22 Motivasi ini ada yang dipelajari dan ada yang merupakan bawaan, menurut
Wood Worth Shaleh, 2004, unlearned motives adalah motivasi yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan, yaitu yang dibawa sejak lahir seperti makan,
minum, seksual, bergerak, dan istirahat. Sedangkan learned motives adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar, mengejar
jabatan, dan sebagainya. Learned motives yang paling penting bagi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk
mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan untuk tujuan sukses atau gagal.
2.1.2. Definisi Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai keinginan untuk dapat memenuhi atau mencapai suatu standar yang baik, dan berusaha untuk mencapainya
Santrock, 1996. Begitu juga halnya pendapat yang disampaikan oleh Gage dan Berliner 1992 bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk sukses dan
menampilkan performa yang baik dalam suatu hal. Motivasi berprestasi itu dipengaruhi oleh personal variable. Personal variable adalah faktor-faktor yang
ada dalam diri seseorang yang bisa membuat seseorang termotivasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi dalam
penelitian ini adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan kegiatan dengan baik
dan berhasil dengan predikat unggul excellent; dorongan tersebut dapat berasal
dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya.
23
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
Setiap individu memiliki motivasi untuk meraih prestasi yang berbeda satu sama lain, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi individu. Berdasarkan para ahli, beberapa faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Keluarga dan Kebudayaan Orientasi berprestasi dipelajari pada awal masa kanak-kanak, umumnya
karena interaksi dengan orang tua. Contohnya, anak dengan motivasi tinggi cenderung memiliki orang tua yang memberi semangat kebebasan dan
memberikan penghargaan kesuksesan Harold Eccles dalam Huffman, 2000. Dalam hal motivasi berprestasi, anak dituntut untuk memiliki
’standard of excel
lence’ oleh budaya, terutama oleh para orang tua, sebagai bentuk perwakilan dari budaya, dan perilakunya melibatkan kompetisi dengan standard of exellence,
jika berhasil menghasilkan efek yang positif, dan jika tidak berhasil menghasilakn efek yang negatif. Hal ini terjadi pada budaya atau keluarga yang menekan
kompetisi untuk mampu menampilkan beberapa tugas dengan baik oleh dirinya sendiri, yaitu budaya atau keluarga yang mampu menghasilkan anak dengan
motivasi berprestasi yang tinggi McClelland et al, 1953.
2. Faktor Jenis Kelamin dan Urutan Kelahiran Macoby dan Jacklyn dalam Gage dan Berliner, 1992 mengemukakan
bahwa pria lebih terorientasi pada prestasi dibandingkan wanita. Douvan dan Adelson dalam Gage dan Berliner, 1992 mengemukakan bahwa anak pertama
24 memperlihatkan dorongan atau ambisi yang kuat, mereka berorientasi pada
prestasi. Selain itu anak pertama cenderung memiliki standar keberhasilan yang tinggi dan lebih kompeten dari adik-adiknya.
3. Lingkungan Sekolah Guru yang memotivasi siswa untuk belajar seringkali menemukan bahwa
pembelajaran berikutnya membantu pengembangan motivasi intrinsik siswa mempelajari pengetahuan yang penting Meece dalam pintrich Schunk, 1996.
4. Lingkungan teman Motivasi untuk berprestasi pada siswa terutama pada masa remaja, sangat
dipengaruhi oleh teman sebaya, khususnya teman dari kelompok acuannya peer. Apabila temen-temannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap siswa yang
bersemangat tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, maka kemungkinan besar siswa yang bersangkutan akan menurunkan kadar motivasi berprestasinya
agar dapat diterima oleh kelompok acuannya Gage dan Berliner, 1992.
5. Self-efficacy Siswa berbeda-beda dalam meyakini kemampuan mereka memperoleh
pengetahuan, menampilkan keterampilan, dan menguasai materi. self efficacy berfungsi sebagai faktor dari dalam diri siswa bersama dengan reward dan umpan
balik dari guru yang berdampak pada cara kerja mereka. Dari faktor ini siswa
25 memperoleh gambaran seberapa baik mereka belajar. Motivasi meningkat ketika
siswa meyakini mereka membuat kemajuan dalam belajar Schunk, 1991.
2.1.4. Karakteristik individu dengan motivasi berprestasi tinggi