hukuman, push up, mengitari lapangan, membersihkan WC, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera atas ketidak disiplinan yang
siswa lakukan. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan Kepala
Sekolah SD Istimewa, bahwa guru yang mengajar di SD Istimewa ini wajib memberikan tindakan edukatif saat mengajar di kelas yakni pemberian PR,
disiplin dan hukuman. Namun
sangat disayangkan
kedisiplinan tersebut
tidak dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar. Karena siswa belajar bukan karena kemauan dari dalam dirinya, tapi hanya sekedar melaksanakan kewajiban yang
ada di Lapas. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya persentasi aktivitas memperhatikan penjelasan guru, banyak siswa yang tidak fokus saat guru
menjelaskan materi pelajaran. Sehingga siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan baik.
Pada tabel 4.8 juga dapat kita lihat prosentase aktivitas yang peneliti observasi lebih besar di kelas 5. Siswa di kelas 5 lebih aktif dan interaktif jika
dibandingkan dengan kelas 4 dan kelas 6 saat pembelajaran matematika berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas 4, 5 dan 6, bahwa salah satu faktor yang membuat siswa menjadi semangat dalam belajar adalah
jika yang mengajar guru perempuan. Siswa pun mengakuui mereka lebih senang jika yang mengajar guru
perempuan, karena guru perempuan lebih sabar dan perhatian saat mengajar, sehingga siswa merasa lebih nyaman dan dapat mengekspresikan dirinya.
Penilaian pembelajaran yang berlangsung di SD Istimewa Lapas adalah ulangan harian, Ujian Tengah Semester UTS, Ujian Akhir Semester UAS
dan Ujian Nasional UN. Ulangan harian matematika di SD Istimewa ini dijadwalkan disetiap pertemuan, hal ini berdasarkan pertimbangan guru dengan
kemampuan siswa, karena jika ulangan harian dilaksanakan sesaat setelah materi dijelaskan nilai matematika siswa relatif lebih tinggi. Namun, jika sehari
atau seminggu setelahnya, siswa banyak yang tidak lupa dengan materi yang dipelajari sehingga nilainya menjadi menurun.
Kegiatan UTS dan UAS di SD Istimewa jadwalnya dilaksanakan berbarengan dengan sekolah pada umumnya. Soal-soal UTS dan UAS yang
digunakan tidak dibuat oleh guru SD Istimewa Lapas, tetapi dibuat oleh guru SDN 6 Kota Tangerang. Jadi guru SD Istimewa hanya mengoreksi dan menilai
hasil UTS dan UAS siswa dan menyerahkannya ke wali kelas, yang nantinya nilai-nilai tersebut akan dilaporkan ke Diknas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekoalah SD Istimewa, semenjak beliau menjabat sebagai kepala sekolah Ujian Nasional
UN di sekolah ini sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali sejak tahun 2011. Tahun 2011 dan 2012 ada 8 siswa, tahun 2013 ada 14 siswa, dan tahun
2014 ini ada 16 siswa. Tingkat kelulusan disetiap tahunnya mencapai 100. Hal ini dikarenakan siswa sangat disiapkan menghadapi UN, dengan cara
memberikan pembahasan mengenai soal-soal UN dan latihan mengerjakannya seperti Try Out.
Penyajian laporan hasil belajar siswa di SD Istimewa ini diberikan dalam bentuk buku rapot, buku rapot tersebut berstandar Sekolah Dasar di Indonesia.
Berisikan rata-rata dari akumulasi nilai yang didapat siswa selama satu semester untuk setiap mata pelajaran. Rapor tersebut diberikan kepada orang
tua atau keluarga masing-masing saat masa tahanannya sudah habis. Bagi siswa yang sudah lulus dan bebas juga diberikan ijazah, sebagai bekal
untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, atau untuk melamar pekerjaan. Sedangkan siswa yang belum lulus namun sudah bebas
diperbolehkan datang kembali ke Lapas untuk mengikuti UN, agar tetap mendapatkan ijazah.
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran di SD Istimewa diawali dengan rapat koordinasi
pihak sekolah dengan SDN 6 Kota Tangerang disetiap awal tahun pelajaran, untuk menentukan jadwal KBM yang akan dilaksanakan. Perencanaan
pembelajaran yang dibuat guru berpedoman pada bahan ajar yang digunakan. Tidak semua materi dipelajari, materi yang dipelajari adalah materi ringan
mudah dan disenangi siswa. Materi yang disenangi siswa biasanya berupa materi yang berkaitan langsung dengan kehidupan seri-hari contextual, dan
kegunaannya dapat langsung dirasakan siswa. Rancangan pembelajaran yang dibuat guru tidak mengikuti format RPP yang seharusnya, namun rancangan
tersebut sudah
memenuhi kriteria
dalam menyusun
perencanaan pembelajaran. Kriteria yang terpenuhi diantaranya relevan, adaptabilitas, dan
kesederhanaan. Sedangkan dari segi persiapan siswa, lebih dari sebagian siswa SD Istimewa Lapas tidak mempunyai persiapan yang berarti sebelum
belajar, siswa lebih memilih tidur dan ngobrol bersama temannya. Jika ada PR dari guru, siswa mengaku menyalin ulang jawaban teman yang sudah
mengerjakannya. 2.
