Aminudin Aziz Daftar Bacaan

1 UPAYA PEMARTABATAN BAHASA NASIONAL DI TENGAH BERATNYA TERPAAN

E. Aminudin Aziz

Universitas Pendidikan Indonesia aminudinupi.edu Abstrak Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 mengamanatkan kepada Pemerintah agar mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, memelihara dan mempertahankan bahasa daerah, dan mengusahakan internasionalisasi bahasa Indonesia. Amanat konstitusional tersebut tentu saja bukanlah merupakan tugas yang mudah, mengingat kompleksitas kebahasan yang ada di dalam konteks masyarakat yang global ini. Setiap pengguna bahasa melakukan pergerakan yang amat cepat dan intensif dari satu tempat ke tempat lain, bahkan—mengingat tuntutan kebutuhan komunikasi yang dihadapinya—ia harus menggunakan bahasa-bahasa yang berbeda. Tuntutan untuk menggunakan bahasa daerah semakin berkurang, bahkan melemah, sebab ia hanya dipakai di lingkungan yang amat terbatas dan di dalam konteks komunikasi yang lebih mengedepankan ikatan emosional di antara para pihak yang terlibat dalam konteks tersebut. Penggunaan bahasa nasional sangat dipengaruhi, bahkan sampai derajat tertentu ditentukan, oleh deras dan kuatnya tekanan bahasa asing. Di sisi lain, kesadaran dan sikap penutur jati bahasa Indonesia terhadap bahasa nasional Indonesia sangat lemah. Makalah ini akan memotret realitas kekinian bahasa nasional Indonesia yang sejatinya menjadi salah satu kebanggaan dan jati diri bangsa Indonesia seperti diamanatkan oeh konstitusi tadi. Dalam konteks ini, konstitusi Negara telah mencoba merumuskan upaya pemartabatan bahasa nasional tersebut. Namun, di sisi lain, akan tergambarkan kondisi bahasa Indonesia sebagaimana digunakan oleh para penuturnya, yang sampai sejauh tertentu, menyiratkan ketidakbanggaan menjadi pengguna bahasa Indonesia. Akibatnya, bukan hal yang mustahil, adalah justru telah dan tengah terjadi upaya pembusukan bahasa nasional oleh para penuturnya sendiri. Penulis meyakini, salah satu sumber penyebabnya adalah karena situasi kebahasaan saat bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa nasional pada 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia, yang diambil dari bahasa Melayu, bagaimanapun bukan merupakan atau tidak menjadi nilai budaya inti bangsa Indonesia, yang akibatnya kebanggaan dan rasa memiliki secara hakiki terhadap bahasa nasional itu dapat luntur seiring dengan perkembangan jaman yang meliputinya. Oleh karena itu, makalah ini menawarkan sejumlah peluang untuk tetap menjadikan bahasa Indonesia hidup dan bermartabat dalam terpaan dan kencangnya angin globalisasi. Kata-kata kunci: pemartabatan, bahasa nasional, nilai budaya inti, lingua-franca plus 1. Pengantar Usia bahasa persatuan Indonesia kini genap 85 tahun. Sebagai bahasa yang ‘baru’, perkembangan bahasa Indonesia bisa dikatakan sangat cepat. Bahkan, apabila ditelusuri jejak bahasa Indonesia pada awal kelahirannya lalu dibandingkan dengan situasi saat ini, kondisi bahasa Indonesia kini boleh dikatakan sudah ‘berganti baju’, dari status sebagai kreol bahasa Melayu yang berfungsi hanya sebagai lingua franca ke sosok yang sepertinya kokoh sebagai sebuah bahasa moderen. Selain sebagai bahasa pergaulan, bahasa Indonesia bisa tampil sebagai bahasa pengantar di forum-forum yang semi formal bahkan sangat formal. Bahasa Indonesia pun dapat tampil sebagai pergaulan ilmiah dan sebagai bahasa ilmiah sekaligus. Dengan kata lain, semua prasyarat yang harus dimiliki untuk disebut sebagai sebuah bahasa standar dan memiliki daya hidup yang kuat dapat ditemukan 2 dalam situasi bahasa Indonesia kini. Bagaimanapun, ini merupakan buah dari politik bahasa nasional yang terarah dan dikawal sejak awal. Tuntutan agar bahasa Indonesia terus berkembang dalam sosoknya yang moderen memperoleh penguatan legal, ketika diterbitkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan. Selain akan terus berkembang dengan sokongan kekayaan yang ada dalam bahasa-bahasa dan budaya daerah, bahasa Indonesia juga akan secara terbuka menerima— karena memang tidak mungkin menolak atau bahkan membendung sama sekali— pengaruh dari bahasa dan budaya asing. Saking kuatnya dorongan untuk mengembangkan bahasa nasional ini, pada UU tersebut bahasa Indonesia bahkan didorong untuk menjadi bahasa internasional. Harapan yang termaktub dalam dokumen legal tentang politik bahasa ini tentu saja harus difahami sebagai sebuah upaya untuk mengangkat martabat bahasa nasional Indonesia ke tataran yang lebih terhormat. Namun demikian, upaya pemartabatan yang diusung melalui politik bahasa nasional ini, tampaknya tidak senantiasa sejalan dengan realitas yang ditemukan dalam masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Mereka seolah-olah melakukan ‘pemberontakan’ terhadap bahasa Indonesia, yang pada gilirannya, baik secara sadar ataupun tidak, justru melemahkan bahkan merusak martabat bahasa Indonesia itu sendiri. Gejala alihganti kode yang tidak pada tempatnya, penggunaan kata atau frasa bahasa asing yang berlebihan, penciptaan ‘bahasa gaul’ yang over-creative, pembuatan kebijakan yang salah kaprah, merupakan sejumlah contoh yang bisa dinisbatkan sebagai upaya pelemahan status bahasa Indonesia. Makalah ini akan menilik gejala-gejala kontradiktif seperti disebutkan di atas seraya menawarkan sejumlah langkah yang dapat diambil untuk menjamin pelaksanaan politik bahasa nasional itu berada pada jalur yang dikehendaki keberhasilannya.

2. Seputar Kelahiran Bahasa Nasional Indonesia dan Status Nilai Budaya Intinya