Faktor yang mempengaruhi self efficacy

30 mempunyai keyakinan bahwa ia tidak mampu menghadapi tugas atau kegiatan tertentu, maka ia cepat beralih pada tugas atau kegiatan lain dan tidak melakukan usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sebaliknya jika seseorang mempunyai keyakinan bahwa ia mampu, ia akan berusaha untuk waktu yang relatif lama dan akan melakukan usaha yang lebih besar untuk menghadapinya, walaupun setelah menyelesaikan tugas atau kegiatan tersebut ia gagal. Dengan adanya usaha yang lebih besar ini, maka seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi yang biasanya menampilkan kinerja yang lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang memiliki self-efficacy rendah. Selain itu, self-efficacy juga mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosional seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya Bandura, 1986. Seseorang yang menilai dirinya tidak mampu menghadapi tuntutan lingkungannya akan membayangkan bahwa kesulitan yang dihadapi sangat besar, tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sebaliknya jika seseorang merasa dirinya mampu, ia akan memusatkan perhatiannya dan berusaha lebih keras lagi bila ia mengalami kegagalan. Self-efficacy yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penilaian subyektif seseorang terhadap kemampuannya sendiri dalam menghadapi masalah sulit dari tugas-tugas sekolah yang diberikan kepadanya.

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi self efficacy

Self-efficacy seseorang terhadap suatu tugas tidak begitu saja terbentuk. Menurut Bandura 1986, sumber-sumber informasi self efficacy terbentuk melalui: 1. Pengalaman Keberhasilan Mastery Experiences 31 Pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang dalam mengerjakan suatu kegiatan tertentu merupakan salah satu sumber terbentuknya penilaian self efficacy seseorang. Pengalaman mengalami keberhasilan dan kegagalan ini yang paling berpengaruh karena dilakukan atas usahanya sendiri. Keberhasilan akan meningkatkan self efficacy dan kegagalan akan menurunkan self efficacy. Dalam hal ini Bandura menegaskan bahwa sebenarnya kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas bukan merupakan hal yang penting karena yang lebih penting adalah bagaimana seseorang mempersepsikan keberhasilan atau kegagalannya. 2. Pengalaman orang lain Vicarious Experiences Melalui pengamatan terhadap keberhasilan orang lain, seseorang dapat pula meningkatkan keyakinannya bahwa ia juga memiliki kemampuan-kemampuan untuk menguasai kegiatan-kegiatan yang sama, sebaliknya melihat orang yang mempunyai kemampuan yang sama dengan dirinya mengalami kegagalan, akan merendahkan dan menurunkan penilaian terhadap dirinya. 3. Persuasi Verbal Verbal Persuasion Seseorang yang mendapatkan informasi secara verbal tentang kemampuannya untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan. Cenderung melakukan usaha yang lebih besar dan membuat ia lebih bertahan dalam mengerjakan suatu tugas. Pada dasarnya persuasi ini digunakan untuk membuat orang percaya bahwa ia mampu melakukan atau mencapai apa yang ia inginkan. Dorongan persuasi verbal yang 32 dapat meningkatkan self efficacy seseorang hanyalah persuasi verbal yang positif saja sementara persuasi verbal yang negative tidak. Peran yang cukup penting yang dapat diambil oleh orang tua atau anggota keluarga lainnnya adalah komunikasi verbal dan nonverbal. 4. Kondisi Fisiologis dan Emosional Physiological and Emotional Dalam menilai kemampuan diri sendiri bagi individu, antara lain dengan menggunakan informasi keadaan fisiologisnya. Reaksi-reaksi fisiologis yang timbul karena adanya suatu keterbangkitan emosi di dalam situasi tertentu akan direkam oleh individu yang bersangkutan. Didalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, individu merasakan adanya kelelahan, lemah, dan rasa sakit dibagian tertentu tubuh, hal ini merupakan indikasi dari ketidakmampuan secara fisik.

2.2.3. Dimensi – Dimensi Self Efficacy