69 hanya berasal dari DIY saja melainkan dari beberapa daerah di luar
DIY, diantaranya Jawa Tengah dan ada pula yang berasal dari Sumatera.
l. Jaringan Kerjasama
Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja dalam menjalankan kegiatan tentu tidak terlepas dari hubungan kerjasama
dengan pihak atau lembaga lain yang memilki kepedulian terhadap masalah PMKS remaja terlantar. Balai Perlindungan dan Rehabilitasi
Sosial Remaja menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga diantaranya:
1 Instansi pemerintah terkait Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Kementrian Agama, Kepolisian, Dinas Nakersos. 2
Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi masyarakat, lemabaga swasta.
3 Perguruan Tinggi.
4 Pengusaha
5 Perorangan.
2. Profil Subjek Penelitian
Remaja di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan rentang usia antara 15-21 tahun.
Adapaun asal daerahnya bermacam-macam, tidak hanya datang dari Daerah Istimewa Yogyakrta, namun ada juga yang berasal dari luar DIY.
Remaja yang ada di BPRSR berasal dari Yogyakarta, Sleman, Bantul,
70 Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, Solo, Sukoharjo, dan beberapa
daerah lain di Jawa Tengah bahkan luar pulau Jawa. Berikut ini profil remaja putus sekolah yang peneliti jadikan sebagai
subjek penelitian, mereka adalah “RNA” asal Tempel, “PT” asal Medan, dan “AR” asal Pakualaman yang dipilih berdasarkan kriteria yang dimiliki
oleh masing-masing subjek yaitu sifat subjek, latar belakang subjek dan perilaku subjek pada saat di BPRSR. Mereka tinggal di asrama BPRSR,
dengan pembagian “RNA” di asrama melati, “PT” asrama dahlia dan “AR” asrama mawar. Latar belakang dan penyebab mereka mengalami
putus sekolah ataupun tidak bisa meneruskan sekolah sehingga bisa berada di BPRSR bermacam-macam, antara lain karena masalah keluarga,
kemiskinan dan masalah yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh “RNA” asal Tempel, latar belakang ia sampai bisa masuk BPRSR adalah :
“Dulu saya tinggal di Tempel sampai kelas 5 SD, kemudian saya pindah ke Jakarta karena ada masalah di keluarga saya, di Jakarta saya
ikut Ibu. Terus saya kembali lagi ke Tempel dan ikut ayah. Setelah itu saya tidak melanjutkan sekolah lagi
” WRNA070216 Mengenai latar belakang “RNA” tersebut dijelaskan pula oleh
pekerja sosial dari “RNA” yaitu bapak “TY” dan bapak “SH”, beliau menyatakan:
“RNA itu dari keluarga biasa yang mengalami perceraian dan dia sendiri ikut dengan ayahnya namun mendapat perlakuan yang tidak
baik dan dia dimasukkan kesini oleh ketua dusun setempat tanpa sepengetahuan ayahnya
” WTY190216 “RNA itu dia berasal dari keluarga “broken home”, ayah dan ibunya
berpisah pada saat dia masih kecil, adiknya ikut ibunya dan RNA ikut ayahnya, dia memang sempat ikut ibunya tetapi hanya sebentar
71 kemudian karena alasan ekonomi, dia ikut ayahnya, namun dia sering
mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya ” WSH220216
Latar belakang yang berbeda diun gkapkan oleh “AR” remaja usia 17
tahun yang dulunya tinggal di Pakualaman, ia mengungkapkan latar belakangnya sebagai berikut:
“Saya asalnya dari daerah puro Paku Alaman. Saya tinggal sama mama sama 2 adik saya mbak, ayah kerja diluar kota karena ayah
mengalami kebangkrutan. Dulu waktu kecil saya pernah ikut modeling, sama mama dimasukkan les modeling terus sering ikut
lomba, saya juga pernah membawakan acara jadi mc di komunitas hiphop mbak
