Pembelajaran BI Kumpulan Makalah KBI X subtema 3 0 Diplomasi Kebahasaan sebagai Upaya Jati Diri dan Pemartabatan Bangsa

4 dan mutasi siswa pun setiap saat. Hal itu terjadi karena mengikuti pekerjaan orang tua mereka. Oleh sebab itu kohor pergerakan siswa keluar-masuk di SIKL sangat fluktuatif. Gambaran jumlah siswa SIKL dan latar belakang orang tua siswa berdasarkan sumber dari dokumen tatat usaha SIKL dapat dilihat dari tabel berikut.

3. Pembelajaran BI

Pembelajaran BI di SKIL dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku secara nasional. Sampai saat ini, tahun pelajaran 20122013, SIKL menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam standar isi SI jelas disebutkan bahwa pelajaran bahasa Indonesia untuk jejang SD adalah 5 jam pelajaran per minggu; SMP 4 jam pelajaran per minggu; dan SMA 4 jam pelajaran per minggu. Begitu pula standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajakan sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan secara nasional dan kembangkan di tingkat satuan pendidikan. Tentu saja tulis ini tidak akan menjelaskan secara panjang lebar pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan acuan KTSP, tetapi yang perlu dijelaskan di sini adalah bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran BI terhadap siswa SIKL di tengah kondisi perbedaan sosial masyarakat karena perbedaan negara. Siswa masuk sekolah pukul 07.45 kemudian pulang sekolah pukul 14.15. Dalam perjalanan dari sekolah ke tempat tinggal atau sebaliknya saat melintas di depan pertokoan atau kedai, berpapasan dengan orang-orang di sepanjang koridor jalan menuju stasiun KTM kereta tanah Melayu, stasiun MRT, dan stasiun monorel, saat berada dalam gerbong KTM, MRT, atau monorel siswa sudah berada dalam lingkungan masyarakat Malaysia yang nota bane di sana menggunakan bahasa Melayu Malaysia, bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa India dapat ditambahkan bahasa campuran antara ketiganya. Di SKIL sepenuhnya siswa menggunakan BI, kecuali dalam konteks sedang belajar bahasa asing. Pelajaran pertama di dalam kelas biasanya diawali dengan siswa memberikan salam, berdoa sebelum belajar dan menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. Setelah itu barulah pembelajaran berlangsung sebagaimana seharusnya. Pada tulisan ini akan dipaparkan proses belajar-mengajara pada pokok bahasan menulis pantun dan kalimat efektif dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas 7 SMP. 100 200 300 TK SD SMP SMA 2010 2011 2012 50 100 150 200 250 LATAR BELAKANG ORANG TUA Column1 5 Pada pembelejaran menulis pantun, langkah awal pembelajaran yang sering penulis lakukan adalah dengan mengajak siswa menyanyi bersama mengikuti irama lagu. Lagu yang diperdengarkan tentu telah dipilih sedemikian rupa sehingga syairnya memenuhi syarat-syarat sebuah pantun. Demikian pula media yang digunakan, biasanya proyektor dan pengeras suara sudah tersedia dalam kelas, guru hanya menyiapkan instrumen lagu melalui komputer jinjing laptop. Hari itu dalam pembelajaran menulis pantun di kelas VII, siswa menyanyikan lagu dengan syair “Cicak Rowo” yang bunyinya lebih kurang sebagai berikut: Kucoba-coba melempar manggis Manggis kulempar mangga kudapat Kucoba-coba melamar gadis Gadis kulamar janda kudapat Demikianlah siswa menyanyi dengan riang seirama dengan lagu yang dipopulerkan oleh Didi Kempot itu. Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari itu dan memberikan gambaran fungsi pantun bagi masyarakat Indonesia yang lebih banyak memiliki tradisi sebagai masyarakat Melayu. Pada saat ini dieksplorasi sebanyak mungkin nilai-nilai yang tercatum dalam sebuah pantun sebagai ciri masyarakat Melayu, yaitu pantun sebagai media berkomunikasi antarmuda-mudi, menyambut tamu, acara perkawinan, nasihat orang tua kepada negerasi muda, dan senda gurau dalam keadaan santai seperti teka-teki. Guru mengajak siswa menganalisis ciri-ciri pantun berdasarkan model syair lagu “Cicak Rowo” yaitu: 1 berjumlah empat baris; 2 bersajak a-b-a-b; baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran; baris ke-3 dan ke-4 merupakan isi. Tentu analisis tersebut lebih banyak dikaitkan dengan pengamalam siswa dan pemaknaan arti sampiran dan isi. Setelah siswa benar-benar memahami ciri-ciri pantun tersebut, siswa diajak untuk mengutak-atik bait-bait sampiran dan bait-bait isi. Misalnya dengan mengganti kata melempar manggis dengan mengiris buncis atau merebus kubis; mengganti kata mangga dengan kelapa atau jambu. Intinya siswa pada akhirnya dapat menyimpulkan bahwa perubahan bait terakhir dari sampiran juga akan mengubah isi dan membongkar bait-bait sampiran tanpa memperhatikan isi akan membuat pantun tersebut kehilangan “pantunnya”. Bila pemahaman siswa dirasakan mantap, tentu pertanyaan yang diajukan siswa dijadikan indikatornya, barulah siswa diberi latihan berupa bait-bait pantun yang rumpang, baik pada sampiran hanya disediakan isi atau rumpang pada isi hanya disediakan sampiran serta variasi di antaranya. Pelajaran akan berlangsung terus sampai siswa dapat membuat pantun sendiri. Tugas itu diberikan sebagai pekerjaan rumah. Pertemuan berikutanya siswa menyanyikan pantun yang telah mereka buat sendiri itu dengan menggunakan model lagu lain seperti “Ayam Jago” atau “Rasa Sayange”. Demikianlah contoh satu satu pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII SIKL pada materi pelajaran menulis pantun. Pembelajaran seperti ini selain memberikan pemahaman tentang pantun pada siswa juga ditanamkan rasa nasionalisme dengan merasa bangga pada jati diri bangsa yang memiliki berbagai kearifan dalam setiap perilaku masyarakatnya. Pada pembelajaran kalimat efektif pun materi pembelajaran diangkat dari kalimat- kalimat yang bersumber dari kalimat, frasa, dan kata yang dikenal siswa. Penjelasan dimulai dari substansi berbahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Tentu saja komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berterima antara pembicara dan lawan berbicara. Lebih daripada itu ucapan atau tulisan yang disampaikan pembicara mewakili pikiran dan perasaannnya. Ucapan atau tulisan yang berbelit-belit sehingga tidak jelas juga mencerminkan jalan berpikir penutur atau penulisnya. Coba bandingkan dengan kalimat berikut: Menjual hasil tembakau kepada 6 orang belum 18 tahun adalah dilarang dan kalimat Dilarang menjual rokok kepada anak di bawah umur. Kedua kalimat itu menginformasikan hal yang sama tetapi kalimat kedua merupakan kalimat yang efektif dalam bahasa Indonesia karena lebih ringkas, lebih cepat dipahami, struktur kalimat sederhana S-P-O-K sedang kalimat pertama K-P-Pel tanpa subjek. Kata hasil tembakau merupakan produk tetapi belum tentu rokok atau sigaret padahal yang dimaksudkan adalah rokok, sehingga sudah frasanya panjang malah tidak jelas. Di sinilah letak bahasa menunjukkan cara berpikir budaya seseorang. Kalimat dalam BI adalah kalimat yang efektif jelas, singkat, dan padat sehingga tidak bermakna taksa. Lalu siswa mencoba mensinarai beberapa kalaimat yang biasa ia temukan. Hasilnya sepert berikuti: Pusat perkhimatan hawa sejuk kereta. diterjemakan menjadi: Pusat perbaikan AC mobil. Bangunan ini sedang ada pembinaan naik taraf, segala kesulitan amat dikesali diterjemahkan menjadi: Bangunan ini sedang diperbaiki, mohon maaf atas ketidaknyamanan Anda.

4. Hambatan-Hambatan