pendorong, yakni pentingnya ber-KB, dinaikkan dengan penyuluhan- penyuluhan atau usaha-usaha lain.
b. Kekuatan penahan menurun. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus
yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Misalnya pada contoh tersebut di
atas. Dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki banyak adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan
penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas juga, penyuluhan KB yang memberikan pengertian terhadap
orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkatkan kekuatan pendorong, dan
sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
6. Tradisi Budaya Setempat
Secara etimologis istilah tradisional berasal dari kata latin traditiwn, yaitu sesuatu yang diteruskan tranmitet dari masa lalu ke masa kini. Unsur yang
paling menonjol dari tradisi adalah bahwa ia diciptakan melalui tindakan dan perilaku orang, yang diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Warisan itu berupa materi kebendaan, tingkah laku, norma dan nilai - nilai, harapan dan cita - cita. Dalam wujud yang kongkret warisan itu tampak dalam
seni, kepercayaan dan agama, seni tari, serta monumen - monumen bersejarah FPIPS UPI, 2015
commit to user
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhhhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Adapun istilh culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan
kebudayaan, berasal dari kata lain colore, artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colore kemudian
cultur, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam Soekanto, 2002.
Selanjutnya, Koentjaraningrat 1990, menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan
terdiri dari pikiran - pikiran, gagasan, konsep serta keyakinan. Dengan demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa
Indonesia lebih sering disebut sebagai adat istiadat Koentjaraningrat, 1990. Menurut Soemardjan dan Soemardi dalam Soekanto 2002 kebudayaan
adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarkat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah material
culture yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, namun setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang
berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Sifat hakikat kebudayaan tadi adalah sebagai berikut kebudayaan terwujud dan tersalurkan
commit to user
lewat perilaku manusia, kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia
generasi yang bersangkutan, kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya, kebudayaan mencakup aturan-aturan yang
berisikan kewajiban, tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan yang dilarang dan tindakan yang diizinkan Soekanto, 2002.
Baik masalah pemenuhan hak reproduksi, sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan dalam masyarakat dimana mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti persepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan reproduksi.
Khasanah, 2011.
7. Kondisi Sosial Ekonomi