk (2011:64) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:

1. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas

2. Adanya anggota kelompok yang menghindari kemungkinan siswa memperoleh nilai rendah karena siswa akan dibantu oleh anggota kelompoknya.

3. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

4. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi, menambah harga diri dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberi dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

6. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan

7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa untuk bekerja.

Menurut Lie (2004:22) kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: a.i.1. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika

diterapkan dalam grup

a.i.2. Banyak siswa tidak senang disuruh untuk bekerja sama dengan orang lain.

a.i.3. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melibihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.


(40)

22

2.5 Kajian tentang Pembelajaran Jurnal Umum 2.5.1 Konsep Jurnal Umum

Setelah diketahui macam-macam bukti transaksi dan cara analisisnya maka langkah selanjutnya melakukan pencatatan awal yaitu menyusun jurnal. Menurut Harti (2008:55) Jurnal adalah pencatatan tentang pendebitan dan pengkreditan secara kronologis dari transaksi keuanagn beserta penjelasan yang diperlukan.

Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan sebelum dibukukan ke dalam buku besar, harus dicatat terlebih dahulu dalam jurnal.Oleh karena itu, jurnal sering disebut sebagai catatan pertama (book of original entry).

Jurnal umum memiliki beberapa fungsi, adapun fungsi dari jurnal umum antara lain: 1. Mencatat (record): mencatat semua transaksi dan kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan perubahan posisi harta, utang, dan modal.

2. Historis: mencatat transaksi/kejadian yang telah berlalu secara urut waktu (kronologis)

3. Analisis: menganalisis pengaturan transaksi/kejadian terhadap posisi harta, utang dan modal sehingga dapat diketahui akun mana yang bertambah dan berkurang.

4. Instruktif: memberikan instruksi atau perintah untuk mencatat (menggolong-golongkan).

5. Informatif: memberikan penjelasan tentang waktu dan peristiwa ekonomi yang terjadi, pengaruhnya terhadap akun yang bersangkutan, nama debitur/kreditor, dan sebagainya.

Adapun bentuk jurnal umum adalah sebagai berikut:

Junal umum Halaman…..

Tgl No. Bukti

Rekening & Keterangan


(41)

Keterangan:

a. Kolom Tanggal, digunakan untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi. b. Kolom Nomor Bukti, digunakan untuk mencatat nomor bukti transaksi yang menjadi dasar terjadinya suatu transaksi, misalnya nomor faktur, nomor nota kontan, nomor cek, dan lain sabagainya.

c. Kolom Rekening dan Keterangan, digunakan untuk mencatat nama rekening yang terpengaruh karena adanya transaksi yang bersangkutan. Dalam hal ini rekening yang harus dicatat terlebih dahulu (pada baris atas) adalah rekening yang nilainya (angkanya) akan dimasukan pada kolom debit (kiri), sedangkan rekening yang nilainya akan dimasukan pada kolom kredit (kanan) akan dicatat pada baris berikutnya dan ditulis dengan sedikitg menjorok ke kanan.

d. Kolom Referensi (Ref), digunakan untuk mencatat nomor rekening yang bersangkutan. Pengisisan kolom referensi dimaksudkan sebagai tanda, bahwa rekening yang bersangkutan angkanya telah dipindahkan ke dalam buku besar. Oleh karena itu pengisian kolom referensi boleh dilakukan setelah angka rekening yang ada pada kolom jumlah (debit/kredit) telah benar-benar dipindah (diposting) dari buku jurnal ke dalam rekening buku besar yang bersangkutan. Dengan cara ini pemegang buku jurnal akan dapat mengetahui rekening-rekening mana yang telah diposting dan rekening-rekening mana yang belum diposting. Dengan demikian pemegang buku jurnal akan mudah dapat melanjutkan pekerjaannya pada waktu-waktu berikutnya.

e. Kolom Debit dan Kredit, digunakan untuk mencatat sejumlah angka tertentu yang mempengaruhi nilai rekening yang bersangkutan.

Karakteristik dari kompetensi dasar ini diperlukannya konsentrasi, ketelitian, dan ketrampilan yang tinggi dari siswa untuk dapat menganalisis transaksi terhadap perubahan suatu rekening.Selain itu kompetensi dasar ini juga menggunakan pendekatan masalah


(42)

24

dimana siswa diharapkan mampu menghadapi masalah yang terjadi pada pencatatan transaksi di perusahaan jasa dan dicatat ke dalam jurnal.Untuk mempelajari kompetensi dasar jurnal umum masih ada siswa yang belum atau kurang mampu menganalisis transaksi terhadap perubahan suatu rekening.

