Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Pemenuhan Hak Reproduksi

“ Kalau masalah KB saya serahkan sepenuhnya pada anak anak,,saya rasa lebih mengerti mbak kalau masalah tersebut ,,” RB 152015 Tetapi ada juga pendapat salah satu informan mertuaorang tua yang menginginkan memiliki banyak cucu dan menyuruh anak dan menantunya untuk tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada informan mertuaorang tua “wes biar ,mbak,, saya yo kan orang dulu to mbak,, ndak paham sama kb,,biar sudah,, malah saya nyuruhnya anak saya ndak usah ikut Kb,, biar anak masih kecil punya adek lagi yo biarin,, “ SM 252015 “Kalau yang saya ingin kan yo punya cucu banyak,,soale kan yugo kulo mung kaleh to mbak,,yo pengen nya yo banyak,,cucunya lebih dari 4 gitu, jangan cuma dua,,jadi nanti iki tolene wes rodok gede ,,pengenya yo anak saya tak suruh hamil lagi ,,wes ndak usah pakek Kb aja gitu heee ,,biar diatur sendiri aja gitu” SM 252015 Tabel 4.2 Tabel Dukungan Sosial Terhadap Pemenuhan Hak Reproduksi Dalam Menentukan Jumlah Anak NO Pasangan Usia Subur Ada internvensi dari orang tuamertua Tidak ada intervensi dari orang tuamertua 1. LH dan UR √ 2 DS dan EK √ 3 OD dan DN √ 4 LB dan DM √ 5 LS dan MT √ 6 WD dan IF √ 7 NK dan SH √ 8 DH dan AD √ 9 HE dan FA √ 10 IK dan LK √ Sumber: Hasil Wawancara Dengan Informan

3. Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Pemenuhan Hak Reproduksi

Dalam Menentukan Jumlah Anak dan Pemilihan Alat Kontrasepsi. Kondisi status ekonomi informan merupakan status ekonomi menengah. 8 Informan karyawati Akademi Kebidanan Bina Husada commit to user jember memiliki latar belakang pendidikan terakhir pada jenjang S1D4 , ada 2 informan yang memiliki pendidikan D3. Sesuai dengan kajian dokumen yang peneliti lakukan pada arsip kepegawaian Akademi Kebidanan Bina Husada jember, penghasilan informan karyawati berkisar antara 1,5-2,5 juta rupiahbulan hal ini sesuai standart upah minimum regional Kabupaten Jember yaitu Rp. 1.460.500. Suami informan berprofesi sebagai karyawan swasta, wiraswasta, TNI, pegawai koperasi dan pegawai honorer. Pendapatan suami informan sesuai dengan upah minimun regional Kab. Jember. Latar belakang pendidikan suami informan adalah S1, ada 3 suami informan yang memiliki latar belakang pendidikan SMASederajat . Berdasarkan hasil observasi tempat tinggal karyawati dan suami berada di perumahan lingkungan padat penduduk type 33 - 36. 6 suami informan berpendapat bahwa faktor ekonomi berpengaruh terhadap jumlah anak. Para suami informan mengatakan bahwa jumlah anak bergantung terhadap kondisi ekonomi, jika ekonomi meningkat tidak mengapa menambah momongan. Sebagian besar suami informan lebih mementingkan kesejahteraan masa depan keturunan mereka. Ada pula yang beranggapan bahwa kondisi ekonomi tersebut berkaitan dengan masa depan pendidikan anak – anak mereka. Berkaitan dengan metode kontrasepsi para suami informan mengatakan bahwa hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kondisi ekonomi mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat hasil wawancara suami informan “Ee kalau ke kontrasepsi ndak ,,Cuma mungkin kalau dari jumlah anak mungkin iya pengaruhny ada, kalau jumlah anak,, lihat dulu ekonominya commit to user hahaha,,kalau ekonominya baik nambah lagi ndak papa,,ini kan udah dua toh mbak jagoannya Aaaa mungkin kalau anak jadi gini jadi ya nunggu lah,, nanti takut kalau anaknya banyak tetapi ekonomi ndak ningkat jadi kasian anaknya gitu” DN 2842015 “Lek kontrasepsine seh gak ada, nah lek anak yo pengaruh,, saiki lek pas pasan anak’e limo piye,,memang anak bawak rejeki dewe,,tetapi karek awak’e dewe iso bersukur po ga,,yo iso ngrumat,, yo pengaruh sehh” EK, 2142015 “Kalau kb ga da pengaruhnya mbak ya lah mbak,,kalau banyak banyak susah ngurusnya ,,apa apa sekarang mahal,, se kolah mahal,,“ UR 2242015 “Kalau kb ga ada mbak eeee tetapi kalau anak itu mbak,, ya gimana ya,, yaa yang standart lah mbak,, biar nanti bisa di penuhi kebutuhanya” FA 2342015 “Iya mbak pengaruh mbak, jadi nanti itu mbak,, ee kaitane yo sama pendid ikannya gitu mbak,” LK 2442015 “Ehmmmm sepakat sih dengan istri saya,,, lebih ee kita lebih mementingkan kesejahteraan si anak gitu aja sih lek dari kb nya saya rasa ndak begitu berpengaruh” MT 2642015 Pendapat yang sama juga dikatakan oleh informan karyawati bahwa faktor ekonomi berpengaruh terhadap jumlah anak. Mereka berpendapat bahwa kesehjateraan anak lebih diprioritaskan, yaitu dalam hal kasih sayang, biaya pendidikan dan kebutuhan anak. Informan mengatakan bahwa setiap orang tua ingin membahagiakan anak dan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara informan karyawati : “ Ya ee kalau menurut saya sangat sangat berpengaruh mbak ,,ya emang suami sepenuhnya menyerahkan sepenuhnya pengaturan ekonomi kepada saya,, tetapi gini mbak saya ndak mau misal gini kalau nanti kita ndak pinter pinter ngatur uang,, eee trus anak kita nanti jaraknya berdekatan usianya,,saya ndak mau nanti jatah susunya si kakak berkurang gara gara adek nya lahir,,nah itu yang kita hindari lek dari kontrasepsine ga pengaruh mba k” LS 2642015 perpustakaan.uns.ac.id commit to user “Klo menurtu saya itu dua anak lebih baik tu emang bener,, soalnya kenapa,,eee dari segi kasih sayang,, ekonomi,, bener klo Cuma dua,,setidaknya ada waktu buat bernafas,,buat ngebesarin anak anak” IK 2442015 “ iyo dong,, pengaruh banget kuwi mbak,,” LH 2242015 “Emang namanya anak bawak rejeki dewe dewe ada yg begitu melahirkan langsung banyak gitu rejekinya,, cuman kita itu mikirnya klo besarnya gitu lo,,kalau jaraknya terlalu dekat dan banyak anak juga kasihan sama sekolahnya itu lo,, jaraknya juga kita atur,,seandainya nanti dia lulus smp nanti kan adeknya baru,,tetapi emang program kita cuma dua,, biar bisa perhatianya itu lo,,bisa diperhatikan minta apa,, gitu bisa di belikan ,,engkok pas lek pas nrecel banyak gitu lo mbak,,,kasian,, gak bisa dituruti,,kan pengennya orang tua itu menyenangkan anak,,gitu lo mbak,,lek masalah kb sama seh ga da pengaruhnya” HE 2342015 “Iyo mbak dadi lek prinsip pe saya karo suami ki,, seng penting anak iki cukup kebutuhane lek dari kontrasepsi nya ga mbak,,” DS 2142015 “Kalau dari kontrasepsi ndak begitu berpengaruh,, kalau untuk masalah anak,, kalau dari aku sama ekonominya jadi kalau misalnya udah dikasik rejeki anaknya sekian jadi pasti kalau menurut kepercayaan saya di agama islam Allah pasti memberikan rejekinya disetiap sendiri sendirinya ga kalau anaknya nambah nanti ekonominya kurang ya ga,, mereka akan membawa rejekinya sendiri sendiri, tetapi ya harus dipikirkan juga mbak, sama anak kita, yo ee berusaha lah supaya kebutuhanya tercukupi cuman lek pepatah banyak anak banyak rejeki ga ga ga dianut ga masuk dalam konsep” OD 2842015 Pendapat berbeda dikatakan oleh 4 suami informan. Mereka mengatakan bahwa tidak ada pengaruhnya kondisi ekonomi terhadap pengaturan jumlah anak dan pemilihan alat kontrasepsi. Pendapat para informan terhadap hal tersebut adalah mereka meyakini bahwa berapapun anak yang mereka miliki pasti memiliki rejeki masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan pendapat informan : Informan HD mengatakan bahwa kondisi ekonomi tidak ada pengaruhya terhadap jumlah anak yang diinginkan setiap keluarga. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Pekerjaan informan HD adalah seorang wiraswasta. Pendapatan informan HD sesuai dengan standart upah minimum Kabupaten Jember. Informan HD memiliki dua anak. Alasan pendapat informan tersebut adalah berapapun anak yang dimiliki, bukan keinginan masing-masing pasangan, melainkan kehendak dari Tuhan. Sehingga ketika Tuhan mempercayakan memberikan sejumlah keturunan pada masing-masing pasangan, pasti Tuhan memberikan rizki yang cukup bagi keluarga tersebut. Persepsi tidak bisa mencukupi kebutuhan anak adalah pemikiran logika pemikiran manusia saja. Sehingga faktor keyakinan yang kuat yang menjadikan dasar argumen dari informan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan HD: “ Ya ga bener,, ya jumlah anak dengan ekonomi,, ga da pengaruhnya, artinya selama kita disisni mau berusaha ya pasti bisa,, kan yang ngasik rejeki bukan kita,, kan yang mengehendaki kita punya anak berapa juga bukan kita,, mau berapa anaknya pasti bisa,, saya