2 dengan lajur tumbukan subduksi antara lempeng Eurasia dan Indo-Australian
yang berporos Barat-Timur yang terdapat di kedalaman laut Samudera Indonesia Kastanya, Susilawati dan Sitanala 2000.
Gempa berkekuatan 9,0 R akan menghasilkan energi yang setara dengan lebih dari 100.000 kali kekuatan bom atom Hiroshima. Bentuk pantai, bentuk
dasar laut wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan bentuk depan gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh terhadap
kerusakan yang ditimbulkan Sutowijoyo 2005. Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi
pada medium laut. Gangguan tersebut dapat berupa gempa bumi tektonik di laut, letusan gunung api, longsoran atau jatuhnya meteor di laut. Periode gelombang
tsunami berkisar antara 10 dan 60 menit Diposaptono dan Budiman 2008. Indonesia telah mengalami banyak kejadian tsunami namun pengetahuan
mengenai tsunami masih sangat minim khususnya bagi masyarakat yang berada di kawasan pantai yang berpotensi terjadinya tsunami. Kawasan pantai tersebut
memerlukan perhatian khusus guna mengurangi dampak kerusakan yang dapat timbul. Masyarakat luas perlu mengetahui kawasan mana saja yang berpotensi
tsunami dan rawan kerusakan akibat tsunami. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk melindungi kawasan pantai dari terjangan tsunami. Upaya perlindungan
dapat berupa pembangunan tembok laut, pemecah gelombang atau penanaman vegetasi pantai. Perencanaan dan pelaksanaan upaya tersebut disesuaikan dengan
karakteristik biofisik pantai tersebut. Kajian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan akibat tsunami
menjadi penting bagi upaya minimalisasi kerusakan yang mungkin timbul. Faktor-faktor tersebut akan menjadi dasar pemetaan tingkat kerawanan kerusakan
di suatu wilayah. Perhatian serius perlu diberikan bagi terlaksananya upaya rehabilitasi dan pencegahan kerusakan akibat tsunami dengan melibatkan berbagai
pihak. Setiap kebijakan yang diambil harus diputuskan dengan cermat yang didukung oleh data dan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
1.2. Rumusan Masalah
Indonesia berada di urutan ketiga setelah Jepang dan Amerika sebagai negara rawan tsunami Sutowijoyo 2005. Hal ini berkaitan dengan posisi
3 Indonesia yang berada pada pertemuan 3 lempeng aktif dunia yaitu Euroasia,
Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah yang tingkat kegempaannya sangat tinggi Pribadi et al. 2006.
Sukardjo 2002 menyebutkan bahwa 65 penduduk Indonesia tinggal di wilayah pantai dan sekitarnya. Korban terbanyak bencana tsunami adalah
perkampungan padat di daerah pantai disamping daerah wisata pantai Sutowijoyo 2005. Kawasan pantai menjadi kawasan yang rentan terhadap kerusakan akibat
tsunami. Vegetasi pantai seperti mangrove melindungi daerah di belakangnya dari
hempasan gelombang dan angin kencang dan melindungi pantai dari erosi dan abrasi Kusmana et al. 2002. Wilayah pantai yang tidak memiliki pelindung
vegetasi menjadi rentan terhadap kerusakan berat akibat gelombang besar dan gempa.
Di Jepang bangunan pelindung pantai sea walls telah banyak dibangun di pantai. Contohnya di ujung utara Semenanjung Oga yang dilindungi sea wall
setinggi 6 meter. Ketika gelombang tsunami disitu mencapai 5 meter, hanya ada satu rumah yang rusak. Kejadian tsunami di NAD menunjukkan bahwa
sekelompok vegetasi pantai mampu melindungi beberapa bangunan rumah. Energi dahsyat yang dibawa tsunami diredam oleh vegetasi pantai Diposaptono
dan Budiman 2008. Penelitian Harada dan Imamura 2002 dalam Diposaptono dan Budiman
2008 menunjukkan efektivitas hutan pantai untuk meredam tsunami. Hutan pantai dengan tebal 200 m, kerapatan 30 pohon100 m
2
dan diameter 15 cm dapat meredam 50 energi gelombang tsunami dengan ketinggian 3 meter.
Sebagian besar kawasan pantai tidak memiliki pelindung vegetasi yang baik, tetapi merupakan kawasan yang padat kegiatan manusia seperti permukiman,
tempat wisata, tambak, dan kegiatan budidaya lainnya. Upaya rehabilitasi dan pelestarian hutan di kawasan pantai sangat penting untuk meminimalkan
kerusakan yang mungkin terjadi akibat tsunami. Sepanjang pantai Ciamis umumnya lahan pasir kosong, lahan kosong
ditumbuhi rerumputan, lahan kosong ditumbuhi beberapa pohon kelapa dan waru, lahan kosong dengan pandan, anakan mangrove dan rumput. Di belakang pantai
4 wilayah Pangandaran merupakan lokasi permukiman padat dan penginapan yang
diselingi dengan rumah-rumah makan dan pasar wisata. Kondisi ini menyebabkan banyaknya korban jiwa ketika tsunami menerjang kawasan ini.
Pemodelan spasial yang didukung oleh teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis SIG dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang tingkat kerawanan kerusakan akibat tsunami. Informasi tersebut akan menjadi informasi penting dalam menyusun strategi pengelolaan kawasan pantai
guna meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi.
1.3. Tujuan Penelitian