” WAR080216 Informasi mengenai latar belakang “AR” juga peneliti dapatkan dari
pekerja sosial yang menanganinya, yaitu bapak “TY” dan ibu “SBG” yang menyatakan:
“dia dahulu dari kelaurga mampu, pengusaha, tetapi sekarang sudah anjlok, jadi dahulu dia hidupnya mewah, sekarang dalam keadaan
yang kurang mampu ini, ayahnya berada di luar kota, ibunya masih disini dengan adiknya, dan si AR sendiri tersangkut dengan suatu
permasalahan sehingga dia dititipkan ke panti ini oleh seseorang yang menghubungi kami
” WTY190216 “AR itu dulu anaknya orang kaya mbak, ayahnya kontraktor, tapi
kemudian mengalami kebangkrutan sampai habis, tempat tinggal saja sampai tidak punya dan di Jogja hanya mengontrak satu kamar untuk
ditinggali Ibu dan dua adiknya, sekarang ayahnya di Papua, disini ibunya kerja serabutan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
” WSBG190216
Kemudian “PT” remaja usia 17 tahun yang daerah asalnya Medan mengungkapkan latar belakangnya sampai bisa sampai di Yogyakarta,
latar belakangnya adalah: “Saya berasal dari Tebing Tinggi Medan, ceritanya saya bisa sampai
Jogja itu panjang mbak, saya pergi dari rumah karena saya ingin pindah keyakinan tetapi ditentang oleh orang tua saya jadi saya
berhenti sekolah dan memilih pergi dari rumah, sebelum sampai Jogja saya sempat hidup menggelandang di Jalanan selama 6 tahun. Saya
72 pernah singgah di banyak kota termasuk Jakarta, Semarang juga
pernah mbak, akhirnya saya sampai Jogja dan dibantu oleh orang untuk masuk ke Panti” WPT070216
Hal tersebut juga disampaikan pekerja sosialnya “PT” yaitu bapak “TY” dan bapak “MRD”, beliau berdua menyatakan:
“PT itu sendiri kita mendapat rujukan dari seseorang yang merasa iba dengan keadaannya, PT itu yang terpisah dengan keluarganya, dia
berasal dari luar pulau. Seseorang yang merasa iba itu kebetulan tahu sedikit mengenai PSBR jadi dia merujuk PT kesini. Kemudian disini
juga kami pertemukan dengan marganya sehingga dia merasa
memiliki keluarga disini” WTY190216 “dia sebelum masuk ke PSBR ini dulunya anak jalanan mbak, dia
datang dari Medan dan mengembara sampai ke sini dan ditemukan oleh ibu S, dimana ibu S ini adalah pemilik rumah yang halamannya
sering dipakai tidur oleh PT ini, kemudian dia membawanya kesini, disini dia juga kami pertemukan dengan seorang yang marganya sama,
karena kalau disana kan satu marga dianggap keluarga sendiri
” WMRD190216
Dari hasil wawancara ketiga remaja diatas dan hasil wawancara dari pekerja sosial masing-masing remaja, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan latar belakang masing-masing remaja, dimana latar belakang “RNA” adalah karena ada masalah keluarga yaitu broken home, dan dia
mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari ayah kandungnya. Latar belakang “AR” adalah dia dahulu anaknya orang kaya
yang kemudian mengalami kebangkrutan sehingga menjadi keluarga yang tidak mampu,
dan latar belakang “PT” ialah, dia anak jalanan yang berasal dari Medan dan di Yogyakarta ditemukan oleh seorang ibu yang merasa
iba dengan kondisinya. Selain latar belakang kehidupan, juga terdapat latar belakang remaja
tersebut mengalami putus sekolah ataupun tidak mampu melanjutkan
73 sekolah, dimana dari latar belakang remaja berpengaruh terhadap latar
belakang putus sekolah. Latar belakang “RNA” yang mengalami putus sekolah pada saat ia masih kelas 5 SD yaitu:
“Ya karena ada masalah keluarga itu mbak, jadi saya tidak bisa melanjutkan sekolah” WRNA070216
