54 Derajat aglomerasi yang tidak umum dapat terjadi karena adanya lemak atau
kelembaban yang berkelebihan excessive moisture. Untuk lebih jelasnya perubahan kadar lemak dari adonan menjadi produk kasoami setelah pengukusan, disajikan pada
Gambar 11 dibawah ini.
1 2
3 4
5 6
7 8
Adonan dan Produk Kasoami Kadar Lemak
Adonan cara lama Kasoami cara lama
Adonan cara baru 150ml PT1-Kasoami cara baru 150ml Periuk Tanah
Adonan cara baru 200ml PT2-Kasoami cara baru 200ml Periuk tanah
Dg-Kasoami cara baru 200ml Dandang DgAK-Kasoami cara baru 200ml Dandang+Autoklaf
AK1-Kasoami cara baru 200ml Autoklaf Adonan cara baru 250ml
AK2-Kasoami cara baru 250ml Autoklaf Adonan cara baru 300ml
AK3-Kasoami cara baru 300ml Autoklaf
Gambar 11 Perubahan kadar lemak antara adonan dan kasoami pada ragam proses pembuatan kasoami cara tradisional dan cara baru.
e. Kadar abu
Hasil uji-Duncan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa, kadar abu produk kasoami cara lama berbeda sangat nyata P0.01 terhadap kasoami cara baru. Tabel
10 menunjukkan pula bahwa kasoami dengan kadar abu tertinggi adalah kasoami cara baru AK1 1.28 daripada kasoami cara lama 0.48, berarti kadar abu meningkat
166.68. Tingginya kadar abu kasoami cara baru daripada cara lama disebabkan karena tepung kasoami cara baru ukuran tepung kasoami cenderung lebih seragam
dan lebih besar daripada cara lama, serta mendapat tambahan campuran kacang merah dan kelapa parut goreng pada kasoami cara baru.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perlakuan pengukusan kasoami telah terjadi penurunan persentase kadar abu. Adapun penurunan persentase kadar abu
kasoami perlakuan cara lama 7.69 dan cara baru PT1 38.73, PT2 55.17, Dg 62.64, DgAK 43.10, AK1 26.44, dan AK2 17.16. Diduga hal ini
55 disebabkan karena pada proses pengukusan pemanasan, unsur – unsur an-organik
abu, menguap bersama uap air atau terjadi pengabungan mineral- mineral abu menjadi zat organik.
Menurut Winarno 1992, kadar abu mencerminkan kadar unsur-unsur an- organik yang merupakan kandungan mineral suatu bahan. Namun demikian, tidak
semua unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur mineral Ranggana, 1986; dalam Saloko, et al., 1997.
Hasil penelitian ini menunjukkan pula, perlakuan pengukusan kasoami telah terjadi kecenderungan peningkatan kadar abu pada perlakuan kasoami cara baru AK3
12.33. Hal ini diduga terjadi karena proses pencampuran yang tidak merata antara tepung kasoami dan kacang merah dan kelapa parut goreng. Seharusnya secara
teoritis, percampuran tersebut dapat seragam. Tetapi pada penelitian ini tidak terjadi. Menurut Jackson dan Lamb 1981 menyatakan, fenomena de-mixing dapat
terjadi karena perbedaan fisik physical properties seperti ukuran, bentuk atau densitas dari bahan-bahan yang dicampurkan atau terjadinya aglomerasi dari partikel
campuran dengan derajat agromerasi degree of agromeration yang tidak umum. Untuk lebih jelasnya perubahan kadar abu dari adonan menjadi produk kasoami
setelah pengukusan, disajikan pada Gambar 12 di bawah ini.
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
Adonan dan Produk Kasoami Kadar Abu
Adonan cara lama Kasoami cara lama
Adonan cara baru 150ml PT1-Kasoami cara baru 150ml Periuk tanah
Adonan cara baro 200ml PT2-Kasoami cara baru 200ml Periuk tanah
Dg-Kasoami cara baru 200ml Dandang DgAK-Kasoami cara baru 200ml Dandang+Autoklaf
AK1-Kasoami cara baru 200ml Autoklaf Adonan cara baru 250ml
AK2-Kasoami cara baru 250ml Autoklaf Adonan cara baru 300ml
AK3-Kasoami cara baru 300ml Autoklaf
Gambar 12 Perubahan kadar abu antara adonan dan kasoami pada ragam proses pembuatan kasoami cara tradicional dan cara baru
56
f. Karbohidrat