Usulan Jalan Keluar Kumpulan Makalah KBI X subtema 3 0 Diplomasi Kebahasaan sebagai Upaya Jati Diri dan Pemartabatan Bangsa

13

5. Usulan Jalan Keluar

Memang berat tantangan yang dihadapi untuk memartabatkan bahasa nasional di tengah- tengah kenyataan seperti digambarkan di atas. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa kita tidak perlu melakukan upaya dan berbenah agar pada akhirnya bahasa Indonesia dapat tampil sebagai bahasa yang bermartabat. Sudah terbukti bahwa politik bahasa yang sifatnya hanya perintah dari atas ke bawah top down policy belum berhasil menjamin tumbuhnya kebanggaan memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia di kalangan para penuturnya. Dari keempat jenis perencanaanpolitik bahasa korpus, status, pemerolehan, dan gengsi, tampaknya perencanaan pemerolehan dan gengsi menghadapi persoalan yang lebih rumit. Perencanaan pemerolehan telah “diganggu” selama beberapa waktu dengan kehadiran kebijakan pendidikan yang dikemas dalam konsep RSBI. Sementara itu, perencanaan gengsi belum mampu mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang memiliki gengsi tinggi di kalangan para penuturnya. Oleh karena itu, kegagalan model kebijakanpolitik bahasa ini harus diperbaiki melalui upaya pendekatan lingua franca plus cf. elaborated code. Melalui pendekatan ini, bahasa Indonesia difungsikan bukan hanya sebagai bahasa pengantar seperti di awal pertumbuhannya, tetapi bisa juga berfungsi dan berperan sebagai bahasa ilmu, bahasa bisnis, bahasa sastra, dan cerminan harga diri penutur dan bangsanya. Bahasa Indonesia bukan hanya menjadi tali pengikat antarsuku bangsa untuk bisa saling memahami isi komunikasi di antara mereka. Lebih jauh daripada itu, bahasa Indonesia naik perannya menjadi instrumen yang akan digunakan penuturnya dalam setiap komunikasinya. Pendekatan ini mengandung dua model implementasi, yaitu model sosiologis-fungsional dan model ekonomis. Masing-masing model dipaparkan berikut ini. a. Model sosiologis-fungsional Melalui cara ini, mesti diupayakan tumbuhnya kesadaran bahwa bahasa merupakan satu- satunya alat fungsional yang memberikan dampak komunikatif total. Artinya, setiap penutur mesti sampai kepada keyakinan bahwa bahasa Indonesia memiliki potensi yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan komunikasi penuturnya sufficiency principle. Bahasa Indonesia bisa digunakan pada berbagai ranah, baik resmi maupun tidak resmi, dan untuk membicarakan aneka topik. Kalau tahap ini sudah tercapai, maka diharapkan wibawa dan gengsi penutur bahasa Indonesia akan tumbuh dengan sendirinya. Pengokohan fungsi sosial-fungsional bahasa Indonesia ini dapat dilakukan, misalnya melalui Indonesianisasi. Memang benar bahwa gerakan monolingualisasi ini sejauh tertentu akan bertentangan dengan upaya pemertahanan danatau pelindungan bahasa daerah. Tahap ini diperlukan guna membenahi terlebih dulu posisi bahasa Indonesia ketika berhadapan dengan kuatnya gerusan pengaruh bahasa asing. Walaupun bahasa Indonesia sulit bahkan tidak mungkin menjadi bagian dari nilai budaya inti penutur bahasa Indonesia, apabila bahasa Indonesia sudah bisa memerankan fungsi sosial-fungsionalnya, lama kelamaan penutur bahasa Indonesia akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu kekayaan yang akan dipelihara bahkan diwariskannya kepada generasi berikutnya. Peningkatan kesadaran seperti ini akan sejalan dengan naiknya peran, fungsi, dan gengsi bahasa Indonesia di dalam kehidupan mereka. Model ini juga menyiratkan makna bahwa setiap penutur bahasa Indonesia menjadi ‘duta bahasa’. Masing-masing akan memberikan contoh berbahasa yang cermat dan pantas pada setiap ranah komunikasi. Contoh berbahasa yang baik dari mereka yang memiliki pengaruh kuat akan ikut menentukan perkembangan bahasa Indonesia di masyarakat. Kondisi ini sejalan juga dengan pandangan dan watak masyarakat Indonesia yang lebih partriarkal, yakni akan mengikuti contoh perilaku baik dari orang-orang yang dituakan. Dalam kaitan ini, 14 tokoh-tokoh tadi sejatinya menjadi model berbahasa bagi warga awam. Namun, dengan menyadarkan agar setiap orang menjadi duta bahasa dan model berbahasa, perilaku baik dalam berbahasa itu bukan hanya akan diturunkan secara vertikal dalam pola partriarkal, tetapi juga akan menyebar secara horisontal. Cari ini akan bisa mempercepat kesadaran para penutur dalam meningkatkan martabat bahasa Indonesia.

b. Model ekonomis

Mobilitas ekonomi merupakan kunci dari pendekatan pengembangan bahasa melalui cara ini. Pasar Indonesia yang begitu luas belum bisa menciptakan peningkatan mobilitas ekonomi yang berarti. Pasar ini masih bersifat menerima ‘titipan’ dari pihak luar tinimbang mengedepankan produk barang dan jasa dari dalam negeri sendiri. Kondisi seperti ini akan menjadi hambatan dalam meningkatkan daya saing dan daya pakai bahasa Indonesia pada transaksi ekonomi. Kemajuan ekonomi pada beberapa negara berkembang seperti China, Thailand, dan Vietnam, misalnya, telah ikut mendorong perkembangan dan daya saing masing-masing bahasa di tengah derasnya gelombang pengaruh penggunaan bahasa Inggris dalam produk barang dan jasa yang mereka hasilkan. Bahasa Indonesia pun bisa berperan seperti itu apabila dukungan politik dan sosial benar-benar berpihak kepada keinginan untuk menumbuhkembangkan bahasa Indonesia.

6. Penutup