2.5.2 Dokumen Sumber Pencatatan

Transaksi keuangan merupakan sumber pencatatan akuntansi.Akibat dari suatu transaksi langsung pengaruhnya dapat ditunjukandalam posisi keuangan (neraca) atau pencatatannya ke dalam persamaan akuntansi.Dalam praktik sesunguhnya hal ini tidak lazim dilakukan, sebab selain transaksi keuangan yang terjadi cukup banyak, laporan keuangan juga tidak diperlukan setiap kali terjadi transaksi.

Dokumen sumber pencatatan akuntansi berupa bukti transaksi dapat dikelompokan menjadi bukti transaksi intern dan ekstern.

1. Bukti transaksi intern adalah bukti pencatatan yang dibuat untuk kepentingan perusahaan sendiri dan tidak berhubungan dengan pihak luar perusahaan, biasanya berupa memo. Misalnya: penaksiran kerugian piutang, pembebanan biaya yang dibayar dimuka, penyusunan aktiva tetap, pemakaian perlengkapan, penggunaan bahan baku, pengembalian barang dan lain sebagainya.

2. Bukti transaksi ekstern adalah bukti pencatatan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak diluar perusahaan. Misalnya: faktur, nota, cek, kuitansi, dan lain sebagainya.

Untuk lebih detailnya, dibawah ini diuraikan tentang macam-macam bukti transaksi yang akan digunakan dalam proses pencatatan akuntansi, mulai dari jurnal sampai laporan keuangan.

1. Kuitansi, adalah bukti pembayaran yang dibuat oleh pihak yang menerima uang. 2. Nota debit, adalah bukti pengiriman kembali barang yang telah dibeli secara kredit.


(43)

3. Nota kredit, adalah bukti untuk penerimaan kembali barang yang telah dijual secara kredit.

4. Cek, adalah perintah yang diterima pihak lain sebagai alat pembayaran melalui bank. 5. Faktur, adalah bukti transaksi penjualan dan pembelian secara kredit yang dibuat oleh pihak penjual kepada pembeli.

6. Memo/memorial, adalah bukti yang dibuat oleh pimpinan perusahaan yang biasanya ditunjukan untuk bagian pembukuan.

2.5.3 Mekanisme Debit dan Kredit

Bukti pencatatan yang ada dalam suatu perusahaan dianalisis untuk mengetahui rekening yang dicatat sebelah debit dan rekening yang dicatat disebelah kredit.

Pengertian debit dalam akuntansi menunjukan sisi sebelah kiri pada suatu akun, sedangkan kredit menunjukan sisi sebelah kanan. Pencatatan transaksi ke sebelah debit dan kredit berarti menunjukan adanya penambahan atau pengurangan terhadap rekening atau perkiraan atau akun. Untuk dapat mengisi kolom debit dan kredit harus dipahami terlebih dahulu ketentuan sebagai berikut:

(1)Kelompok rekening harta, beban, dan prive, akan didebit (nilai rupiahnya dicatat pada kolom sebelah kiri) jika nilainya bertambah, dan akan dikredit (nilai rupiahnya dicatat pada kolom sebelah kanan) jika nilainya berkurang.

(2)Kelompok rekening utang, moda, cadangan, akumulasi penyusutan dan pendapatan akan didebit (nilai rupiahnya dicatat pada kolom sebelah kiri) jika nilainya berkurang, dan akan dikredit (nilai rupiahnya dicatat pada kolom sebelah kanan) jika nilainya bertgambah.


(44)

26

Ringkasan ketentuan di atas dapat disederhanakan dalam bagan sebagai berikut: ( + ) DEBIT

( - ) KREDIT

( + ) DEBIT

( - ) KREDIT

2.1 Gambar Ringkasan Materi Jurnal Umum

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk mendukung dan memperkuat latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka disertakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

Tabel 2.3 Penelitian terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penetitian Hasil Penelitian Bebas (X) Terikat (Y)

1. Fitri

Setyoningsih (2009)

Efektivitas pembelajaran kooperatif tipa STAD dg media CD pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan jurnal umum kelas

X1= modul pembelajaran STAD

Hasil Belajar siswa

Berdasarkan hasil pre test

presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 25% hasil post test persentase ketuntasan mencapai 100% sedangkann kelas kontrol adalah 35% dengan dengan hasil post

- Utang - Modal - Cadangan - Akumulasi Penyusustan - Pendapatan


(45)

X semester I SMK Setia Budhi Semarang tahun ajaran 2010/2011

test 95% prosentase berasal dari jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM.

2. Agnes Ika Kurniasari (2009)

Efektivitas model pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) berbantuan macromedia flash dalam upaya meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal umum siswa kelas XI IPS SMA N 1 Bojong tahun ajaran 2011/2012

X1= modul pembelajaran STAD

X2= macromedia flash

Hasil Belajar akuntansi

Berdasarkan uji tahap akhir diperolehnilai rata-rata kelas eksperimen meningkatkan dari 56.75 menjadi 80.78. Nilai rata-rata post test kelas eksperimen telah mencapai ketun tasan sebesar 88% diatas standar kriteria ketuntasan minimal.

3. Arum Puspita sari (2010)

Studi komparasi hasil belajar menggunakan model problem solving dengan model

konvensional pada pokok bahasan jurnal umum siswa kelas X akuntansi SMK Widya Praja Ungaran

X1= modul pembelajaran problem solving

Hasil Belajar akuntansi

Dari hasil penelitian nilai rata-rata setelah perlakuan mengalami peningkatan. Uji hipotesis I menggunakan uji paired sample t- test menunjukan adanya peningkatan hasil belajar sebelum dan setelah treatment di kelas eksperimen, sedangkan uji hipotesis II menggunakan uji independent sample t-test menunjukan adanya perbedaan hasil belajar untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

4. Erlina Kurniawati (2010)

Efektifitas penggunaan model pemecahan masalah (problem solving) terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS pokok bahasan jurnal umum perusahaan jasa di SMA Islam Sultan

Agung 1

Semarang

X1= modul pembela-jaran

problem solving

Hasil Belajar akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen 8.28. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar 7.28.


(46)

28

Ilmi (2009) pembelajaran koopertif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X akuntansi SMK N 1 Demak pada pokok bahasan Jurnal Umum.

pembela-jaran STAD

akuntansi pokok bahasan jurnal umum kelas X akuntansi SMK N Demak

presentase ketuntasan hasil belajar siswa adalah 36.84% dan pada akhir siklus I ketuntasan belajar siswa 74% pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 80% dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi mencapai 95%. Sedangkan hasil post test persentase ketuntasannya mencapai 100%.

6. Husnurrosyidah (2009)

Efektivitas model pembelajaran tipe STAD terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran jurnal umum (studi kasus pada MAN 2 Pati)

X1= modul pembelajaran STAD

Hasil Belajar akuntansi pokok bahasan jurnal umum pada MAN 2 Pati

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh t hitung= 1.66 dengan

α=5% dan dk= 86, karena

t hitung>t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Rata-rata kelompok eksperimen sebesar 79.48 dan kelompok kontrol sebesar 70.27.

2.6 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan penerapan konsep diri. Keberhasilan pembelajaran dalam dunia pendidikan yang diperoleh siswa tercermin dari peningkatan mutu kelulusan yang dihasilkannya. Peran aktif seluruh komponen pendidikan sangat diperlukan terutama siswa yang berfungsi sebagai input dan guru sebagai fasilitator.

Tingginya kualitas pengajaran atau pembelajaran tergantung pada kualitas komponen-komponen pembelajaran yang bekerja didalamnya.Adapun komponen pembelajaran tersebut adalah tujuan pembelajaran, model, media pembelajaran, sarana dan prasarana, administrasi pembelajaran, siswa, guru dan evaluasi hasil belajar.Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi di dunia pendidikan. Apabila komponen-komponen pembelajaran tersebut saling bekerjasama dan dapat


(47)

mendukung proses pembelajaran dengan baik, maka dapat membuat pembelajaran berkualitas dan hasil belajar yang diperolehpun akan optimal.

Dalam proses pembelajaran akuntansi di sekolah setiap guru senantiasa mengharapkan agar pembelajaran berjalan secara efektif, dengan hasil belajar yang optimal yang ditujukan dengan nilai tes yang memuaskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan belajar dengan hasil belajar yang optimal adalah dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan-kegiatan guru selama prosespembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran disekolah ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi yang terjadi dapat berlangsung secara edukatif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka diperlukan model yang tepat.

Berdasarkan observasi awal yang diperoleh melalui wawancara sistem pembelajaran akuntansi yang selama ini diterapkan di SMK masih menggunakan metode konvensional (ceramah divariasikan dengan Tanya jawab), dimana guru sebagai sumber informasi dalam proses belajar mengajar kegiatannya hanya sebatas menyampaikan atau mentransfer ilmu-ilmu pengetahuan kepada siswa dan memberikan latihan-latihan, sedangkan siswa diposisikan sebagai pihak penerima ilmu pengetahuan, pasif dalam proses belajar mengajar. Tugas siswa mendengarkan dan menjawab soal-soal latihan yang diberikan guru.

Pembelajaran akuntansi di SMK dengan metode ceramah divariasikan dengan Tanya jawab yang selama ini diterapkan, belum dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan belajar yaitu hanya 65,43%.

Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang memerlukan pelatihan, khususnya dalam materi pokok jurnal umum. Siswa dituntut untuk memahami akun-akun yang memerlukan penyesuaian yang selanjutnya akan dicatat dalam kertas kerja.


(48)

30

Pemahaman pencatatan ini berguna sebagai dasar untuk membantu siswa dalam lebih memahami akuntansi.Sehingga apabila metode ceramah digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, hasilnya kurang sesuai dengan spesifik materi akuntansi. Sehingga akan berakibat pada kesalahan memahami jurnal, kelemahan dalam menyusun, dan menganalisanya secara sistem dan benar, serta siswa kurang mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Hal ini berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi khususnya kompetensi dasar jurnal umum,dengan rujukan penelitian terdahulu tentang penggunaan model pembelajaran yang telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa menggunaka model pembelajaran problem solving dan juga STAD, maka dalam penelitian ini mencoba untuk membandingkan model mana yang lebih baik jika digunakan untuk kompetensi dasar jurnal umum. Diharapkan nantinya akan dapat diketahui hasil mana yang lebih baik.

Penelitian mengenai pembelajaran dengan model problem solving dan STAD yang menyatakan bahwa dengan mengguanakan kedua model tersebut hasil belajar jurnal umum siswa yang menunjukan peningkatan yang signifikan. Husnurrosyidah (2009) yang bejudul

“Efektivitas model pembelajaran tipe STAD terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran jurnal umum (studi kasus pada MAN 2 Pati”, penelitian tersebut menyatakan bahwa model

STAD dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pkok bahasan jurnal umum dengan hasil yang signifikan yaitu rata-rata kelompok eksperimen sebesar 79.48 dan kelompok kontrol sebesar 70.27, begitu juga pada penelitian problem solving yang dilakukan oleh Erlina Kurnia

Wati (2010) yang berjudul “Efektivitas model pemecahan masalah (problem solving) terhadap hasil belajar siswa IPS pokok bahasan jurnal umum perusahaan jasa di SMA Sultan

Agung 1 Semarang”, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen 8.28. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol sebesar 7.28.


(49)

Beberapa penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran problem posing dan STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar akuntansi.Maka dari itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih baik diantara kedua model tersebut dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi kompetensi dasar jurnal umum.

Adapun kerangka berpikir adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Pikiran

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dengan dilandasi teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Ada perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran STAD kompetensi dasar jurnal umum pada siswa kelas X

SMK N 1 Brebes”.

Kualitas Hasil Tes Dibandingkan Model Pembelajaran STAD

Ada perbedaan antara hasil belajar problem solving dan STAD Model Pembelajaran


(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menurut Sugiyono (2003:7) penelitian eksperimen yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.

Desain penelitian yang dipakai adalah pola control group pre-test-post-test dan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan

(treatmen) Postest

Eksperimen I

P1 T P2

Eksperimen II

P3 P4

Keterangan :

P1 : Nilai rata-rata pre-test kelompok eksperimen P2 : Nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen

T: Treatment / perlakuan menggunakan metode pembelajaran P3 : Nilai rata-rata pre-test kelompok kontrol

P4 : Nilai rata-rata post-test kelompok kontrol

Menurut Jogiyanto (2010:108) efek dari eksperimen ini adalah (P2 - P1) – (P4 -

P3) atau (P2 - P4) – (P3 - P1).

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2003:90) Populasi adalah wilayah generealisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X


(51)

SMK N 1 Brebes semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X AK 1, kelas X Ak 2, dan X Ak 3 dengan jumlah total 122 siswa.

Tabel 3.2

Jumlah siswa Akuntansi tahun pelajaran 2012/2013 SMK N 1 Brebes

No. Kelas Jumlah siswa

1 X akuntansi 1 40

2 X akuntansi 2 42

3 X akuntansi 3 40

(Lampiran 2,3,4)

Menurut Arikunto (2006:131) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Sebelum menentukan sampel, peneliti melakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal dan uji homogenitas untuk mengetahui kondisi sampel yang sama atau homogen terhadap hasil ulangan kompetensi dasar jurnal umum perusahaan jasa. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Hasil Analisis Uji Normalitas Populasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AK1 AK2 AK3

N 40 41 42

Normal Parametersa

Mean 74.9750 73.8049 79.2381

Std. Deviation 7.53279 7.72729 9.14866

Most Extreme Differences

Absolute .229 .178 .167

Positive .229 .178 .167

Negative -.158 -.140 -.140

Kolmogorov-Smirnov Z 1.446 1.138 1.079

Asymp. Sig. (2-tailed) .031 .150 .195

a. Test distribution is Normal.


(52)

34

Hasil analisis data pada tabel 3.3 menunjukkan signifikansi masing-masing kelas. Kelas X Ak 1 memiliki signifikasi 0,031 ; kelas X Ak 2 memiliki signifikasi 0,150 dan kelas X Ak 3 memiliki signifikasi 0,195. Populasi dapat dikatakan berdistribusi normal jika memiliki signifikansi lebih dari 0,05, dari hasil analisis diatas maka kelas yang berdistribusi normal adalah kelas X Ak 2 dan X Ak 3.

Tabel 3.4

Hasil Uji Homogenitas Populasi Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.745 2 120 .178

Sumber : Data penelitian yang diolah Tahun 2012 (Lampiran 8)

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui nilai signifikansi sebesar 0,178 lebih besar daripada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai varians atau kondisi yang homogen.

Setelah diketahui data yang digunakan berdistribusi normal dan homogen maka pengambilan sampel dapat dilakukan, yaitu dengan cara diundi untuk menentukan penggunaan model untuk masing-masing kelas eksperimen. Setelah diketahui hasil pengundian maka terpilih kelas X Ak 2 sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran STAD dan kelas X Ak 3 menggunakan Problem solving.

3.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga macam variabel yaitu : 3.1.1.1.1.1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitan ini adalah penggunaan model pembelajaran Problem solving dan model pembelajaran STAD.


(53)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kompetensi dasar jurnal umum.

3.1.1.1.1.3. Variabel kontrol

1) Faktor guru

Guru harus dipersiapkan secara matang dalam melaksanakan model-model pembelajaran tersebut dan dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya.

2) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah ruang kelas yang digunakan untuk percobaan dipilih sedemikian rupa sehingga pengaruh panas sinar matahari dan gangguan-gangguan luar seperti latian-latihan, kunjungan-kunjungan atau keributan dari kelas lain dapat dikendalikan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini metode pengumpulan data adalah metode tes, menurut Arikunto (2006:150) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Model tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa pada aspek pemahaman konsep dengan mengadakan tes pada kompetensi dasar jurnal umum perusahaan jasa.Bentuk soal yang digunakan dalam tes ini adalah pilihan ganda. Evaluasi dilakukan pada kelas X Ak 2 (kelas eksperimen I) dan kelas X Ak 3 (kelas eksperimen II). Kedua kelas pada tahap awal harus mengerjakan soal pre test, setelah itu dilakukan treatmen (perlakuan) dengan masing-masing model setelah itu baru dilakukan test akhir yaitu post test agar diperoleh data-data nilai siswa sebelum atau sesudah adanya perlakuan untuk dianalisis. Data ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar pada aspek pemahaman konsep antara kelompok eksperimen I kelas X Ak 2


(54)

36

dengan model STAD dan kelompok eksperimen II kelas X Ak 3 dengan model Problem solving.

Tes yang diberikan pada kedua kelas eksperimen memiliki bentuk yang sama. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diujicobakan pada kelas X Ak 1 untuk mengetahui validitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan realibilitas dari tiap-tiap butir tes.

3.5 Analisis Instrumen Penelitian 3.5.1 Uji Validitas

Arikunto, (2006:168-169) menyebutkan instrumen atau alat ukur digunakan untuk mendapatkan data maka harus dilakukan uji validitas untuk mengetahui seberapa tinggi validitas atau keabsahan instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan program SPSS 16 Corrected Item-Total Correlation dengan taraf signifikansi α=5%. Soal dikatakan valid apabila nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel = 0,312.

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan pada siswa kelas X Ak 1 SMK N 1 Brebes awalnya menggunakan 30 butir soal tetapi dari ke-30 soal tersebut belum ada yang mempunyai kriteria sukar, sehingga dirasa perlu untuk menambah beberapa yaitu lima soal lagi agar nantinya kriteria soal lebih variatif. Jadi keseluruhan jumlah butir soal yang diujicobakan dalam penelitian ini berjumlah 35 butir soal pilihan ganda, dengan jumlah responden (n) = 40 diperoleh hasil analisis sebagai berikut:


(55)

Tabel 3.2

Rekapitulasi validitas butir soal

Aspek yang diukur Nomor butir soal yang valid Jumlah butir soal yang valid Nomor butir Soal yang tidak valid

Jumlah butir soal yang tidak valid Pengetahuan

(C1)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13

11 7, 12 2

Pemahaman (C2)

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25

10 21, 23 2

Penerapan (C3)

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

9 27 1

Jumlah 30 5

Sumber: Data penelitian diolah 2012 (Lampiran 17)

Dari tabel 3.2 disimpulkan jumlah butir soal yang valid adalah 30 soal, sedangkan 5 soal yang tidak valid dibuang karena sudah diwakili oleh butir soal yang lain yang valid 3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Suharsimi, 2006:90).

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS 16 Cronbach Alpha dimana soal dikatakan memilki reliabel yang baik jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 (Imam ghozali, 2006:46).

Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan pada 35 butir soal, diperoleh nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,742 > 0,600, sehingga dapat disimpulkan bahwa soal memiliki reliabel yang baik.

3.5.3 Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu susah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, perlu dilakukan uji taraf kesukaran soal sebagai berikut:


(56)

38

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itudengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Suharsimi, 2006:208)

Kriteria indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut : Jika P = 1,00 sampai 0,30 adalah sukar

Jika P = 0,30 sampai 0,70 adalah sedang Jika P = 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah (Suharsimi, 2006:210)

Berdasarkan 30 soal yang valid dilakukan analisis tingkat kesukaran soal dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal

Aspek yang diukur

Sukar Sedang Mudah

Pengetahuan (C1)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10 11,13,14,15,16 Pemahaman

(C2)

17,18 19

Penerapan (C3) 32, 33, 34, 35 20,22,24, 26,28 25,29,30,31

Jumlah 4 16 10

Sumber: Data penelitian diolah 2012 (Lampiran 18)

Pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa soal dalam kategori sukar sebesar 13,3% (4 soal), soal dalam kategori sedang sebesar 53,3% (16 soal) dan soal dalam kategori mudah sebesar 33,3% (10 soal).


(57)

3.5.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus daya pembeda (D) adalah sebagai berikut:

D=BAJA-BBJB=PA-PB Keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

soal dengan benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klafisikasi daya pembeda: D : 0,00 - 0,20 = jelek D : 0,21 - 0,40 = cukup D : 0,41 - 0,70 = baik

D : 0,71 - 1,00 = baik sekali

D : negatif,soalnya tidak baik,sebaiknya dibuang (Arikunto ,2006:213-214).

Berdasarkan 30 soal yang valid dilakukan perhitungan daya beda soal yang disajikan pada tabel 3.4 berikut:


(1)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Suasana pre test kelas eksperimen I (STAD)


(2)

Suasana pre test kelas eksperimen II (Problem solving)


(3)

(4)

(5)

(6)

SURAT KETERANGAN NO : 070/560/12

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMK, Negeri 1 Brebes, dengan ini menerangkan, bahwa :

Nama : NUR AZMI BEKTI RIYANI

NIM : 7101408184

Jur/Prodi : Pend Ekonomi/Pend Ekonomi Akuntansi

Benar benar mahasiswa UNNES yang telah melaksanakan penelitian di SMK Negeri 1 Brebes tanggal 7 s.d 10 November dengan judul skripsi "STUDI KOMPARASI METODE STAD dan PROBLEM

SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

AKUNTANSI PADA MATERI JURNAL UMUM di SMK NEGERI 1 BREBES"

Demikian Surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The effectiveness of using student teams achievement division (stad) technique in teaching direct and indirect speech of statement (A quasi experimental study at the eleventh grade of Jam'iyyah Islamiyyah Islamic Senior high scholl Cege)

3 5 90

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOUR

0 1 15