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan bapak “TY” dan bapak “SH”, beliau menyatakan bahwa:
“RNA itu karena ada masalah keluarga sehingga dia juga terkena dampak dari perpisahan tersebut
” WTY190216 “RNA yang menjadi subjek penelitian ini penyebabnya karena
masalah keluarga itu tadi, dimana ayah dan ibunya berpisah saat dia masih kelas 5 SD dan mau melanju
tkan sekolahpun tidak ada biaya” WSH220216
Latar belakang putus sekolah juga diungkapk an oleh “AR” yang
telah lulus SMP namun tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA, ia menyatakan alasannya sebagai berikut:
“Saya brutal mbak, saya pernah terkena masalah karena merusak sarana pemerintah, memecahkan kaca mobil dan masih ada masalah
lain yang membuat saya tidak bisa meneruskan sekolah mbak. Kemudian saya dimasukkan ke Panti ini sama mama pada bulan
agustus
” WAR080216 Alasan yang diungkapkan oleh “AR” tersebut dijelaskan oleh
pekerja sosial yang menerima dan menanganinya yaitu bapak “TY dan ibu “SBG”, beliau menjelaskan bahwa masalah lain tersebut adalah:
“AR itu tidak bisa melanjutkan sekolah karena kondisi keluarga yang mengalami anjlok itu tadi padahal sebenarnya ingin sekolah lagi
” WTY190216
“Dia itu sekolah terakhir lulus SMP, tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA karena ketiadaan biaya, untuk menebus ijazah saja belum bisa
sampai sekarang mbak, sedangkan ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kerjanya serabutan
”
WSBG190216
74 Adapun alasan “PT” remaja yang dahulu mengalami putus sekolah
saat masih kelas 6 SD adalah: “Saya berpindah keyakinan dan banyak yang menentang, jadi saya
menuruti hati saya untuk mencari ketenangan batin” WPT070216
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh pekerja sosialnya “PT” yaitu bapak “MRD”, beliau menyatakan bahwa:
“PT sendiri itu penyebabnya kabur dari rumah dan berhenti sekolah karena dia ingin berpindah keyakinan dan tidak mendapatkan izin dari
keluarganya, begitu yang pernah saya dengar ” WMRD190216
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa alasan atau latar belakang penyebab mereka putus sekolah ataupun tidak
mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya. Alasan “RNA” putus sekolah saat masih kelas 5 SD adalah kondisi perpisahan kedua orangtuanya
mengakibatkan ia tidak mampu melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya
untuk melanjutkan
pendidikannya, perpisahan
orangtua memunculkan masalah lain yaiu kemiskinan, sehingga ia tidak mampu
melanjutkan sekolah. Alasan “AR” tidak melanjutkan ke jenjang SMA ialah karena kondisi ekonomi keluarga yang anjlok menyebabkan ia tidak
bisa meneruskan ke jenjang berikutnya, bahkan untuk menebus ijazah saja belum ada biaya, sedangkan alasan “PT” putus sekolah saat ia masih kelas
6 SD adalah karena masalah keyakinan, dimana ia ingin berpindah keyakinan dan lingkungan atau orangtuanya tidak mengizinkan, kemudian
ia keluar dari sekolah dan memutuskan untuk pergi dari rumah dan menjadi anak jalanan selama kurun waktu 6 tahun.
75 Perbedaan latar belakang tersebut selain menyebabkan alasan putus
sekolah yang berbeda-beda juga dapat menyebabkan kemampuan berinteraksi remaja terhadap orang lain juga berbeda, hal ini karena masa
lalu remaja tersebut yang membuat dirinya tumbuh menjadi remaja yang emosionalnya tidak stabil dan membutuhkan bimbingan dari orang lain.
B. Data Hasil Penelitian