Dalam artian berapapun jumlah anak yang dimiliki tidak akan berdampak pada kondisi ekonomi mereka kondisi ekonomi tetap akan stabil.
4. Dukungan  Pasangan  Usia  Subur  Terhadap  Pemenuhan  Hak
Reproduksi  Dalam  Menentukan  Jumlah  Anak  dan  Pemilihan  Alat Kontrasepsi.
Suami  istri  merupakan  pasangan  dalam  proses  reproduksi.  Dalam kaitan pengaturan jumlah anak dan pemilhan alat kontrasepsi diperlukan
dukungan antara suami dan istri. Berkaitan dengan dukungan suami istri tersebut,  peneliti  menanyakan  perihal  tentang  pengetahuan  mereka
tentang  hak  reproduksi  itu  sendiri.  Adapun  pengertian    hak  reproduksi menurut  ICPD  adalah  hak  reproduksi  dinyatakan  sebagai    hak-hak
reproduksi  berlandaskan  pada  pengakuan  terhadap  hak  asasi  pasangan atau  individu  untuk  secara  bebas  dan  bertanggung  jawab  menetapkan
jumlah,  jarak  dan  waktu  kelahiran  anaknya  dan  hak  untuk  memperoleh informasi  serta  cara  untuk  melakukan  hal  tersebut,  dan  hak  untuk
mencapai  standar  kesehatan  reproduksi  dan  seksual  yang  setinggi mungkin.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan karyawati dan suami, sebagian besar mereka sudah bisa menjelaskan  terkait dengan hak
reproduksi  itu  sendiri  walaupun  tidak  sempurna.  Pengetahuan  mereka tentang hak reproduksi itu ditekankan pada hak wanita untuk menentukan
keturunan,  hak  untuk  perencanaan  memiliki  anak,  menentukan  jumlah dan  jarak  kelahiran,  pemilihan  kontrasepsi,  dilindungi  dari  kekerasan
yang  berhubungan  dengan  fungsi  reproduski  dan  hak  keberlangsungan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kehidupan  suatu  keluarga.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang
dilakukan pada informan karyawati
“ehmmm hak
wanita untuk
menentukan anak,,
yo bereproduksi,,,,ehmmm  pokok  yang  berhubungan  dengan  reproduksi
ngono kae lah mbak,,,,,,” LH 2242015 “Kalau  reproduksi  itu  kan  nganu,,,oooo  opo  yo,,  eee  kalau  punya
keturunan  ,,berati  hak  untuk  opo  yo  hee  perencanaan  memilih  opo,, punya  anak,,ya  itu  mengatur  ya  itu  kontrasepsi  itu  juga”  HE
2342015
“Hak  untuk  keberlangsungan  kehidupan  suatu  keluarga  gitu mbak,,,”IK 2442015
“lebih  kepada  hak  kita  untuk  menggunakan  fungsi  reproduksi  kita, terutama  pada  apaya,,,  dalam  reproduksi  wanita  kan  berati  kita  ,
banyak  itu  macem  nya  ya  mbak  dalam    pengaturan  jumlah  anak, dilindungi  dari  kekerasan  ya  intinya  yg  berhubungan  dengan  fungsi
reproduksi kita” LB 2542015 “Hak  untuk  memperbanyak  keturunan,  memperbanyak  keturunan
gitu,,eee  ya  itu  tadi  ,,reproduksi  itu  sendiri  kan  memperbanyak keturunan lalu jangka waktu, jumlah anak gitu mbak,” LS 2642015
“Opooo yo,,,, ehhhh aduh,,,opo ,,eee sak ngerti ku yo mbak,, mungkin pengaturan ini ya,,kayakk semacam ,,hak ,,eee dari kita sendiri bisa ,,ee
pengaturan jumlah anak gitu lah”  NK 2742015
“Kalau  hak  reproduksi  ini  ee  kaitanya  dengan  pengaturan  jumlah anak,  pemilihan  opo  kontrasepsi  ehmm  hak  reproduksi  yaa  kira  kira
gitu he’em “ OD 2842015 Akan  tetetapi  ada  3  informan  karyawati    yang  tidak  mengetahui
tentang  hak  reproduksi  itu  sendiri.  Persepsi  mereka  terhadap  hak reproduksi menekankan pada cara untuk menghasilkan  keturunan. Hal
ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  oleh  infoman karyawati
“Opo,, yo mbak,, eeeee mungkin,,menghasilkan keturunan ya mbak,,yaa hee’eee “ WD 2942015
commit to user
“saya  kalau  reproduksi  itu  kayak  pembuahan  gitu  mbak,”  DA 2042015
“Opo  yo  mbak,,,  yo  nganu  mbak,,  menghasilkan  keturunan  paling  yo mbak,,” DS 2142015
