21 c.
Cerdas, berpikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan
empatik, bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan lingkungan.
d. Sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteraturan, kedisiplinan,
terampil, menjaga diri dan lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang
e. Peduli, memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun,
toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain,
tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan
makhluk lain, setia, cinta damai dalam menghadapi persoalan.
f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis,
berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa unik, memiliki ide baru, ingin terus
berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.
g. Gotong royong, mau bekerja sama dengan baik, berprinsip bahwa
tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama- sama, tidak memperhitungkan tenaga untuk saling berbagi dengan
sesama, mau mengembangkan potensi diri untuk dipakai saling berbagi agar mendapatkan hasil yang terbaik, tidak egoistis.
Dari beberapa pendapat diatas, terdapat beberapa persamaan pada nilai –
nilai karakter yang dijabarkan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan karakter memiliki nilai yang universal yang bersifat baik bagi pembentukan karakter
individu.
5. Strategi Pendidikan Karakter
Muchlas Samani 2013: 144, mengatakan bahwa strategi dapat diartikan kaitannya dengan kurikulum, model tokoh, serta strategi kaitannya dengan
metodologi. Dalam kaitannya dengan kurikulum, strategi yang umum dilaksanakan adalah mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam bahan yang
digunakan. Artinya, lembaga pendidikan itu tidak membuat kurikulum pendidikan
22 sendiri. Sedangkan strategi kaitanya dengan model tokoh ialah yaitu keseluruhan
tenaga pendidik dan kependidikan harus mampu menjadi panutan yang baik. Strategi berkaitan dengan metodologi, implementasinya pada pelaksanaan
pendidikan karakter ialah pemanduan cheerleading, pujian dan hadiah praise- and-reward, definisikan dan latihkan define-and-drill, penegakan disiplin
forcced-formality, dan perangai bulan ini traith of the month. a.
Strategi pemanduan didalamnya menggunakan strategi dengan menempelkan poster-poster dan spanduk, papan khusus buletin, papan pengumuman yang
berganti-ganti berisi tentang nilai kebajikan. b.
Strategi pujian dan hadiah ini memiliki landasan pada pemikiran positif beserta penerapan penguatan positif sehingga strategi ini menunjukkan anak
yang sedang berbuat baik. Namun, strategi ini tidak berlangsung lama karena dalam pelaksanaan kedepan akan banyak anak yang dengan sengaja ingin
terpilih melakukan perbuatan baik hanya dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dan hadiah.
c. Strategi definisikan dan latihkan didalamnya mengajak para siswa untuk
mengingat dan mendefinisikan setiap nilai kebaikan sesuai dengan perkembangan kognitif dan keputusan moralnya.
d. Strategi penegakan disiplin memiliki prinsip untuk melatih dan menegakkan
disiplin siswa dengan melakukan pembiasaan habituasi secara rutin melakukan kegiatan yang bermoral seperti mengucapkan salam kepada
BapakIbu guru maupun kepada sesama teman.
23 e.
Strategi perangai bulan ini hakikatnya sama dengan strategi cheerleading atau pemanduan, namun tidak hanya mengandalkan pemasangan poster,
strategi perangai bulan ini juga menggunakan segala sesuatu hal yang terkait dengan pendidikan karakter seperti pelatihan, introduksi oleh guru dalam
kelas yang kesemuanya difokuskan pada penguatan perangai tunggal yang disepakati.
Strategi pengembangan pedidikan karakter yang diterapkan di Indonesia antara lain melalui transformasi budaya sekolah school culture dan habituasi
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Elkin dan Sweet dalam Muchlas Samani, 2013: 146, implementasi pendidikan karakter melalui transformasi
budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan karakter kedalam muatan
kurikulum. Sedangkan menurut Abdul Majid 2013 : 112-133, dalam pendidikan
karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui, diantaranya:
a. Moral KnowingLearning to know
Tahapan ini merupakan langkah awal dalam pendidikan karakter. Pada tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-
nilai.
24 b.
Moral LovingMoral Feeling Maksudnya ialah, belajar mencintai dengan berbuat baik kepada orang lain
dan belajar mencintai tanpa ada syarat. Bertujuan agar dapat menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta dan rasa membutuhkan terhadap nilai-nilai akhlak
mulia. c.
Moral DoingLearning To Do Memperagakan atau mempraktikkan nilai
– nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional Muchlas Samani, 2013: 146 menyarankan empat hal dalam pengembangan budaya sekolah kaitan
dengan pengembangan diri, meliputi: a.
Kegiatan rutin Kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten setia
saaat oleh siswa. Sebagai contoh pada Hari Senin, salam dan salim didepan pintu, piket kelas, shalat berjama‟ah dan lain sebagainya.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan ini bersifat saat itu juga atau spontan pada suatu kejadian tertentu.Misalnya, mengumpulkan sumbangan untuk korban bencana alam,
berkunjung ke rumah teman yang sedang sakit dan lain-lain. c.
Keteladanan Siswa meniru atau meneladani sikap dan perilaku seluruh warga
sekolah yang lebih dewasa sebagai contoh atau model bagi siswa. Seperti
25 siswa akan meniru kerapian baju para pengajar, kebiasaan warga sekolah
untuk disiplin, tidak merokok, tertib dan teratur, perilaku sopan santun, jujur dan lain sebagainya.
d. Pengkondisian
Mengkondisikan atau mengatur kondisi yang dapat mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya penataan kondisi meja guru dan
kepala sekolah yang rapi, kondisi toilet yang bersih, disediakan tempat sampah dan lain sebagainya.
C. Anak
1. Tahap Perkembangan Anak
Anak dalam masa kehidupannya melalui tahap perkembangan dimana fisik ataupun psikis mereka berkembang secara alami dengan dipengaruhi oleh
beberapa faktor.Menurut Hurlock, perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari
perubahan yang teratur dan koheren.Tahap perkembangan anak sendiri berdasarkan didaktis atau instruksional menurut pendapat Comenius :
“Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang yaitu a sekolah ibu secola
maternal, untuk anak – anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b sekolah bahasa ibu
scola vernaculan untuk anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c Sekolah latin scola latina, untuk remaja usia 12, 0 sampai 18 tahun, d akademi
academica untuk pemudapemudi usia 18,0 sampai pengajaran bahan pendidikan sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus
dipergunakan
metode penyampaian
yang sesuai
dengan perkembangannya”. Syamsu Yusuf, 2009: 22