12
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Remaja adalah cikal bakal generasi muda penerus bangsa yang akan menjadi tolak ukur  kesuksesan  suatu  bangsa.  Oleh  karena  itu  penting  bagi  para  pendidik  dan
pengajar  serta  orang  tua  untuk  berperan  membantu  remaja  dalam  usahanya mencapai  prestasi  dan  kesuksesan.  Dalam  perkembangan  kepribadian,  masa
remaja adalah masa terberat yang harus dilalui individu. Hal ini dikarenakan masa remaja  sebagai  suatu  masa  dimana  terjadi  peralihan  perkembangan  dari  masa
kanak-kanak yaitu masa yang penuh dengan ketergantungan menuju masa dewasa yaitu  masa  pembentukan  tanggung  jawab.  Santrock  1996  memberikan  definisi
masa  remaja  sebagai  suatu  periode  transisi  antara  masa  anak-anak  dan  orang dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.
Pada  masa  modern  seperti  saat  ini,  banyak  kita  dengar  cerita  tentang tawuran, pencurian, penganiayaan, narkoba bahkan pembunuhan  yang pelakunya
adalah para remaja.  Berdasarkan data Polres Jakarta Selatan, tahun 2010, jumlah kenakalan remaja  mencapai 23 kasus. Tawuran terakhir terjadi pada akhir bulan
februari tahun 2011 bataviase.co.id. Teknologi yang sudah semakin maju kerap juga  menjadi  andil  dari  gaya  hidup  para  remaja  masa  kini  yang  notabene  hanya
bersenang –  senang  saja  dan  melupakan  tugas  mereka  sebagai  pelajar  yakni
meraih prestasi. Melihat situasi yang seperti ini sudah sewajarnya kita perlu cemas dan khawatir terhadap nasib perkembangan remaja di kemudian hari. Lingkungan
13 sekolah  dan  terutama  orang  tua  sangat  dibutuhkan  pengaruhnya  dalam  usaha
membangun pribadi remaja yang berprestasi bukan remaja sumber masalah. Menurut  Gerungan  dalam  Yaddien  2008  sebagai  berikut  :  63  dari  anak
yang  nakal  dalam  suatu  lembaga  pendidikan  adalah  anak  yang  berasal  dari keluarga  tidak  utuh,  70  dari  anak  yang  sulit  dididik  adalah  dari  keluarga  yang
tidak teratur,  tidak  utuh  atau  mengalami  tekanan  yang  terlampau  berat.  Dalam sebuah  penelitian  yang  berjudul  Pola  Komunikasi  dalam  Keluarga  dengan
Kenakalan  Remaja  Studi  Korelatif  di  Desa  Timpik,  Kecamatan  Susukan, Kabupaten  Semarang  Jawa  Tengah  Tahun  2007  oleh  Yaddien  2008  bahwa
terdapat  pengaruh  yang  signifikan  antara  pola  komunikasi  dalam  keluarga  dan tingkat kenakalan remaja pada remaja desa Timpik.
Untuk menjadi remaja yang berprestasi, seorang remaja perlu memiliki daya dorong  dari  dalam  diri  maupun  dari  luar  untuk  dapat  menghasilkan  sejumlah
prestasi.  Dorongan  untuk  sukses  dan  menampilkan  performa  yang  baik  dalam suatu hal disebut dengan motivasi berprestasi Gage dan Berliner,1992. Motivasi
berprestasi  dapat  dipengaruhi  oleh  faktor  eksternal  dan  faktor  internal.  Faktor eksternal  yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu faktor-faktor yang
datang  dari  luar  diri  seseorang  bisa  berupa  rewards  dan  punishment.  Sedangkan faktor  internal  yakni  yang  berasal  dari  dalam  diri  remaja  itu  sendiri  Santrock,
2001.    Selain  itu  pengharapan  orang  tua  terhadap  anak  mereka  memiliki pengaruh  dalam  perkembangan  motivasi  berprestasi  anak.  Orang  tua  yang
mengharapkan anak mereka untuk bekerja keras dan meraih sukses akan mambuat
14 anak itu menunjukkan dan mambanggakan mereka dengan prestasi Morgan et al,
1986 Dalam  sebuah  penelitian  mengenai  dukungan  keluarga  terhadap  motivasi
berprestasi  pada  remaja  oleh  Wahyuni  2006,  mengatakan  bahwa  terdapat hubungan  antara  dukungan  keluarga  dengan  motivasi  berprestasi  pada  remaja  di
SMAN  1  Mlarak  Ponorogo.  Dukungan  keluarga  itu  dapat  ditunjukkan  melalui adanya  komunikasi  yang  efektif  dalam  keluarga,  terutama  dari  orang  tua  kepada
remaja.  Komunikasi  merupakan  dasar  bagi  terciptanya  keharmonisan  dalam keluarga.  Untuk  itu  komunikasi  yang  dijalin  haruslah  efektif.  Komunikasi
interpersonal akan efektif manakala stimulus yang diaktifkan dan diharapkan dari pengirim  sesuai  dengan  stimulus  yang  diterima  dan  ditanggapi  oleh  penerima
Tubbs  Moss, 1974. Menurut Soelaiman dkk dalam penelitiannya 1993 menyatakan pentingnya
komunikasi  dalam  keluarga.  Komunikasi  yang  efektif  sangat  diperlukan  oleh anggota keluarga. Tidak efektif atau tidak adanya komunikasi dapat memberikan
