Tsunami di Indonesia Spatial modelling of vulnerability of destruction by tsunami in the Ciamis Coast of West Java

8 Lantai laut bergerak beberapa meter. Sejumlah besar air bergerak maju mundur selama beberapa jam yang menghasilkan rangkaian gelombang berlomba-lomba melewati lautan dengan kecepatan lebih dari 800 km per jam. Badan Meteorologi dan Geofisika 2010 menyebutkan bahwa tsunami terjadi jika gempa besar terjadi dengan kekuatan gempa 7.0 SR, lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman 70 Km serta terjadi deformasi vertikal dasar laut. Gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar laut. Pada daerah episentrum gempa, tinggi gelombang diperkirakan 0,5 m sampai 3 m dan panjang gelombangnya lebih dari puluhan kilometer. Kecepatan rambat di laut dalam berkisar dari 400 sampai 1.000 kmjam. Kecepatan tsunami C dalam meter merupakan akar perkalian antara percepatan gravitasi bumi g=9,81 mdt 2 dan kedalaman laut h dalam meter. Semakin dalam laut semakin besar kecepatannya. Secara matematis dapat ditulis C=√g.h. Sebagai contoh pada kedalaman air laut 5.000 m, tsunami mempunyai kecepatan 800 kmjam setara dengan kecepatan pesawat Diposaptono dan Budiman 2008. Selama periode tahun 1600 sampai 2006 Indonesia mengalami 108 tsunami. Sekitar 90 tsunami disebabkan gempa tektonik, 9 akibat letusan gunung api dan hanya 1 dipicu oleh tanah longsor.

2.3. Tsunami di Indonesia

Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng aktif dunia yaitu Eurasia, Indo- Australia dan lempeng Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah dengan tingkat kegempaan sangat tinggi. Gempa dan tsunami yang terjadi di laut selatan Pulau Jawa merupakan akibat tumbukan antara lempeng oseanik Indo- Australia dan lempeng benua Eurasia Pribadi et al. 2006. Indonesia berada di urutan ketiga negara rawan tsunami setelah Jepang dan Amerika. Negara-negara yang sering dilanda tsunami berada di kawasan Lautan Pasifik karena adanya “Pacific ring of fire” Sutowijoyo 2005. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. 9 Gambar 2. Wilayah rawan tsunami Kious dan Tilling 2001; modifikasi Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan. Berdasarkan Katalog Gempa 1629 - 2002 di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali. Tsunami akibat longsoran landslide 1 kali, 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik Badan Meteorologi dan Geofisika 2010. Yulianto et al. 2008 menyebutkan bahwa hingga saat ini, gempa bumi terjadi rata-rata 15 kali sehari di wilayah Indonesia. Gempa bumi yang sering terjadi menyebabkan tsunami juga sering melanda wilayah Indonesia. Dalam lima belas tahun terakhir tsunami terjadi rata-rata sekali dalam dua tahun. Gelombang tsunami di NAD tahun 2004 tercatat setinggi lebih dari 20 m. Panjang pantai yang terpengaruh oleh tsunami lebih dari 500 km. Daerah terparah berada di pantai barat mulai dari Banda Aceh hingga Meulaboh. Tsunami di pantai selatan Jawa tanggal 17 Juli 2006 diakibatkan gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter. Ketinggian run up bervariasi kurang dari 10 m. Terjangan tsunami terjadi selama seperempat sampai 1 jam setelah gempa dengan kecepatan rata-rata 200-600 km per jam. Gelombang terjadi tiga kali dengan gelombang kedua merupakan gelombang tertinggi dengan selang waktu 2-5 menit. Tinggi tsunami bervariasi antara 2-8 m dengan konsentrasi energi tersebar mulai dari Km 10 Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Cilacap. Tsunami dengan ketinggian lebih dari 6 m di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, dan Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap. Tinggi genangan yang melimpas ke daratan rata-rata kurang dari 2 m. Arus yang masuk sekitar 10-25 kmjam Diposaptono dan Budiman 2008. Tabel 1. Kejadian tsunami dan dampaknya di Indonesia sejak tahun 1961 hingga 2005 Diposaptono dan Budiman 2008 Tahun Pusat Gempa Run-up maksimum m Jumlah korban tewasluka Daerah bencana 1961 8,2 LS 122,0 BT Tidak terdata 26 NTT, Flores tengah 1964 5,8 LU 95,6 BT Tidak terdata 110479 Sumatera 1965 2,4 LS 126,0 BT Tidak terdata 71 tewas Maluku, Seram Sanana 1967 3,7 LS 119,3 BT Tidak terdata 58100 Tinambung Sulsel 1968 0,7 LS 119,7 BT 8-10 392 tewas Tambo Sulteng 1969 3,1 LS 118,8 BT 10 6497 Majene Sulsel 1977 11,1 LS 118,5 BT Tidak terdata 316 tewas NTB P. Sumbawa 1977 8,0 LS 125,3 BT Tidak terdata 225 NTT, Flores P. Atauro 1979 8,4 LS 115,9 BT Tidak terdata 27200 NTB, Sumbawa, Bali Lombok 1982 8,4 LS 123,0 BT Tidak terdata 13400 NTT, Larantuka 1987 8,4 LS 124,3 BT Tidak terdata 83108 NTT, Flores Timur P. Pantar 1989 8,1 LS 125,1 BT Tidak terdata 7 tewas NTT P. Alor 1992 8,5 LS 121,9 BT 11,2-26,2 1.9522.126 NTT, Flores, P. Babi 1994 10,7 LS 113,1 BT 19,1 38400 Banyuwangi Jatim 1996 1,1 LS 118,8 BT Tidak terdata 363 Palu Sulteng 1996 0,5 LS 136,0 BT 13,7 107 tewas P. Biak Irian Jaya 1998 2,0 LS 124,9 BT 2,75 34 tewas Tabuna Maliabu Maluku 2000 0,6 LU 119,92 BT 3 4 tewas Banggai, Sulteng 2004 3,298 LU 95,6 BT 34 Lebih dari 210.000 tewas NAD Sumut 2005 2,065 LU 97,01 BT 3,5 Tidak terdata Pulau Nias 2006 9,4 LS 107,2 BT 7,6 668 tewas Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta 2007 4,67 LS 101,3 BT 3,6 - Bengkulu Sumatera Barat

2.4. Kerusakan akibat Tsunami dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya