4.3.3. Issue Bias Gender Pegawai Perempuan di BNI Cabang Medan
Nilai – nilai patriarkhi tidak saja berada dalam lingkup keluarga, namun telah merasuk ke berbagai aspek kehidupan termasuk dalam dunia kerja. Di Indonesia,
jumlah perempuan yang bekerja baik di sektor formal maupun informal berjumlah 32,4 juta jiwa pada tahun 2005. Menurut analis ekonomi Kee Beom Kim dari ILO,
Tahun 2007 angka peningkatan kesempatan laki – laki dalam memperoleh pekerjaan lebih rendah dibandingkan angka kesempatan perempuan memperoleh pekerjaan,
yang mencapai 44,8. Akan tetapi tetap ada ketidaksetaraan gender yang menyebabkan adanya ketidaksetaraan dalam memperoleh peluang di beberapa bidang
pekerjaan. Pada umumnya perempuan hanya ditempatkan pada posisi – posisi yang tidak begitu penting, bahkan perempuan dicitrakan sebagai “hiasan” yang menempati
meja – meja depan kantor. Sebanyak 38 orang responden 63,3 setuju dengan fakta bahwa perempuan dianggap sebagai “ujung tombak” perusahaan. Sedangkan 9 orang
responden 15 kurang setuju dengan fakta bahwa perempuan dianggap sebagai “ujung tombak” perusahaan. 9 orang lainnya 15 juga tidak setuju dengan fakta
bahwa perempuan dianggap sebagai “ujung tombak” perusahaan. Hanya 4 orang responden 6,7 yang menyatakan sangat setuju dengan fakta bahwa perempuan
dianggap sebagai “ujung tombak” perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 8
Persepsi Responden Tentang Pegawai Perempuan Sebagai “Ujung Tombak Perusahaan”
Sumber : Data Kuesioner 2010
Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa promosi jabatan terbuka bagi pegawai perempuan maupun pegawai laki – laki. Data hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden sebanyak 47 orang 78,35 kurang setuju bahwa pegawai perempuan lebih sulit memperoleh promosi jabatan di kantor dibanding
pegawai laki – laki. Hal ini kontradiksi dengan pernyataan responden bahwa pegawai perempuan dominan menjadi ujung tombak perusahaan yang berarti persentase
jumlah pegawai yang mengisi meja depan kantor lebih banyak didominasi pegawai perempuan. Ada motivasi yang kuat dan persepsi bahwa peningkatan karier adalah
penting bagi pegawai perempuan, namun ternyata dalam faktanya perempuan masih
10 20
30 40
50 60
70
sangat setuju setuju
kurang setuju tidak setuju
Universitas Sumatera Utara
mengalami ketidaksetaraan dalam memperoleh promosi atas dasar pencitraan idealisasi perempuan di kantor yang harus berpenampilan modis dan menarik.
Diagram 9
Persepsi Responden yang Pernah Mengetahui, Mendengar Informasi, ataupun Merasakan Sendiri Bahwa Pegawai Bank Perempuan Lebih Sulit Memperoleh
Promosi Jabatan Dibanding Pegawai Laki – Laki
Sumber : Data Kuesioner 2010
Kesadaran gender atas kesempatan yang sama bagi pegawai perempuan dengan pegawai laki – laki dalam memperoleh promosi jabatan cukup tinggi, hal ini
terkait dengan tingkat pendidikan pegawai perempuan di BNI yang sebagian besar telah S1-S2. Mereka juga memiliki motivasi yang tinggi untuk memperoleh puncak
karier, dan ikut bersaing secara sehat dalam promosi jabatan yang diselenggarakan perusahaan. Hanya sebagian kecil pegawai perempuan yang masih beranggapan
bahwa posisi yang bernuansa patriarkhi, seperti posisi pemimpin di kantor lebih
10 20
30 40
50 60
70 80
sangat setuju setuju
kurang setuju tidak setuju
Universitas Sumatera Utara
diutamakan untuk pegawai laki – laki, mereka secara tidak sadar membenarkan adanya ketidaksetaraan gender yang kemudian menghambat peningkatan kariernya.
Diagram 10 Frekuensi Persepsi Responden Tentang Persentase yang Minim Bagi Pegawai
Perempuan Untuk Menduduki Posisi Puncak di Kantor
Sumber: Data Kuesioner 2010
Promosi jabatan yang diterima pegawai perempuan berpenampilan modis di BNI disertai dengan kinerja mereka yang baik di perusahaan, hal ini merupakan
bentuk loyalitas pegawai dan cukup memberi sumbangsih positif dalam membangun perusahaan menjadi paling terdepan. Menurut pengalaman responden, pegawai
perempuan yang berpenampilan modis dominan memperoleh promosi jabatan adalah berjumlah 47 orang 78,3. Sedangkan sebagian responden menurut
pengalamannya, pegawai perempuan yang berpenampilan modis kurang dominan memperoleh promosi jabatan adalah berjumlah 9 orang 15. Selebihnya 4 orang
6,7 responden menyatakan bahwa pegawai perempuan yang berpenampilan modis
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
ya,terjadi sebagian terjadi
tidak terjadi tidak tahu
Universitas Sumatera Utara
kurang dominan memperoleh promosi jabatan adalah berjumlah 4 orang saja 6,7 dan tidak ada responden yang menyatakan pegawai perempuan yang berpenampilan
modis sangat dominan memperoleh promosi jabatan. Segi pencitraan perempuan dari penampakan luar yang modis di kantor merupakan suatu persepsi yang tidak
memiliki hubungan yang erat dengan promosi di kantor bagi pegawai laki – laki. Pegawai laki – laki cukup dengan kinerja mereka, maka mereka akan mendapatkan
promosi jabatan. Berbeda dengan pegawai perempuan yang harus menonjolkan sesuatu, dalam hal ini penampilan agar mereka lebih diperhatikan di kantor.
Peneliti melihat bahwa persepsi penampilan modis bagi perempuan dalam memperoleh promosi jabatan adalah 56,7 responden setuju bahwa penampilan
merupakan hal yang penting di kantor. Sebagian besar mengaku bahwa penampilan mereka di kantor merupakan penampilan modis yang diartikan sebagai cara
berpakaian, berdandan seseorang yang terkesan menarik untuk dilihat orang lain. Penampilan modis pegawai perempuan juga didukung dengan penggunaan barang
branded mulai dari pakaian, sepatu, tas, maupun aksesories pendukung penampilan lainnya. Penampilan seorang pegawai perempuan berpengaruh dalam kariernya
berjumlah 45 orang 75. Menurut pengalaman responden, pegawai perempuan yang berpenampilan modis dominan memperoleh promosi jabatan adalah berjumlah
47 orang 78,3. 45 orang responden 75 menyatakan ada sebagian pegawai perempuan yang dipromosikan memiliki syarat bukan hanya kinerja tapi juga
penampilan. Berbeda dengan pegawai laki – laki yang dapat memperoleh promosi
Universitas Sumatera Utara
jabatan tanpa harus ditekankan pada segi penampilan mereka. Begitu signifikannya segi penampilan pegawai perempuan bagi peningkatan karier mereka di kantor.
Pegawai perempuan di Bank BNI Cabang Medan meyakini benar, bahwa ada sebagian rekannya yang cukup mudah untuk bergaul dengan atasan dan kemudian
memperoleh promosi jabatan dengan penampilan modis yang ditunjukkan dalam cara berpenampilannya sehari – hari. Sebanyak 78,35 pegawai bank perempuan yang
berpenampilan modis ini kemudian diasumsikan lebih mudah bergaul, dan mudah memasuki kelas sosialita para atasan sehingga mereka lebih “dikenal” dan lebih
mudah memperoleh promosi jabatan. Persepsi bahwa pegawai bank perempuan berpenampilan modis lebih dominan untuk promosi jabatan mewarnai persaingan
kerja di bank.
Pegawai perempuan di Bank BNI Cabang Medan menyadari bahwa penampilan merupakan hal yang diperhatikan dalam kariernya di kantor, maka
mereka tidak dapat mengabaikan begitu saja cara berpenampilan di kantor. Memperhatikan setiap detail penampilan hingga terlihat sempurna di hadapan orang
lain, disertai dengan cara melayani nasabah yang luwes, lembut dan penuh kehangatan menunjukkan profesionalisme kerja. Sebanyak 70 menyatakan bahwa
gaya luwes, hangat dan mendetail ketika melayani nasabah lebih dominan dimiliki pegawai perempuan dan merupakan bentuk layanan yang baik terhadap nasabah.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan karier merupakan hal yang dianggap penting bagi 80 pegawai perempuan di Bank BNI Cabang Medan. Pegawai perempuan menyadari bahwa
posisi mereka di kantor akan memberikan nilai lebih pada persepsi tentang perempuan yang lebih unggul, dan mencitrakan posisi kelas tertentu yang lebih baik.
Sebagian besar pegawai pernah memperoleh promosi jabatan di kantor, hanya sebagian kecil pegawai 16,7 yang belum pernah memperoleh promosi jabatan.
Motivasi yang tinggi terlihat pada pegawai perempuan di bank BNI Cabang Medan dalam menunjukkan eksistensinya di ruang publik. Padahal mereka juga cukup
berperan penting dalam tanggung jawab di ruang domestik sebagai ibu rumah tangga. 83,3 pegawai perempuan telah menikah mengemban beban ganda doble burden
dan sejauh ini posisi sebagai ibu rumah tangga sekaligus pegawai tidak banyak mempengaruhi berkurangnya penampilan dan kinerja di kantor 68,3.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa penampilan merupakan bentuk pencitraan diri mengenai status dan kelas seorang individu. Begitu juga halnya
dengan penampilan pegawai perempuan di bank BNI. Mereka berupaya menunjukkan aktualisasi diri dengan berpenampilan modis. 15,38 pekerjaan suami responden
adalah pengusaha, pegawai BUMN. 44,24 berprofesi sebagai pegawai swasta. Profesi suami responden juga cukup mempengaruhi cara berpenampilan pegawai.
Perempuan biasanya menyesuaikan penampilan mereka yang mencitrakan posisi kelas tertentu sesuai dengan bidang pekerjaan suami.
Universitas Sumatera Utara
Penampilan pegawai juga berkaitan dengan karier di kantor. Keharusan menjaga penampilan seperti yang tertuang dalam peraturan pegawai di Bank BNI
serta tuntutan pekerjaan yang banyak berinteraksi dengan orang lain. 56,7 Pegawai perempuan di Bank BNI Cabang Medan merasa wajib berpenampilan modis dengan
situasi pekerjaan mereka. Bekerja sebagai pegawai bank adalah pekerjaan yang banyak berhubungan dengan layanan. Segi penampilan merupakan salah satu
penilaian utama dalam kinerja mereka di kantor. Namun motivasi yang tinggi bagi pegawai perempuan untuk memperoleh peningkatan karier terkadang tidak
berbanding lurus dengan fakta di kantor, pegawai perempuan memiliki dilema besar dalam keikutsertaannya terjun di dunia kerja bahwa pegawai perempuan yang
berpenampilan menarik ternyata banyak ditempatkan pada posisi penjaga meja depan kantor. Maka muncul lah istilah perempuan sebagai “ujung tombak” perusahaan.
63,3 setuju dengan fakta bahwa perempuan dianggap sebagai “ujung tombak” perusahaan.
Data hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa perempuan memiliki persentase cukup minim untuk menduduki posisi puncak di kantor sebagian terjadi di
BNI Cabang Medan dengan jumlah 30 orang responden 50. Responden yang menyatakan bahwa faktanya perempuan memiliki persentase cukup minim untuk
menduduki posisi puncak di kantor tidak terjadi di Bank BNI berjumlah 26 orang 43,3. Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu faktanya bahwa
perempuan memiliki persentase cukup minim untuk menduduki posisi puncak di
Universitas Sumatera Utara
kantor sebanyak 4 orang 6,7 dan tidak ada responden yang menjawab bahwa faktanya perempuan memiliki persentase cukup minim di kantor itu terjadi.
Keharusan berpenampilan modis bagi pegawai perempuan merupakan suatu bentuk citra idealisasi perempuan yang disukai masyarakat. Begitu perempuan masuk
dalam dunia kerja, persepsi mengenai perempuan harus berpenampilan menarik melekat bagi setiap pegawai perempuan. Nasabah tentu merasa nyaman apabila
berhubungan dengan pegawai yang berpenampilan menarik, apalagi didukung dengan layanan yang memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada nasabah. Keharusan ini
memang lebih ditujukan kepada pegawai perempuan dibanding pegawai laki – laki. 66,7 responden setuju bahwa pegawai perempuan lebih penting untuk
berpenampilan modis dibanding pegawai laki – laki.
Komodifikasi perempuan melalui semakin terbukanya kesempatan perempuan bergelut dalam dunia kerja, bersaing dengan laki – laki dan mencapai posisi strategis
di kantor, memunculkan konteks pencitraan perempuan untuk mencapai eksistensi di ruang publik namun tetap berada di posisi subordinat dimana perempuan dinilai dari
segi penampilan disamping kualitas kinerja yang dimilikinya dan laki – laki lebih diutamakan dalam promosi jabatan tanpa perlu menonjolkan segi penampilan.
Pembedaan peran dan tugas yang dialami perempuan maupun laki – laki, baik dalam dunia kerja merupakan pembedaan yang dapat ditelaah sebagai suatu yang
bersifat kodrati maupun non kodrati. Hubungan laki – laki dan perempuan bukan dilandasi konflik dikotomis, bukan pula struktural fungsional tetapi lebih dilandasi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan kebersamaan guna membangun kemitraan yang hamonis, karena setiap pihak memiliki kelebihan sekaligus kelemahan yang perlu diisi dan dilengkapi pihak
lain dalam kerjasama yang setara.
Penempatan perempuan sebagai objek tentu tidak terlepas dari bias gender yang terjadi dalam masyarakat. Dalam hal ini maka muncul isu marginalisasi perempuan di
dunia kerja akibat stereotype perempuan yang di asumsikan luwes, hangat dan lembut, hal itu menyebabkan perempuan tersubordinasi dan akhirnya terisolasikan
kepada keyakinan, ideologi dan visi kaum perempuan itu sendiri. Dalam penelitian ini, pegawai perempuan diharuskan untuk menonjolkan penampilan mereka, lalu
mereka diletakkan pada posisi – posisi kurang strategis sebagai “daya tarik” bagi nasabah maupun klien. Sementara itu, pegawai laki – laki dapat lebih leluasa
memperoleh promosi jabatan karena mereka sangat jarang diutamakan pada posisi – posisi front liner.
Pembentukan opini dan persepsi masyarakat bahwa perempuan berpenampilan modis menunjukkan status dan kelas sosial tertentu terbukti dalam penelitian ini
dimana pegawai perempuan umumnya menyesuaikan penampilan mereka sebagai cara untuk dapat memasuki kelas sosialita para atasan.
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai perempuan di bank BNI Cabang Medan memiliki loyalitas yang tinggi bagi perusahaannya dengan berupaya semaksimal
mungkin untuk berpenampilan modis dan menarik di kantor. Data yang ada menunjukkan 83,3 responden setuju bahwa penampilan menarik merupakan bentuk
Universitas Sumatera Utara
loyalitas kepada perusahaan. Namun sayangnya persepsi mengenai idealisasi pemimpin masih menghantui bagi sebagian kecil pegawai perempuan. 36,7
pegawai perempuan menyatakan bahwa promosi jabatan lebih sering dialami pegawai pria dibanding pegawai perempuan. Sebanyak 66,7 pegawai perempuan setuju
bahwa penampilan modis bagi pegawai perempuan lebih penting untuk diperhatikan dibanding bagi pegawai laki – laki. Padahal, baik pegawai laki - laki maupun
perempuan merasa karier penting bagi perjalanan kerja mereka. Dari data tersebut muncul persepsi bahwa penampilan modis pegawai perempuan berpengaruh positif
terhadap promosi jabatan di kantor.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan