Observasi Wawancara Teknik Pengumpulan Data

perekam mini dan catatan kecil serta kamera sebagai alat dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang dalam beberapa tahap berdasarkan perkembangan yang muncul sehubungan dengan jawaban atas suatu pertanyaan. Dalam pengumpulan data, observasi, wawancara dan dokumentasi dapat dilakukan sekaligus. Peneliti adalah mahasiswa UNNES jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan pada fakultas ilmu pendidikan. Setelah mendapat ijin dari UNNES untuk melakukan penelitian, maka peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melakukan penelitian selama kurang lebih tiga bulan. Adapun intensitas kunjungan peneliti adalah seminggu 3 sampai 4 kali kunjungan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3.5.1 Observasi

Menurut Arikunto 2010: 199 observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Observasi adalah kegiatan mengamati perilaku dengan sengaja, faktor kesengajaan dalam proses observasi dimaksudkan agar kegiatan observasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannnya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya “mengunjungi”, “melihat” atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan pencataatan-pencatatan. Moleong 2002: 126 menjelaskan bahwa observasi atau pengamatan ada dua klasifikasi yaitu pengamatan melalui cara berperan serta observasi partisipan dan pengamatan yang tidak berperan serta observasi non-partisipan. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi non-partisipan artinya peneliti tidak berperan langsung di dalam proses pembelajaran, peneliti hanya mengamati. Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang ada di kelas X SMAN 1 Welahan. Peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran, serta mengamati tahap refleksi setelah pembelajaran dilaksanakan.

3.5.2 Wawancara

Arikunto 2010:198 menyatakan interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara interviewer untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Menurut Moleong 2007:186 menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Lincoln dan Guba dalam Moleong 2007:186 mengatakan maksud dari wawancara antara lain : mengkonstruksi mengenai perang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia triangulasi; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Pada penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan kepala sekolah sebagai informan pertama, wakasek kurikulum, dan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn dan mata pelajaran PAI serta siswa sebagai informan pendukung untuk menguatkan informasi dan informan pertama. Wawancara ini untuk memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi implementasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENANAMAN NILAI NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X DI SMA NEGERI 1 PEMALANG

4 44 149

PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 1 JUWANA KABUPATEN PATI

0 11 193

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA.

0 3 28

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA KELAS X SMA Implementasi Pendidikan Karakter Religius Pada Siswa Kelas X SMA (Studi Kasus SMA Negeri 1 Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS PADA SISWA KELAS X SMA Implementasi Pendidikan Karakter Religius Pada Siswa Kelas X SMA (Studi Kasus SMA Negeri 1 Kayen Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 12

PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMP SE-KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA MENGENAI PENGINTEGRASIAN Persepsi Guru Matematika SMP Se-kecamatan Welahan Kabupaten Jepara mengenai Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.

0 0 15

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA Implementasi Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran PKn Kelas X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012).

0 2 16

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA Implementasi Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran PKn Kelas X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012).

0 2 16

Pendidikan karakter pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.

0 0 167

Implementasi pembelajaran pendidikan karakter bangsa di sma negeri 1 Purwantoro Kabupaten Wonogiri AWAL

0 0 30