Tabel 4.3 Pemahaman Informan Karyawati  Terhadap Hak Reproduski
No   Inisial PUS
Pemahaman  Informan  Karyawati    Terhadap  Hak Reproduski
1 LH
Hak untuk menentukan jumlah anak 2
DS Menghasilkan Keturunan
3 OD
Berikaitan  dengan  pengaturan  jumlah  anak  dan pemilihan alat kontrasepsi
4 LB
Hak  untuk menggunakan fungsi reproduksi , terutama pada    pengaturan  jumlah  anak,  dan  dilindungi  dari
kekerasan
5 LS
Hak untuk memperbanyak keturunan 6
WD Menghasilkan keturunan
7 NK
Pengaturan jumlah anak 8
DA Pembuahan
9 HE
Hak  untuk  merencanakan  jumlah  anak  dan  alat kontrasepsi yang akan di pakai
10 IK
Hak keberlangsungan hidup keluarga Sumber : hasil wawancara dengan Informan karyawati
Terkait  dengan  pengetahuan  informan  suami    tentang  hak reproduksi,  para  informan  suami  bisa  menjelaskan  tentang  hak
reproduksi  itu  sendiri  walaupun  tidak  sempurna.  Pendapat  informan tentang  hak  reproduksi  itu  sendiri  adalah  menekankan  hak  istri    untuk
mempunyai  keturunan,  menentukan  seberapa  banyak  akan  memiliki keturunan,  dan  rencana  kedepan  untuk  mengatur  jarak  atau  interval
jumlah anak yang setiap pasangan inginkan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan pada informan suami
“Kalau  reproduksi  kan  cenderung  ke  perempuanya  hak  di  istri  untuk mempunyai keturunan gitu atau anak gitu,, jadi klo menurut saya lebih
ke wanitanya gitu ,,,” FA 2342015 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
“Hak  reproduksi  ya,,  menurut  saya  ya,,  hak  untuk  menentukan seberapa banyak ya,,  keturunan kita,, jadi gini  mau satu  kah mau dua
kah,,  seperti  itu,,  jadi  ee  klo  menurut    saya  itu  lebih  kepenentuan keturanan gitu sehh mbak” DM 2542015
“Eee mungkin,, apa ya ee pengaturan reproduksinya mungkin rencana kita,,kedepan eee gitu gimana kan setiap pasangan masing masing kan
punya  rencana  eeee  jadi  semacam  pengaturan  interval  jarak  antara anak  pertama  dan  kedua  itu  gmn  gitu  jadi  kesepakatan  gitu,,  yaaa
“ SH 2742015
“Ya  klo  hak  reproduksi  lebih  ke  melestarikan  keturunan  gitu  aja mbak,
”, MT 2642015 “hak  untuk  memperoleh  anak,,memperbanyak  keturunan  ,,  mungkin
itu” LK 2442015 Tetapi  ada  5  informan  suami  yang  tidak  mengetahui  tentang  hak
reproduksi.  Pendapat  mereka  tentang  hak  reproduksi  itu  adalah pembuahan  sel  dan  mempunyai  anak.  hal  ini  sesuai  dengan  hasil
wawancara yang dilakukan oleh informan suami “Opo yo mbak,, reproduksi anak ya,, opo maneh,, yo mbak anak lahh
ya anak lah” DN 2842015 “,,apa ya mbak,,ga tau saya  ,, reproduksi itu punya anak gitu tah” UR
2242015
“Opo iku mbak,, ora weroh aq lek hak reproduksi kuwi mbak,, ra ngerti aq mbak “ EK 2142015
“Hak reproduksi ,, apa itu hak reproduksi eee apa yaa,,setau saya reproduksi itu pembuahan sel mbak “ AD 2042015
“ndak,,ndak weroh aq mbak” IF 2942015 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Tabel  4.4  Pemahaman  Informan  Suami  Karyawati    Terhadap  Hak Reproduski
No   Inisial Suami
Pemahaman  Informan  Karyawati    Terhadap  Hak Reproduski
1 MT
Hak untuk melestarikan keturunan 2
EK Tidak mengetahui
3 DN
Anak 4
DM Hak untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan
5 UR
Mempunyai anak 6
FA Lebih    cenderung  pada  hak  perempuan  istri  untuk
mempunyai keturunan 7
SH Rencana  kedepan  setiap  pasangan  untuk  mengatur
jarak anak dan interval ajark kelahiran 8
AD Pembuahan Sel
9 IF
Tidak mengetahui 10
LK Hak  untuk  memperoleh  anak  dan  memperbanyak
keturunan Sumber : hasil wawancara dengan Informan karyawati
Berkaitan dengan pengaturan jumlah anak para informan karyawati dan suami memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan hal tersebut.