pikir ga da pengaruhnya ,, kalau orang bilang itu pengaturan jumlah anak itu ada pengaruhnya dengan ekonomi itu kan logika kita,,yaa mau berapa pun anaknya pasti ada rejekinya,, jadi lebih keyakinan aja mbak,, “ HD 2042015 Informan DM merupakan seorang wiraswasta. Informan tersebut memiliki usaha dibidang percetakan. Penghasilan informan DM juga sudah sesuai dengan standart upah minimum kabupaten. Alasan informan DM mengatakan bahwa berapapun jumlah anak yang dimiliki tidak akan mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga adalah tergantung dari rencana setiap pasangan suami istri. Jika rencana tersebut benar-benar difikirkan maka berapa pun jumlah anak yang dimiliki pasti akan tercukupi perpustakaan.uns.ac.id commit to user kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh informan DM: “ Ya,, bisa dipikirkan kalau itu,, iya sebagai orang tua kan tergantung planingnya ya,, mulai lahir anak pertama kedua dan seterusnya kalau planingnya matang kan in syllah bisa berjalan dengan baik” DM 2542015 Informan SH merupakan pegawai honorer di Dinas Pertanian. Penghasilnya pun sesuai dengan standart upah minimum Kabupaten. Alasan informan SH mengatakan bahwa kondisi ekonomi tidak mempengaruhi terhadap jumlah anak yang dimiliki adalah dia meyakini bahwa setiap anak membawa rejeki masing-masing. Faktor keyakinan yang kuat menjadi landasan pendapat informan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh informan: “Kalau saya berpirinsip anak bawa rejeki masing masing,, insyllah kalau dikasik anak sama Allah ,,berarti sudah ada rejekinya” SH 2742015 Informan IF merupakan karyawan swasta, penghasilanya pun juga sudah sesuai dengan standart upah minimum Kabupaten. Alasan informan IF tersebut adalah masalah kebutuhan anak bisa diusahakan dan fikirkan dia meyakini bahwa Tuhan telah mengatur rizki setiap umatnya. Sehingga latarbelakang tersebut yang menjadi landasan keyakinan informan IF. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh informan IF: “Kalau masalah anak kalau saya,,rejeki bisa di cari ndak dipikirkan dari masalah banyak nya anak , prinsipnya insyllah rejeki ada yang ngatur gitu kalau dari saya dan istri sih ndak pengaruh ,, “ IF 2942015 commit to user Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh informan karyawati, mereka sependapat dengan informan suami, bahwa lebih meyakini pada kepercayaan yang mereka anut. Kondisi ekonomi yang bagaimana pun tidak akan berpengaruh terhadap pengaturan jumlah anak dan pemilihan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan “Kalau saya,,yaa gimana ya,,, ya itu tadi mbak,,sama dengan suami saya,, insyallah kalau dikasik keturunan banyak ya berati bisa lah mbak,,” NK 2742015 “Iya seh mbak sepakat sama suami , insyallah enek rejekine” WD 2942015 “Kalau dari kontrasepsinya sendiri seh ndak ngaruh ya mbak ,tetapi kalau jumlah anak disini insyllah ya,, untuk hal itu,, kan emang namanya anak itukan ada rejekinya masing masing jadi kami emang percaya itu,, kalau emang nanti diberi berapapun kami percaya pasti kami bisa gitu,, klo diberi berapapun insyallah ekomoni yang bagaimana pun insyallah ya akan cukup gitu,, “ LB 2542015 “Iya mbak,,manut suami lah,, insyllah pasti ada rejekine” DA 2042015 Dari hasil penelitian yang didapat pada 10 pasangan suami istri, mengatakan bahwa pemilihan alat kontrasepsi tidak mempengaruhi terhadap kondisi ekonomi mereka dalam artian tidak menyebabkan kondisi ekonomi menurun. Berkaitan dengan pengaturan jumlah anak, didapatkan 6 pasangan suami istri mengatakan bahwa kondisi ekonomi tersebut mempengaruhi persepsi mereka tehadap pengaturan jumlah anak, dalam artian jika terlalu banyak memiliki anak mereka beranggapan bahwa akan berdampak kondisi ekonomi menurun pada kondisi ekonomi mereka. Dan 4 pasang suami istri mengatakan bahwa kondisi ekonomi tidak mempengaruhi persepsi mereka terhadap pengaturan jumlah anak. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Dalam artian berapapun jumlah anak yang dimiliki tidak akan berdampak pada kondisi ekonomi mereka kondisi ekonomi tetap akan stabil.

4. Dukungan Pasangan Usia Subur Terhadap Pemenuhan Hak