Tsunami Spatial modelling of vulnerability of destruction by tsunami in the Ciamis Coast of West Java

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pantai dan Kawasan Lindung

Pantai adalah wilayah dimana berbagai kekuatan alam yang berasal dari laut, darat dan udara saling berinteraksi. Bentuk pantai bersifat dinamis dan selalu berubah Kartawinata, 1976 dalam Sumampouw, Saraswati dan Sitanala, 2000. Sukardjo 2002 memaparkan bahwa zona pantai merupakan sebuah habitat intermediet antara laut, daratan dan air tawar, yang menyediakan kondisi transisi yang komplek dan dinamis dan tidak pernah statis. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil menyebutkan bahwa wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung menyatakan bahwa kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

2.2. Tsunami

Istilah “tsunami” diadopsi dari bahasa Jepang, dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti ombak. Setelah tsunami terjadi orang Jepang akan segera menuju pelabuhan untuk menyaksikan kerusakan yang ditimbulkan akibat tsunami sehingga dipakai istilah tsunami yang bermakna “gelombang pelabuhan” Sutowijoyo 2005. Istilah tersebut menjadi bagian bahasa dunia setelah gempa besar 15 Juni 1896, yang menimbulkan tsunami besar di kota pelabuhan Sanriku JEPANG dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km Badan Meteorologi dan Geofisika 2010. Kious dan Tilling 2001 menyatakan bahwa gempa bumi besar yang terjadi di sepanjang zona tumbukan sangat berbahaya karena dapat memicu tsunami. 8 Lantai laut bergerak beberapa meter. Sejumlah besar air bergerak maju mundur selama beberapa jam yang menghasilkan rangkaian gelombang berlomba-lomba melewati lautan dengan kecepatan lebih dari 800 km per jam. Badan Meteorologi dan Geofisika 2010 menyebutkan bahwa tsunami terjadi jika gempa besar terjadi dengan kekuatan gempa 7.0 SR, lokasi pusat gempa di laut dengan kedalaman 70 Km serta terjadi deformasi vertikal dasar laut. Gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar laut. Pada daerah episentrum gempa, tinggi gelombang diperkirakan 0,5 m sampai 3 m dan panjang gelombangnya lebih dari puluhan kilometer. Kecepatan rambat di laut dalam berkisar dari 400 sampai 1.000 kmjam. Kecepatan tsunami C dalam meter merupakan akar perkalian antara percepatan gravitasi bumi g=9,81 mdt 2 dan kedalaman laut h dalam meter. Semakin dalam laut semakin besar kecepatannya. Secara matematis dapat ditulis C=√g.h. Sebagai contoh pada kedalaman air laut 5.000 m, tsunami mempunyai kecepatan 800 kmjam setara dengan kecepatan pesawat Diposaptono dan Budiman 2008. Selama periode tahun 1600 sampai 2006 Indonesia mengalami 108 tsunami. Sekitar 90 tsunami disebabkan gempa tektonik, 9 akibat letusan gunung api dan hanya 1 dipicu oleh tanah longsor.

2.3. Tsunami di Indonesia