Ada  yang  menginginkan  memilki  dua  anak  karena  mengikuti  program pemerintah, lebih dari dua karena merasa kesepian jika hanya memiliki
dua  anak,  bahkantidak  membatasi.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil wawancara yang dilakukan oleh informan karyawati
“ Kalau saya itu pengennya dua,,” DA 2042015 “ Yaaa klo rencananya yaa ikut program pemerintah dua anak aja
cukup,,,ap aja yg pen ting sehat “ HE 2342015
“  Lihat  yaa  seee  dikasihnya  ya,,  jadi  tidak  membatasi  berapa,,jadi waktunya dikasik ya,, diterima aja gitu mbak ,,kita memang berencana
mbak,,  kalau  semisal  dikasik  pun  jarak  antara  anak  pertama  sama kedua harus dipertimbangkan juga,, jadi ya ndak terlalu cepet,, ya ndak
jauh gitu mbak” LB 2542015
“Klo  saya  tidak  banyak  banyak  bu    dua  anak  cukup,  program pemerintah” LS 2642015
commit to user
“ Pengenya sih 3 ,,,he’e “ NK 2742015 “ 3 nambah satu” OD 2842015
“ Yo insyllah dua mbak,,” LH 2242015 “Ndak,, dadi aku ki ndak mengharuskan dua anak mbak ,,aq kan
memang program dua mbak,, tetapi lek wei yo tak terima” DS
2142015 “  Sebenarnya  pengen  nambah  satu  lagi  mbak  ,,  tetapi  kayaknya  ndak
tau,,  mbak,,soalnya  banyak  pengalaman  dari  temen  temen  itu  yang menyaranakan  jangan
dua  ,,paling  ndak  yo  tiga  gitu  mbak,,”  IK 2442015
“Rencana pengen punya anak tiga” WD 2942015 Tabel 4.5 Jumlah Anak yang Diinginkan Oleh Informan Karyawati
No   Inisial Karywati
Jumlah Anak yang dinginkan
1 DA
2 anak 2
OD 3 anak
3 LH
2 anak 4
LB Tidak membatasi
5 LS
2 anak 6
HE 2 anak
7 NK
3 anak 8
DS 2 anak
9 IK
3 anak 10
WD 3 anak
Sumber : hasil wawancara dengan Informan karyawati
Pendapat  yang  sama  juga  dikatakan  oleh  informan  suami karyawati.  Mereka  juga  memiliki  pendapat  berbeda  terkait  dengan
pengaturan jumlah anak. Ada yang mengatakan ingin memiliki dua anak mengikuti  program  pemerintah,  lebih  dari  dua  bahkan  ada  suami
informan  yang  mengatakan  ingin  memiliki  anak  sebanyak-banyaknya. Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  pada  suami
informan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
“  Ya  sudah  orang  yang  mau  melahirkan  bilangnya  dua  ya  saya  ikut dua,,” AD 2042015
“Kita  kan  ini  mbak,,,  tinggalnya  kan  di  Indonesia  gitu  mbak,,  ikut program  pemerintah  itu  ae  wes  mbak,,dua  anak  cukup  gitu  aja  wes,,”
FA 2342015 “Kalau  saya  lebih  ke  angka  mbak  minimal  4  lah    ,,heeee  ya  klo  lebih
banyak yaa alhamdulliah” DM 2542015 “Yaaa klo saya kalau ga dua ya tiga mbk,,” MT 2642015
“kalau saya pengenya sebanyak banyaknya” SH 2642015 “Minimal 3 kalau saya”IF,2942015
“sepi katanya mbak lek mek dua, nambah satu” LK, 2442015 “maksimal telu nek aku mbak” EK, 2142015
“ cukup dua dulu” DN 2842015 “sepakat dengan istri ingin memiliki 2 anak” UR 2242015
Tabel 4.6 Jumlah Anak Yang Diinginkan Oleh Suami Karyawati
No   Inisial Suami
Jumlah anak yang diingikan
1 MT
3 anak 2
EK 3 anak
3 DN
2 anak 4
DM 4 anak
5 UR
2 anak 6
FA 2 anak
7 SH
Tidak membatasi sebanyak-banyaknya 8
AD 2 anak
9 IF
3 anak 10
LK 3 anak
Sumber : hasil wawancara dengan suami Informan karyawati
Dalam hal pemilihan alat kontrasepsi, rata-rata informan karyawati banyak  yang  memilih  menggunakan  KB  suntik  dan  metode  kontrasepsi
alami  coitus  interuptus.  Ketika  peneliti  menanyakan  perihal  alasan mereka  memilih  metode  kontrasepsi  tersebut,  sebagian  besar  para
commit to user
informan  karyawati  mengatakan  merasa  nyaman  menggunakan  metode kontrasepsi  tersebut.  Mereka  mendapatkan  informasi  mengenai  alat