dampak yang tidak diharapkan, baik oleh orang tua maupun anak-anaknya. Hal ini dikarenakan komunikasi efektif akan membantu orang tua membangun hubungan
positif dengan anak  remaja Couch dkk, 1997. Keluarga  yang  tanpa  dialog  dan  komunikasi  akan  menumpukkan  rasa
frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan  dialog  dan  komunikasi  dalam  arti  yang  sesungguhnya  yaitu  bukan
basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak  mungkin  mau  mempercayakan  masalah-masalahnya  dan  membuka  diri,
15 mereka  lebih  baik  berdiam  diri  saja.  Tidak  sedikit  orang  tua  yang  kurang  bisa
berkomunikasi dengan anaknya khususnya ketika si anak berusia remaja. Hal ini dikarenakan banyak orang tua yang kurang menyadari perlunya respon verbal atau
nonverbal  ketika   menanggapi  anaknya,  sehingga  menyebabkan  hambatan  dalam berkomunikasi  Sering  kali  tanpa  di  sadari  orang  tua  menyampaikan  pesan-pesan
negatif pada anaknya, bukan memberikan pesan atau masukan positif. Akibatnya anak  menginternalisasikan  pesan-pesan  negatif  tersebut  menjadi  bagian  dirinya
sehingga  remaja  tidak  dapat  mengembangkan  potensinya,  bersikap  mandiri, mengatasi segala masalah serta kekecewaan yang dialami Gordon, 1989.  .
Keuletan  seseorang  dalam  mengatasi  kesulitan  dan  tantangan  dipengaruhi pula oleh bagaimana orang tersebut yakin terhadap kemampuan dirinya. Hal inilah
yang  disebut  dengan  self-efficacy.  Bandura  dalam  Santrock,  2001  menyatakan bahwa  self-efficacy  adalah  keyakinan  seseorang  mampu  menguasai  keadaan  dan
memberikan  hasil  yang  baik.  Dalam  sebuah  penelitian  yang  berjudul  Hubungan antara Dukungan Sosial dan Self-Efficacy dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet
Pencak  Silat  Pelajar  Tingkat  SMAK  di  Kota  Yogyakarta  menyimpulkan  hasil bahwa  ada  hubungan  yang  sangat  signifikan  antara  dukungan  sosial  dan  Self
Efficacy  dengan  motivasi  berprestasi  pada  atlet  pencak  silat  pelajar  tingkat SMAK di kota Yogyakarta Ariyanto, 2007.
Perkembangan  kepribadian  anak  yang  positif  dipengaruhi  oleh  berbagai faktor. Salah satunya adalah komunikasi orang tua terhadap anaknya. Bagaimana
cara  orang  tua  berkomunikasi  dengan  anaknya  menentukan  cara  anak berkomunikasi  dengan  lingkungannya.  Jika  komunikasi  orang  tua  buruk,  maka
16 dampak  negatif  akan  dirasakan  oleh  anaknya.  Melalui  komunikasi  yang  efektif
diharapkan  dukungan  dari  orang  tua  dapat  dimaknai  dengan  benar  oleh  anak remaja. Sehingga dapat berdampak pada tingginya self-efficacy keyakinan diri
yang kemudian akan mempengaruhi motivasi remaja dalam berprestasi. Hasil  studi  pendahuluan  yang  peneliti  lakukan  di  Sekolah  Menengah
Pertama  SMP  Waskito  Pamulang,  ditemukan  bahwa    dari  30  orang  responden yang  diberikan  beberapa  pertanyaan  mengenai  motivasi  berprestasi,  hanya  20
responden  yang  memiliki  motivasi  berprestasi  tinggi,  50  responden  dengan motivasi  berprestasi  sedang,  dan  30  responden  yang  bermotivasi  berprestasi
rendah.  Dari  data  tersebut,  hal  penting  yang  diambil  sebagai  bahan  dasar  utuk penelitian yang akan saya lakukan adalah tingkat keinginan berprestasi motivasi
berprestasi siswa yang sedang sehingga tidak ada persaingan yang begitu berarti untuk mencapai suatu prestasi. Terhadap permasalahan ini, masih belum diketahui
secara  pasti  apa  yang  kira-kira  menjadi  penyebab,  apakah  dari  lingkungan keluarga  atau  dari  dalam  diri  siswa  sendiri.  Untuk  itu,  peneliti  merasa  tertarik
untuk  melakukan  penelitian  lebih  lanjut  untuk  melihat  pengaruh  keluarga  yakni dalam  hal  komunikasi  efektif  orang  tua
–  remaja  dan  keyakinan  diri  yang  ada dalam diri siswa  self-efficacy  terhadap motivasi berprestasi pada remaja.
Berdasarkan  uraian  diatas,  peneliti  merasa  tertarik  untuk  merumuskan pertanyaan apakah ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi efektif orang
tua  -  remaja  dan  self  efficacy  dan  motivasi  berprestasi  remaja  melalui  sebuah penelitian dengan judul
“Pengaruh Komunikasi Efektif Orang Tua - Remaja dan
Self-Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi pada Remaja ”.
17
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah