Siapa yang Menjadi Implementor Agensi Sumber Daya yang Disediakan

Mereka adalah anak-anak, untuk itu hendaklah diupayakan pengembalian anak jalanan kepada kedudukan aslinya sebagai anak dalam keluarga dan Negara. Dalam usaha untuk mengembalikan hak anak jalanan kepada kedudukannya sebagai anak dalam keluarga dan negara serta pemberdayaan dan peningkatan pendapatan keluarga, Pemerintah hendaklah melakukan program pembangunan dengan mendahulukan masyarakat lapisan bawah. Pembangunan yang dilakukan haruslah diutamakan dan didahulukan dari bawah, apalagi dalam kondisi sekarang, dimana jumlah penduduk miskin semakin meningkat maka alokasi dan pembangunan pusat dan daerah haruslah diutamakan bagi kelompok ini.

4.1.4 Siapa yang Menjadi Implementor Agensi

Kebijakan yang diagendakan hendaknya menetapkan siapa yang menjadi implementor agensinya, sehingga program yang dijalankan benar-benar ditangani oleh pihak-pihak yang berkompeten didalamnya. Berikut penuturan Bapak Umur Ginting yang mengatakan bahwa: “Agen implementorpelaksana dari program pembinaan anak jalanan adalah Dinas Sosial sebagai perpanjangan tangan dari Gubernur Sumatera Utara dan dalam pelaksanaannya ketika melakukan pembinaan- pembinaan dibantu oleh Dinas-dinas terkait seperti; Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan dan Dinas-dinas lainnya serta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang peduli terhadap anak jalanan”. Pernyataan yang tersirat dari Bapak Umur Ginting tersebut adalah bahwa pelaksana dari suatu kebijakan tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh satu pihak, walaupun Dinas Sosial sebagai pelaksana utama dalam hal ini, namun Universitas Sumatera Utara penting menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait didalamnya sehingga kebijakan tersebut terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Menurut analisa penulis, jika tidak ada keterpaduan yang sinergis antara Dinas Sosial, LSM Lembaga Sosial Masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait, maka kemungkinan keberadaan anak jalanan yang semakin meningkat khususnya di Kota Medan akan sulit diatasi apalagi untuk dikurangi, karena tidak adanya komitmen dan solusi yang jelas untuk menanggulangi keberadaan anak jalanan ini.

4.1.5 Sumber Daya yang Disediakan

Suatu program yang dijalankan haruslah didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber-sumber daya yang dimaksud mencakup Sumber Daya Manusia SDM dan Sumber daya finansialkeuangan, sehingga dapat menunjang keberhasilan implementasi kebijakan yang ingin dituju. Seperti penuturan Bapak Umur Ginting berikut ini: “Bahwa sumber daya manusia adalah sebagai pelaksana dalam program ini. Adapun sumber daya manusia yang dimaksud dari Dinas Sosial dalam hal ini melaksanakan perannya sebagai narasumber, panitia dalam pelatihan-pelatihan yang sedang berlangsung serta melakukan sosialisasi yang menyangkut anak jalanan. Sementara sumber anggarandana untuk pembinaan anak jalanan, Dinas Sosial mendapat kucuran dana dari APBN Pemerintah Pusat pada tahun 2008 ini sebesar 600 juta dan dari APBD Provinsi 100 juta. Kemudian Dinas Sosial mengganggarkan dana sekitar 3-10 juta pertahun kepada setiap rumah singgahpanti sosial yang menangani pembinaan anak jalanan serta memberikan bantuan dalam bentuk bantuan usaha produktif untuk kepentingan keluarga si anak yang kurang mampu, seperti pemberian kompor, dandang, gerobak, dan steling sebagai fasilitas untuk kemandirian usaha kerja, sedangkan bantuan bagi rumah singgahpanti sosial yakni berupa pemberian seperangkat komputer, mesin jahit, papan bunga, peralatan untuk perbengkelan, alat musik, dispenser, air botol aqua untuk kepentingan anak jalanan tersebut”. Universitas Sumatera Utara Lebih lanjut Bapak Umur Ginting menjelaskan: “Disamping pelatihan dari Dinas Sosial, kami juga bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan. Dinas Tenaga Kerja dalam hal ini kami undang untuk memberikan materi pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Sedangkan dari Dinas Kesehatan memberikan arahan ataupun materi tentang berbagai penyakit yang muncul dan mengganggu kesehatan yang timbul bagi pekerja anak di jalanan yang diakibatkan cuaca panas dan hujan yang tidak menentu”. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Linda dari Yayasan Econom yang menuturkan bahwa: ”Sebelum anggaran dikucurkan oleh Dinas Sosial sebelumnya terlebih dahulu pihak Yayasan mengajukan proposal untuk bantuan dana bagi program pembinaan anak jalanan, kemudian proposal tersebut dipelajari apakah layak atau tidak untuk mendapatkan bantuan. Setelah disetujui, maka anggaran dikucurkan untuk yayasan sebesar 8-10 juta untuk kegiatan program pembinaan yang dimaksud, tetapi untuk SDMnya dari Dinas Sosial tidak menyediakan para pengajar untuk melakukan pembinaan langsung ataupun pengajaran kepada anak jalanan, yang mereka berikan hanya berupa bantuan anggaran dan bantuan fasilitas sehingga pembimbingtutorial anak jalanan ini didatangkan dari luar”. Sumber daya manusia dan sumber daya finansial merupakan dua elemen dasar yang penting tersedia untuk menunjang keberhasilan suatu program yang djalankan. Kemampuan pekerja sebagai sumber daya manusia yang dibutuhkan sangat penting peranannya untuk memperlancar proses pemberian pembinaan bagi anak jalanan, namun hasil penelitian yang penulis peroleh dari hasil wawancara dengan Dinas Sosial, bahwa Dinas Sosial tidak menyediakan pekerja untuk membina secara langsung program kegiatan anak jalanan ataupun melakukan pelatihan-pelatihan kepada para pekerja sosial, dikarenakan terbatasnya dana untuk kegiatan tersebut. Universitas Sumatera Utara Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada rumah-rumah singgahpanti sosial dalam pembinaannya lebih lanjut setelah mendapatkan pelatihan-pelatihan keterampilan dari sosialisasi yang telah diadakan oleh Dinas Sosial.

4.2 Konteks dari Implementasi