kontrasepsi  dari  bidan.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  pada informan karyawati
“Pertama  tanyak  ke  bidan  dulu  kb  yang  pas  kalau  untuk  menyusui  itu apa,, ya di sarankan suntik kb 3 bulanan” DA 2042015
“ya sempet tanya tanya,,katanya yang bagus apa,,yaa bidan jawab yang tiga bulan soalnya ndak ganggu produksi asinya” HE 2342015
Terkait  dengan  metode  kontrasepsi  alamiah  coitus  interuptus, alasan  informan  memilih  metode  kontrasepsi  tersebut  salah  satunya
karena  alasan  kosmetik.  Ada  pendapat  salah  satu  informan  yang mengatakan  takut  efek  samping  dari  pemakaian  kontrasepsi  hormonal
yaitu  gemuk  dan  oleh  oleh  suami  disarankan  tidak  boleh  bertambah gemuk lagi  Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
“  Wess  ndak  mbak,,  iki  ae  kalau  pakek  yang  lain  eeee  takut  efek sampingnya,,apa lagi saya gemuk to mbak,, emoh ahh lek tambah lemu,,
sama  suami  juga  di  sarankan  ndak  boleh  gendut  gendut  lagi”  LH 2242015
Alasan  lain  pemilihan  metode  kontrasepsi  alamiah  coitus interuptus  adalah  keinginan  dari  mereka  sendiri,  ada  juga  yang
mengatakan  bahwa  pengalaman  menggunakan  IUD  membuat  merasa tidak  nyaman  mengalami  keputihan  pada  daerah  genetalia.  Hal  ini
sesuai dengan hasil wawancara “Ndak wes,,  pakek metode alamiah saja ,, soalnya dulu pas pakek IUD
becek mbak,” NK 2742015 “Kebetulan ga pakek kb yg modern,eee kami yg pakek kb yang ini tanpa
alat ,,jadi kb alami” LS 2642015 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Alasan  informan  LS  menggunakan  metode  kontrasepsi  alamiah, merupakan  kesepakatan  awal  yang  dibuat  oleh  informan  LS  dan  suami.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan :
Ooooooo yo ndakkk mbakkk ,, wong udah perjanjian sama sama ,,jadi yo nyaman nyaman saja mbak ,,ndak ada ini nya ,,daripada nanti pakek KB
istri  saya  ndak  bisa  hamil,,  yo  wes  pakek  yang  biasa  aja  mbak,,  MT, 2642015
“Eeee pakek KB alamiah” OD 2842015 Begitu  pula  dengan  informan  OD  ,  untuk  sementara  informan  OD  dan
suami  menggunakan  metode  kontrasepsi  alamiah.  Alasan  informan  OD menggunakan metode kontrasepsi alamiah dikarenakan, untuk sementara
ini  informan  dan  suami  jarang  bertemu,  dikarenakan  kesibukan  dari informan  dan  suami,  sehingga  frekuensi  melakukan  hubungan  suami
– istri juga jarang dilakukan, hal ini sesuia dengan hasil wawancara :
“Cuma sekarang kan jarang ketemu,kerjanya suami kan kemana mana ke  lumajang,  jember,  banyuwangi  saya  nya  kan  juga  sering  ke  mana
mana  jadi  agak  jarang  ketemunya  jadi  ya,,sehingga  jadinya  juga  agak jarang eee melakukan hubungan suami-
istri” OD 2842015 Hanya  ada  1  informan  karyawati  yang  menggunakan  metode
kontrasepsi  IUD  dan  1  informan  karyawati  menggunakan  metode implant.  Alasan  mereka  menggunakan  metode  kontrasepsi  tersebut
adalah  ketika  awal  menggunakan  KB  suntik,  informan  merasakan gangguan,  lalu  disarankan  menggunakan  IUD.  Hal  ini  sesuai  dengan
hasil wawancara yang dilakukan “ Kalau sekarang saya pakek IUD,, Eeee dulu emang pakek suntik,, eee
setelah  itu  banyak  gangguan  gangguan  gitu  mbak  ,,  dari  suami  kan suruh  menyarankan  tanyak  ke  bidan,,  nahh  dari  bidannya  ,,  itu  ee  di
saranakan pakek IUD ,, ternyata kok alhamdullilah cocok gitu mbak,,” IK 2442015
commit to user
Sedangkan  alasan  1  informan  karyawati  yang  menggunakan metode  implant  karena  takut  suntik  dan  jika  menggunakan  pil
dikahwatirkan lupa. Informan merasa nyaman menggunakan KB implant, bahkan  informan  sudah  3  kali  memakai  kontrasepsi  implant.  Hal  ini
sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan. “ Takut suntik, pil gampang lupa” DS 2142015
“  nyaman  pakek  implant,,  ini  sudah  3  kali  pasang  mbak,,tidak  ada masalah,,  pertama  itu  setelah  melahirkan  pasang,,  nah  itu  ndak
mens,saya  kira  hamil,,  lalu  saya  pergi  ke  dokter  ,,kontrol  gitu  mbak ternyata  emang  gitu  katanya,,  nahh  setahun  setelah  itu  malah  lancar
jaya  mbak  ,,terus  bongkar  pasang  lancar,,  pertama  pasang  yo  neng
lumajang  mbak,trus  neng  DKT  yo  lancar  mbak,,  aman  mbak,,”  DA 2042015
Persepsi  mereka  terhadap  metode  kontrasepsi  jangka  panjang seperti  IUD  dan  implant,  informan  karyawati  beranggapan  bahwa  ada
rasa  takut  ketika  akan  dilakukan  pemasangan  dan  mereka  tidak  mau menggunakan  kontrsepsi  yang  cara  pemasanganya  dengan    memasukan
suatu  alat  pada  kemaluan.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang dilakukan oleh informan karyawati
“ Ndak,, ndak saya ndak mau kalau alat alat yg di masukkan ke dalam itu saya ndak mau jadinya kb suntik 3 bulanan setelah menyusui itu ganti
yang satu bul anan mbak“ DA 2042015
“  terus  terang  ae  mbak  saya  ndak  berani  kalau  dipasang  IUD  ndak berani,,lak koyok di owok owok gitu mbak takut heeee” HE 2342015
Tetapi  ada  salah  satu  informan  karyawati  mengatakan  bahwa  dia tidak diperbolehkan oleh suami menggunakan metode kontrasepi jangka
panjang  yaitu  IUD.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang dilakukan oleh informan
commit to user
“ee dulu njane saya pengen ikut IUD to,, tetapi sama suami ndak boleh mbak,,  takut  d  apa  apa  in  katanya  mbak,,  ya  terserah  pakek  apa  pokok
ojok ,,jangan IUD gitu mbak” WD 2942015 Tabel 4.7 Jenis Metode Kontrasepsi yang diikuti oleh Informan karyawati
No   Inisial Metode
Kontrasepsi  yang digunakan
Alasan Pemakaian
1 LH
Kontrasepsi alamiah
Coitus Interuptus
- Merasa nyaman
- Tidak  mau  menggunakan
metode hormonal -
Takut berat badan naik -
Oleh  suami  tidak  boleh bertambah gemuk
2 IK
Metode  kontrasepsi IUD
- Pengalaman  menggunakan
metode suntik tidak cocok -
Merasa nyaman
menggunakan IUD 3
OD Metode  kontrasepsi
alamiah    Coitus Interuptus
- Kesepakatan
dengan suami
4 LB
Belum pernah
menggunakan KB -
Program memiliki
momongan 5
LS Metode  kontrasepsi
alamiah Coitus
Interuptus -
Kesepakatan  awal  dengan suami
- Takut susah memiliki anak
ketika menggunakan
metode hormonal 6
WD Metode  kontrasepsi
suntik -
Tidak diperbolehkan
menggunakan metode
kontrasepsi IUD
oleh suami
- Memilih
metode kontrasepsi suntik
7 NK
Metode  kontrasepsi alamiah
- Pengalaman  menggunakan
metode  kontrasepsi  IUD membuat
merasa tidak
nyaman pada
daerah kewanitaan
- Tidak  mau  menggunakan
metode kontrasepsi
hormonal 8
DH Metode  kontrasepsi
suntik -
Merasa nyaman -
Takut menggunakan
metode kontrasepsi IUD 9
HE Metode
- Merasa nyaman
commit to user
kontrasespsi suntik -
Takut menggunakan
metode kontrasepsi IUD 10
DS Metode  kontrasepsi
implant -
Menggunakan pil
gampang lupa -
Takut suntik -
Merasa nyaman
menggunakan implant Sumber : hasil wawancara dengan suami Informan karyawati
Pendapat  bidan  terkait  dengan  alat  kontrasepsi  IUD  bahwa  ketika bidan  memberikan konseling pada pasangan suami istri, keputusan akhir
diserahkan  kepada  pasangan  suami  istri  tersebut.  Padasaatistri  memilih IUD,  kebanyakan  mereka  menanyakan  kembali  pada  suaminya,  ketika
suami  mengatakan  tidak  diperbolehkan  menggunakan  IUD  maka  istri tidak akan menggunakan IUD.
Kemungkinan  penyebab  tersebut  adalah  adanya  persepsi  bahwa benang  IUD    menyebabkan  ketidaknyamanan  pada  saat  melakukan
hubungan  suami –  istri  ,  karena  seorang  istri  lebih  mengedepankan
pelayanan  pada  suaminya.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang dilakukan pada bidan praktek mandiri
“ kejadian disini begini ketika konseling ya ketika kita konseling kalau misalnya  itu  gini  kb  nya  itu  IUD,,  eee  lebih  dominan  pada  suaminya,,
walau  sebenarnya  itu  hak  reproduksi  itu  lebih  ada  pda  pada  ibuk  kan ,tetetapi  ketika  konseling  ,kita  berikan  konseling  terkait  dengan
keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi ini, tetetapi emang keputusan itu  emang  berdua  ,,bahkan  kalau  suaminya  endak    kadang  kadang
ibuknya  juga  endak  gitu,,,klo  misalnya  pada  kontrasepsi  yang menyangkut budaya ohh nanti klo pakek IUD  itu benangnya sakit yaaa,
gitu,,      dari  suami  itu  biasanya  memberikan  kontribusi  dalam  artian begini  istrinya  kan  di  konseling  sama  suaminya,,  tetetapi  semua  itu
biasanya dikonsulkan lagi pada suaminya apalagi  berhubungan dengan IUD  ,  klo  misalnya  suntik  gitu,  misalnya  terserah  ibuk  ,,  tetapi  kalau
commit to user
hubungannya  dengan  IUD  karenakan  ada  bahwa  image  kalau  pakek IUD  akan  terasa  sakit  pada  saat  berhubungan,,jadi  seorang  istri  itu
lebih mengedepankan pelayanan pada suaminya gitu,,” TY 452015
Pendapat  bidan  praktek  mandiri  terkait  dengan  pemilihan  alat kontrasepsi    bahwa  metode  kontrasepsi  yang  paling  banyak  diminati
adalah  non  MKJP  Metode  Kontrasepsi  Jangka  Panjang  seperti  suntik dan  pil.  Tetapi  yang  paling  banyak  diminati  adalah  metode  kontrasepsi
suntik.  Hal  ini  diperkuat  dengan  studi  dokumen  yang  peneliti  lakukan pada capaian peserta KB aktif Kabupaten Jember, bahwa peminatan KB
suntik  yaitu  pada  Desember  2013  sebesar  128.631  24,33  akseptor. Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  pada  bidan
praktek mandiri “ untuk yang paling banyak diminati adalah non MKJP ya jadi untuk kan
metode  kb  jangka  panjang  itu  kan  IUD,  pil,  suntik  kayak  gitu  ya  tetapi kalau misalnya ini banyak yang suntik” TY 452015
“  Jadi  saya  arahkan  lebih,,  kita  kalau  konseling  lebih  sebenarnya  sih harus  mereka  yang  memutuskan  tetapi  kan  kadang  kadang  dengan  apa
yang  kita  katakan  kita  memberikan  pemantapan  bahwa  MKJP  itu  lebih bagus maksutnya eee kita arahkan ooo kalau iud iud itu jangkanya lama
hanya  sekali,,implant  seperti  ini  seperti  itu,,  inggih  klo  suntik  kan  NON MKJP  inggih,,sehingga  grafik  saya  pun  disitu    menunujukkan  bahwa
NON  MKJP  itu  lebih  tinggi  dari  pada  MKJP,,sehingga  kb  aktif  saya lebih bnyak NON MKJP juga” TY 252015
“ Karena itu tidak hanya terjadi di BPM saya, karena memang di dinas kesehatan  pun  capaian  di  puskesmas  maupun  di  dinas  kesehatan,
kebeutulan  saya  juga  pemegang  kb  di  dinas  kesehatan  disitu  pun  yang paling menonjol adalah NON MKJP” TY 252015
“  Ehmmm  wong  wong  kuwi  biasane  banyak  yang  pilih  suntik buk,,gampang soalnya buk” AN 452015
Pendapat  bidan  terkait  dengan  alasan  banyaknya  minat  akseptor pada  metode  kontrasepsi  suntik  adalah  kebanyakan  adalah  rasa  takut
commit to user
pada  saat  akan  dilakukan  pemasangan  dan  pertimbangan  dari  suami. Persepsi  mereka  tentang  metode  kontrasepsi  suntik  adalah  kepraktisan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada bidan praktek mandiri “  Iya  itu  penyebabnya  ya  kalau  kita  lihat  sebenarnya  kita  jelasakan
orang  itu  rasa  takut  karena  klo  MKJP  itu  kan  iud,  implant,  mow,  mop yang bisa dilakukan di BPM saya kan implant dan iud aja,, kebanyakan
mereka  itu  rasa  takut  klo  disini,,  tetapi  klo  iud  itu  hubunganya  dengan suami itu tadi, kalau implant hubunganya dengan rasa takut  itu karena
itu emang harus di insisi dan lain sebagainya, sebenarnya dari sisi itu,, kalau  suntik  mereka  akan  beranggapan  bahwa  sekali  suntik  selesai,,
sekali suntik
selesai.” TY 452015 Penuturan  informan  karyawati  dalam  mengambil  keputusan  pemakaian
alat kontrasepsi  rata-rata keputusan awal ditentukan oleh pihak istri dan suami mendukung dengan keputusan yang dibuat oleh istrinya. Ada juga
yang  merupakan  kesepakatan  bersama  antara  suami  dan  istri.  Hal  ini sesuai dengan hasil wawancara
“ Eee sebenarnya dari saya dulu mbak,, eee terus ya suami menyetujui mbak”  OD 2842015
“  Saya  sendiri  sih  mbak,,trus  saya  bilang  suami,,ndilalah  suami mendukung,, atek koperatif
pisan” LH 2242015 “  Yang  pertama  itu  suntik  3  bulan,  Atas  kesepakatan  berdua,”  HE
2342015
“  Eee  atas  keinginan  saya  sendiri,,setelah  pasang  saya  malah  baru ngomong suami mbak,,” DS 2142015
Pendapat bidan terkait dengan keputusan dalam menentukkan pemilihan alat  kontrasepsi  adalah,  bahwa  ketika  seseorang  calon  akseptor
berpendidikan  tinggi  kebanyakan  mereka  bisa  memutuskan  hak reproduksinya  sendiri.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang
dilakukan pada bidan praktek mandiri perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
“ jadi ketika mereka pendidikan tinggi itu ,,  itu mereka lebih kalau misal untuk hak reproduksinya itu dia lebih menekankan jarang untuk yang ke
suaminya,, “ TY 452015
Ketika  mendapatkan  pelayanan  kontrasepsi    rata-rata  informan karyawati  diantar  oleh  suaminya  ketempat  pelayanan  tersebut.  Hal  ini
merupakan  salah  satu  bentuk  dukungan  yang  diberikan  suami  kepada istri.  Dan  juga  pada  informan  karyawati  yang  menggunakan  metode
kontrasepsi  alamiah  rata-rata  suami  mereka  mendukung  terhadap pemakaian  metode  kontrasepsi  tersebut.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil
wawancara yang dilakukan pada informan karyawati “Iya di anter sama suami,,” DA 2042015
“ Iya,, di antar kalau  jauh diantar” HE, 2342015 “ suami mendukung,, atek koperatif pisan” LH 2242015
“selama ini kami masih nyaman suka menggunakan senggama terputus gitu  mbak,,  Eeee  lebih  amann  kalau  emang  awal  udah  komitmen  ya
nyaman nyaman aja mbak,,” LS 2642015
Respon  suami  terhadap  keputusan  dalam  pemilihan  alat kontrasepsi  yang  digunakan oleh istrinya adalah sebagian besar mereka
mendukung  terhadap  kontrasepsi  yang  dipakai  oleh  istrinya.  Bentuk dukungan  yang  diberikan  oleh  suami  adalah  dengan  mengantarkan
istrinya  pada  saat  akan  mendapatkan  pelayanan  kontrasepsi,  dan menyerahkan  keputusan  penuh  pada  istri  dalam  hal  pemilihan  alat
kontrasepsi. Pada suami yang istrinya menggunakan metode konrasepsi alamiah
mereka  juga  kooperatif  dalam    menjalankan  metode  tersebut.  Ada  juga perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
yang  berpendapat  bahwa  urusan  kontrasepsi  itu  adalah  masalah perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada
informan suami “ Ya  saya orang ndak tau ,, pokoknya ngikut ae apa yang dipakek yo
ngikut ae “ HD 2042015 “  Ooohh  ndak,,ndak,,ndak,,  ndak  begitu  ini  yang  penting  yang  terbaik
untuk istri saya gitu mbak,,” FA2942015 “Ehhmmm,,ehhhhmmm gimana ya,,,eeee oke oke aja mbak, ndak
masalah seh,,” UR 2242015 “ Ooooooo yo ndakkk mbakkk ,, wong udah perjanjian sama sama ,,jadi
yo nyaman nyaman saja mbak ,,ndak ada ini nya ,,daripada nanti pakek KB  istri  saya  ndak  bisa  hamil,,  yo  wes  pakek  yang  biasa  aja  mbak,,,
” MT. 2642015
Ya,, ndak ada mbak,,cuman ini aja mbak ya klo  mau ini ya dikeluarkan diluar gitu aja,,MT, 2642015
“ Kalau itu ga itu ,, jadi terserah, kalau masalah itu yang tau kan dari pihak  perempuan  jadi  ngikut  aja,,ndak  terlalu  memberikan  ini  sih,,
terserah” DN, 2842015
“ Kalau gitu saya ga seberapa tau,, kalau masalah medis istrikan lebih tau,, kalau masalah itu saya manut mbak” DM, 2542015
“  Iya  mendukung  mbak,,sangat  mendukung  sekali,,dulu  itu  yaa  atas kesepakatan bersama juga mbak,,” LK 2442015
“  Ohh  iya  mbakk  saya  antar,,  saya  tungguin  waktu  itu  mbak,,”  LK 2442015
“ Saya tu semua selalu mendukung,, tidak ada yang tidak saya dukung dan  saya  tidak  pernah  ngomong  tidak  ,,tidak  pernah  omong  jangan,,,
prinsipe,,,  jenenge  istri  kan  wes  bisa,  gede  tau  yang  jelek,,  yang  baik yang mana,, tidak pernah menyarankan seng tetek bengek ,,amat sangat
siap nampani kabeh masalah ,,” EK 2142015
Pendapat bidan terkait dengan respon suami sebagian besar respon suami  terhadap  pemilihan  alat  kontrasepsi  adalah  menyerahkan
commit to user
sepenuhnya  pada  istri.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang dilakukan pada Bidan Praktek Mandiri.
“ Lek respon suami gitu roto roto opo jare seng wedok,,kalau kita ambil persen  gitu
lo ya roto roto wong lanang iku manut,,iyelah pa encak’en pokoken  tak  ngandung  iya  sudah  apa  katanya  pokok  tidak  hamil  gitu
biasanya  yang  penting  kita  libatkan  lek  ga  dilibatkan  kita  salah  kan buk”AN 352015
Tetapi ada 1 informan suami  yang tidak memperbolehkan istrinya menggunakan  alat  kontrasepsi  dalam  rahim  AKDR.  Hal  ini  sesuai
dengan hasil wawancara yang dilakukan pada informan suami “ Eeee kalau saya tu,, pokok selain IUD terserah mbak,,” IF 2942015
Pendapat  bidan terkait dengan  alat kontrasepsi  IUD adalah bahwa persepsi  suami  selama  ini  adalah  para  suami  tidak  mengetahui  tempat
pemasangan  dari  IUD  tersebut,  hingga  pada  saat  bidan  memberikan konseling,  bidan  menggambarkan  letak  dimana  nantinya  IUD  tersebut
akan  dipasang.  Hal  ini  sesuai  dengan  hasil  wawancara  yang  dilakukan pada informan bidan
“ Lekk biasane suami ku lek bangsa bangsane  koyok IUD gitu,, biasane kita  harus  menggambarkan  betul  dimana  tempatnya  buk,,  sampek  tak
gambar,, nek persepsine selama ini kan, orang orang tiu kan persepsine kan IUD itu di bolongane vagina sampek saat ini kan orang laki kan ga
tau lek dipasang neng uterus dimana uterus ku ga ngerti  buk ,,kita punya gambar ato punya apa baru mereka baru jelas “ohhh gitu to buk”,,tetapi
kadang ya pertimbangannya tu  yo benang, nah biasane yo bilang,, ndak sudah buk pakek yang lain aja,, kan yang penting kan pertimbanagannya
berdua gitu,,” AN 352015 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.8 Keputusan Awal Menggunakan Alat Kontrasepsi
No   Inisial PUS Keputusan Awal Menggunakan Alat Kontrasepsi
1 LH dan UR
Keinginan sendiri 2
DS dan EK Keinginan sendiri
3 IK dan LK
Saran dari bidan 4
OD dan DN Keinginan sendiri
5 LB dan DM
Kesepakatan bersama 6
LS dan MT Kesepakatan bersama
7 WD dan IF
Kesepakatan bersama 8
NK dan SH Kesepakatan bersama
9 DH dan AD
Saran dari bidan 10
HE dan FA Kesepakatan bersama
Sumber : hasil wawancara dengan Informan
Tabel 4.9 Bentuk Dukungan Suami Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi
No   Inisial PUS
Pemahaman  Informan  Karyawati    Terhadap  Hak Reproduski
1 MT
- Kooperatif
dalam menjalankan
metode kontrasepsi alamiah
2 EK
- Menyerahkan
dan mendukung
sepenuhnya keputusan ber KB sang istri
3 DN
- Kooperatif
dalam menjalankan
metode kontrasepsi alamiah
4 DM
- Mengerti kondisi istri
5 UR
- Mendukung keputusan istri
6 FA
- Mendukung keputusan istri
- Mengantarkan  istri  ketika  akan  mendapatkan
pelayanan KB 7
SH -
Mendukung keputusan istri -
Mengantarkan  istri  ketika  akan  mendapatkan pelayanan KB
8 AD
- Menyerahkan keputusan ber KB kepada istri
- Mengantarkan  istri  ketika  akan  mendapatkan
pelayanan KB 9
IF -
Mengantarkan  istri  ketika  akan  mendapatkan pelayanan KB
10 LK
- Menyarankan  istri  untuk  mengganti  metode
karena  istri  tidak  cocok  dengan  metode kontrasepsi suntik
- Mengantarkan
istri untuk
mendapatkan pelayanan KB
Sumber : hasil wawancara dengan Informan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
D. Rangkuman Hasil wawancara