Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi SIG dalam Mengkaji Dampak Tsunami

12 Pribadi et al. 2006 mengamati inundation atau jangkauan rayapan gelombang tsunami maksimum Pangandaran tahun 2006 terjadi di lokasi persawahan Cimerak sejauh 1000 m dari garis pantai. Hal ini dikarenakan Cimerak adalah lokasi terdekat pertama dari epicenter sebelum Pangandaran tanpa terhalang oleh lekukan teluk pulau, tanahnya relatif datar walaupun diselingi perbukitan rendah. Wilayah pesisir dengan tebing –tebing pasir relatif aman dibandingkan pantai dengan topografi landai. Run up di daerah tersebut cenderung minimum seperti terjadi di daerah Bugel 40 m dan Ambal 40 m di Jawa Tengah serta Pameungpeuk 70 m di Jawa Barat. Chandrasekar et al. 2006 melakukan pengamatan di pantai selatan India pada tahun yang sama dan menyatakan bahwa jangkauan rayapan maksimum terjadi di daerah mulut sungai atau estuari. Dampak tsunami juga lebih terlihat pada pantai dengan topografi datar dibandingkan daerah dengan topografi bergelombang.

2.5. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi SIG dalam Mengkaji Dampak Tsunami

Kemampuan SIG untuk mengintegrasikan informasi alam, sosial ekonomi dan bencana bisa menjadi alat penilai yang ideal guna mendukung upaya perencanaan kawasan rawan tsunami. Untuk melakukan analisis tingkat kerawanan suatu daerah terhadap bencana tsunami diperlukan dua alat pembantu yaitu pemodelan tsunami yang mencakup pembangkitan, penjalaran serta genangan tsunami dan aplikasi SIG dalam melakukan analisis resiko bencana tsunami. Dalam teknis pelaksanaannya, metode-metode statistik sederhana juga diperlukan untuk melengkapi aspek ilmiah dalam melakukan pembobotan untuk analisis tingkat kerentanan dan ketahanan suatu daerah terhadap bencana tsunami Diposaptono dan Budiman 2008 Chandrasekar et al. 2006 melakukan klasifikasi bahaya tsunami di sepanjang pantai selatan India. Peta bahaya tsunami dipersiapkan menggunakan teknik SIG berdasarkan jarak inundasi dengan melihat sifat pantai untuk menunjukkan jangkauan air masuk ke daratan dan topografinya. Teknologi penginderaan jauh dan SIG juga digunakan bersama data lain untuk mencari 13 lokasi paling cocok untuk penempatan menara peringatan Tsunami di wilayah pantai Thailand Koedkurang et al. 2005. Chittibabu dan Baskaran 2009 menggunakan SIG sebagai alat untuk memadukan data ketinggian, jarak inundasi tsunami dan peta-peta tematik yang berasal dari data penginderaan jauh. Studi yang dilakukan menyoroti wilayah paling rentan terhadap inundasi tsunami dan membuat batas lokasi yang cocok bagi rehabilitasi di pantai Karaikal India. Kumaraperumal et al. 2007 menyatakan bahwa penginderaan jauh memberikan dukungan yang besar selama bencana untuk mendapatkan ide pendahuluan mengenai kerusakan yang disebabkan oleh tsunami. Disini alat penginderaan jauh dan SIG digunakan untuk mengidentifikasi jarak intrusi air laut dan menduga perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan. Peta bahaya tsunami dihasilkan menggunakan pendekatan SIG yang menunjukkan bahaya relatif tsunami di pantai Nagapattinam India. Kriteria yang dipertimbangkan untuk penilaian bagi pemetaan bahaya adalah tipe-tipe lahan yang berdekatan dengan pantai dan perbedaan topografi lahan. Theilen-Willige 2008 melakukan studi mengenai pemetaan kerentanan tsunami untuk wilayah pantai Turki dan Yunani di Laut Aegean. Lokasi yang berpotensi rawan tsunami diidentifikasi dari citra Landsat ETM, SRTM Shuttle Radar Topography Mission dan citra QuickBird dan dari basis data SIG terpadu. Evaluasi data penginderaan jauh digabungkan dengan geodata lain dalam lingkungan SIG memungkinkan deliniasi wilayah yang rentan penggenangan flooding tsunami dan inundasi di wilayah pantai Aegean Sea. Tujuan utama dari SIG lebih ditekankan pada isu kerentanan kawasan, identifikasi kawasan rawan tsunami serta mengetahui dampak yang ditimbulkan pasca tsunami. Hasil kajian kerentanan yang komprehensif dapat digunakan untuk mendukung upaya pengurangan potensi kerugian kawasan pesisir, meningkatkan kemampuan untuk merespon dan memulihkan diri dari suatu peristiwa Diposaptono dan Budiman 2008. 14 III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian