10 Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Cilacap. Tsunami dengan ketinggian lebih
dari 6 m di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis, dan Kecamatan Binangun Kabupaten
Cilacap. Tinggi genangan yang melimpas ke daratan rata-rata kurang dari 2 m. Arus yang masuk sekitar 10-25 kmjam Diposaptono dan Budiman 2008.
Tabel 1. Kejadian tsunami dan dampaknya di Indonesia sejak tahun 1961 hingga 2005 Diposaptono dan Budiman 2008
Tahun Pusat Gempa
Run-up maksimum
m Jumlah
korban tewasluka
Daerah bencana 1961
8,2 LS 122,0 BT Tidak terdata
26 NTT, Flores tengah
1964 5,8 LU 95,6 BT
Tidak terdata 110479
Sumatera 1965
2,4 LS 126,0 BT Tidak terdata
71 tewas Maluku,
Seram Sanana
1967 3,7 LS 119,3 BT
Tidak terdata 58100
Tinambung Sulsel 1968
0,7 LS 119,7 BT 8-10
392 tewas Tambo Sulteng
1969 3,1 LS 118,8 BT
10 6497
Majene Sulsel 1977
11,1 LS 118,5 BT Tidak terdata
316 tewas NTB P. Sumbawa
1977 8,0 LS 125,3 BT
Tidak terdata 225
NTT, Flores P. Atauro
1979 8,4 LS 115,9 BT
Tidak terdata 27200
NTB, Sumbawa, Bali Lombok
1982 8,4 LS 123,0 BT
Tidak terdata 13400
NTT, Larantuka 1987
8,4 LS 124,3 BT Tidak terdata
83108 NTT, Flores Timur
P. Pantar 1989
8,1 LS 125,1 BT Tidak terdata
7 tewas NTT P. Alor
1992 8,5 LS 121,9 BT
11,2-26,2 1.9522.126
NTT, Flores, P. Babi 1994
10,7 LS 113,1 BT 19,1
38400 Banyuwangi Jatim
1996 1,1 LS 118,8 BT
Tidak terdata 363
Palu Sulteng 1996
0,5 LS 136,0 BT 13,7
107 tewas P. Biak Irian Jaya
1998 2,0 LS 124,9 BT
2,75 34 tewas
Tabuna Maliabu
Maluku 2000
0,6 LU 119,92 BT 3
4 tewas Banggai, Sulteng
2004 3,298 LU 95,6 BT
34 Lebih dari
210.000 tewas NAD Sumut
2005 2,065 LU 97,01 BT
3,5 Tidak terdata
Pulau Nias 2006
9,4 LS 107,2 BT 7,6
668 tewas Jawa
Barat, Jawa
Tengah dan
DI Yogyakarta
2007 4,67 LS 101,3 BT
3,6 -
Bengkulu Sumatera Barat
2.4. Kerusakan akibat Tsunami dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Pada tahun 1883 tsunami terjadi di Selat Sunda akibat letusan Gunung Krakatau. Korban yang tercatat tewas lebih dari 36.000 orang yaitu di pantai
11 Sumatera dan Jawa. Gelombang tersebut setinggi 41 meter dan menghancurkan
295 kota dan desa di sepanjang pantai Selat Sunda di Lampung dan Banten. Tsunami tanggal 26 Desember 2004 telah menyebabkan bencana secara
ekonomi dan ekologi di 13 negara Asia dan Afrika. Gelombang mengerikan tersebut membunuh lebih dari 200 ribu orang dan menyebabkan lebih dari 2 juta
orang kehilangan rumah dan menyebabkan kerugian 6 miliar US di 13 negara Kathiresan dan Rajendran 2005.
Tsunami juga merubah bentang lahan wilayah pantai seperti yang terjadi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kawasan padat dengan bangunan, jalan
dan jembatan hancur dan putus Diposaptono dan Budiman 2006. Sutowijoyo 2005 menyatakan bahwa bentuk pantai, bentuk dasar laut
wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan bentuk depan gelombang tsunami yang datang ke pantai sangat berpengaruh terhadap kerusakan yang
timbul. Sebagian pantai akan mengalami kerusakan dan ketinggian arus yang berbeda dibanding pantai yang lain.
Tingginya gelombang tsunami di pantai juga disebabkan oleh bentuk batimetri, topografi dan geomorfologi pantai. Tinggi akan mencapai maksimum
pada pantai yang landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai. Hal ini terlihat pada kasus tsunami di Teluk Lhoknga NAD tahun 2004 dengan tinggi run
up mencapai 31,5 m, Teluk Pancer Banyuwangi tahun 1994 mencapai tinggi 14 m
dan Teluk Korim Biak tahun 1996 mencapai tinggi 12 m. Pada pantai yang terjal tsunami tertahan Diposaptono dan Budiman 2008.
Pada Hari Senin 17 Juli 2006 telah terjadi gempa bumi di Lautan India bagian selatan Pulau Jawa yang menimbulkan Tsunami. Sepanjang 400 km pantai
selatan, mulai dari Kabupaten Garut, Jawa Barat sampai dengan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah terkena dampak. Daerah yang yang paling parah adalah
Kecamatan Pangandaran dan juga Kecamatan Cimerak. Daerah yang dikenal sebagai tempat pariwisata dengan kerusakan sebanyak 63 hotel, lebih dari 50
restoran, 150 warung, lebih dari 400 perahu nelayan dan aset untuk bekerja lainnya mengalami kerusakan. Terdapat paling tidak 15.000-20.000 penduduk
yang mata pencahariannya terkena dampak langsung WFP dan LAPAN 2006.
12 Pribadi et al. 2006 mengamati inundation atau jangkauan rayapan
gelombang tsunami maksimum Pangandaran tahun 2006 terjadi di lokasi persawahan Cimerak sejauh 1000 m dari garis pantai. Hal ini dikarenakan
Cimerak adalah lokasi terdekat pertama dari epicenter sebelum Pangandaran tanpa terhalang oleh lekukan teluk pulau, tanahnya relatif datar walaupun
diselingi perbukitan rendah. Wilayah pesisir dengan tebing –tebing pasir relatif
aman dibandingkan pantai dengan topografi landai. Run up di daerah tersebut cenderung minimum seperti terjadi di daerah Bugel 40 m dan Ambal 40 m di
Jawa Tengah serta Pameungpeuk 70 m di Jawa Barat. Chandrasekar et al. 2006 melakukan pengamatan di pantai selatan India
pada tahun yang sama dan menyatakan bahwa jangkauan rayapan maksimum terjadi di daerah mulut sungai atau estuari. Dampak tsunami juga lebih terlihat
pada pantai dengan topografi datar dibandingkan daerah dengan topografi bergelombang.
2.5. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi SIG dalam Mengkaji Dampak Tsunami