Pelaksanaan pembelajaran matematika di SD Istimewa Lapas terjadwal hanya dua jam pelajaran 1 jam= 30 menit dalam seminggu, hal ini pun tidak
memenuhi standar alokasi waktu belajar matematika siswa sekolah dasar yang ada dalam kurikulum. Guru selalu menerapkan kedisiplinan terutama
dalam hal kehadiran, mengerjakan PR dan mencatat materi pelajaran. Namun guru tidak menerapkan metode dan media pembelajaran yang beragam,
sehingga tidak dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Sistem pengajaran di sekolah ini dilandaskan pada sistem pembinaan. Siswa tidak
hanya diberikan didikan berupa konten materi pelajaran sekolah, tetapi juga dibina agar menjadi manusia yang baik, tidak mengulang kesalahan yang
pernah dibuat, dan mempunyai semangat dalam mengagapai masa depan yang lebih cerah. Pembinaan ini juga diberikan saat pembelajaran di kelas
berlangsung dengan cara memberikan motivasi baik saat memulai pembelajaran, disela-sela pembelajaran maupun diakhir pembelajaran. Hal ini
sangatlah penting dilakukan karena siswa belajar bukan kemauan dari dalam dirinya, tapi hanya sekedar melaksanakan kewajiban yang ada di Lapas.
3. Penilaian pembelajaran yang berlangsung di SD Istimewa Lapas adalah
latihan disetiap pertemuan, Ujian Tengah Semester UTS, Ujian Akhir Semester UAS dan Ujian Nasional UN. Latihan disetiap pertemuan ini
diberikan setiap akhir pembelajaran, hal ini berdasarkan pertimbangan guru dengan kemampuan siswa, jika ulangan harian dilaksanakan sesaat setelah
materi dijelaskan nilai matematika siswa relatif lebih tinggi. Namun, jika sehari atau seminggu setelahnya, siswa banyak yang tidak ingat dengan yang
dipelajari. Kegiatan UTS dan UAS di SD Istimewa jadwalnya dilaksanakan berbarengan dengan sekolah pada umumnya. Soal-soal UTS dan UAS yang
digunakan tidak dibuat oleh guru SD Istimewa Lapas tetapi dibuat oleh guru SDN 6 Kota Tangerang. Untuk Ujian Nasional UN SD Istimewa Lapas
sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali sejak tahun 2011 dan memiliki tingkat kelulusan disetiap tahunnya hingga 100. Hal ini dikarenakan siswa sangat
disiapkan menghadapi UN, dengan cara memberikan pembahasan mengenai soal-soal UN dan latihan mengerjakan soal tersebut saat siswa di kelas 6
semester genap. Penyajian laporan hasil belajar siswa di SD Istimewa ini diberikan dalam bentuk buku rapor. Buku rapor tersebut berisikan rata-rata
dari akumulasi nilai yang didapat siswa selama satu semester untuk setiap mata pelajaran. Rapor tersebut diberikan kepada orang tua saat masa tahanan
siswa sudah habis atau dinyatakan bebas. 4.
Faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Istimewa Lapas adalah ketertarikan dengan materi pelajaran
matematika yakni yang mudah dipahami dan berkaitan langsung dengan
kehidupan seri-hari contextual, motivasi yang diberikan, kedisiplinan yang diterapkan, latihan soal-soal menjelang ujian jauh sebelum ujian itu
berlangsung dan profil guru yang mengajarkan. Siswa menjadi lebih semangat dalam belajar jika yang mengajar guru perempuan. Karena guru
perempuan lebih sabar dan perhatian saat mengajar, sehingga siswa merasa lebih nyaman dan dapat mengekspresikan diri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Bagi guru SD Istimewa Lapas hendaknya tetap mengingat fungsi dan tujuan
pendidikan dalam UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam melaksanakan pemebelajaran.
2. Bagi pembaca yang mempunyai minat melakukan penelitian sejenis,
diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih besar dan melibatkan banyak pihak seperti psikolog anak dan Dinas kependidikan yang
bersangkutan agar dapat memperluas pemahaman mengenai pembelajaran matematika di sekolah Lapas.
3. Bagi pemerintah agar lebih memberikan dukungan pada pelaksanaan
pembelajaran yang ada dalam Lapas baik di Lapas Anak Pria Tangerang maupun Lapas di seluruh Indonesia, baik dari segi sarana prasarana maupun
tenaga kependidikan.
51
DAFTAR PUSTAKA
A., Sardiman, M. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.
Anitah, Sri W. dan Janet Trineke Manoy. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. 2010. B., Hamzah Uno. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara, 2011.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Esti, Sri W. Djiwandono. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2002.
J., Lexy Moleong. Metrodologi Penelitian Kualitatif,. Bandung: Rosdakarya, cet.- 29, 2011.
Malik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara, Cet. 8, 2008. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009. Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011. Nurrohmah, Hadits Menuntut Ilmu, diakses di http:belajarsambilberdakwah.
Blogspot. com tanggal 23 Januari 2014. Purnianti, Sri dkk. Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia,
Dalam kata pengantar karya tulis yang bekerjasama dengan UNICEF Indonesia. Jakarta: Fisif UI, 2002.
Ruseffendi, E.T.
Pengajaran Matematika
Modern dan
Masa Kini.
Bandung:Tarsito,1990. Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2011.