PENGERTIAN GANTI KERUGIAN MENURUT HUKUM ISLAM

mempunyai arti seuatu yang jadi penukar sesuatu yang tidak ada atau hilang. 2 Bisa pula berarti “tukar”dengan yang lain sedangkan kata rugi mengandung arti “tidak mendapat laba, tidak mendapat faedah manfaat, mudhorot, seuatu yang kurang baik atau tidak menguntungkan. Harmukti Kridalaksana menyatakan kata Rugi dengan “tidak laba, tidak imbang, tidak bermanfaat, mudhorot, tidak berfaedah, tidak berguna, gagal, kurang baik, kurang menguntungkan, hilang, habis. 3 Ganti kerugian adalah suatu kewajiban yang dibebankan kepada orang yang telah bertindak melawan hukum dan menimbulkan kerugian pada orang lain karena kesalahannya tersebut. Sudarto : 1981, 133 Sanksi Ganti Kerugian, menurut schafer telah dikenal pada masa hukum Primitif. Pada masa ini telah dikenal adanya “personal reparation”, yaitu semacam pembayaran ganti rugi yang akan dilakukan oleh seseorang yang telah melakukan tindak pidana atau keluarganya terhadap korban yang telah dirugikan sebagai akibat tindak pidana tersebut. 4 Didalam kamus hukum yang dimaksud dengan ganti kerugian adalah denda yang memiliki arti hukuman pidana yang berupa membayar uang. Setiap hukuman denda, apabila tidak dibayar, maka diganti dengan hukuman 2 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka, 1976, h297 3 Harmukti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, Jakarta : Nusa Indah, 1981, h 144. 4 http:repository.usu.ac.idbitstream12345678915331pidana-syafruddin4.pdf badan kurungan. 5 Dan arti ganti kerugian dalam ilmu pengetahuan ialah denda yang berarti hukuman berupa keharusan membayar sejumlah uang atau barang karena melakukan suatu pelanggaran. 6 Sedangkan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah diyat yang berarti harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab tindakan kejahatan, kemudian diberikan kepada si korban kejahatan atau kepada walinya. Dan diyat disebut juga dengan Al-Aql pengikat, karena apabila seseorang membunuh orang lain, maka ia harus membayar diyat berupa beberapa ekor unta. Unta-unta itu pun diserahkan kepada wali si korban sebagai tebusan darah. 7

1. Dalam Hukum Islam

Ganti kerugian atau diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab kejahatan yang kemudian diberikan kepada korban atau ahli waris walinya. Diyat menurut istilah adalah sejumlah harta yang diberikan sebagai ganti kerugian bagi tindakannya membunuh, atau melukai seseorang. Hal-hal yang mewjibkan seseorang membayar diyat yakni: a. Bila wali atau ahli waris yang terbunuh memaafkan si pembunuh dari pembalasan jiwa. 5 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Kamus istilah hukum, Jakarta: Sinar Harapan, 2001, hal 216 6 Save M Dagun, Kamus besar ilmu pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000, cet ke-2, hal 166 7 Sayyid Sabiq, Fikh Sunnah 10, Bandung: PT Alma’arif, 2003, hal. 90 b. Pembunuhan yang tidak disengaja c. Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh. 8 Dasar hukum wajibnya membayar diyat sebagaimana firman Allah:                                                                   Artinya Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min yang lain, karena tersalah tidak sengaja. Dan barang siapa membunuh seorang mu’min karena tersalah hendaklah ia memerdekan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga korban, kecuali jika mereka keluarga si terbunuh bersedekah, jika ia si terbunuh dari kaum kafir yang ada perjanjia damai antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia si pembunuh berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari Allah dan Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana Q.S. An-Nisa: 91 Serta Hadits Nabi yang diriwayatkan olrh Abu Daud yang artinya: Maka dalam hal ini yang menjadi karakteristik diyat adalah adanya hak manusia khususnya kepada korban dan keluarganya memberi ma’af yang konsekuensinya adalah pelaku harus membayar diyat yang wajar bagi kemanusiaan. 10 Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 178:                                           Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Q.S. Al-Baqoroh: 178. Maksudnya apabila yang membunuh mendapat kemaafan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan cara membayar diat ganti rugi yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si 10 euthanasia menuruthukum islam diakses pada 20 agustus 2010 http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=10037:maaf- dan-penegakan-hukum-perspektif-islamcatid=33:artikel-jumatItemid=98 korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. Jenis hukuman diyat menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi’i ada tiga macam, yaitu: seratus ekor unta, seribu dinar emas dan dua belas ribu dirham perak. Akan tetapi Imam Syafi’I dalam qaul jadidnya jenis hukuman diyat berupa unta saja, sedangkan untuk emas dan perak diqiyaskan kepada harga unta. Apabila sanksi diyat dibayar dengan dinar maka diyatnya adalah 1000 dinar atau senilai dengan 4250 gram emas 1 dinar senilai dengan 4,25 gram emas. Sedangkan pembayaran diyat dengan dirham, senilai dengan 35.700 gram perak 1 dirhamnya senilai dengan 2,975 gram perak Al-Maliki 1990: 113 Sanksi diyat dikarenakan pembunuhan tidak sengaja atau kesalahan. Sanksi diyat dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya adalah: a. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah keluarga. b. Pembayaran dapat diangsur selama tiga bulan. c. Komposisi diyat dibagi menjadi lima kelompok: 1 20 ekor unta bintu makhadh unta betina 1-2 tahun 2 20 ekor unta ibnu makhhad untuk jantan 1-2 tahun menurut Hanafiyah dan Hanabilah, atau 20 ekor unta untuk ibnu lahun unta jantan umur 2-3 tahun menurut Malikiyah dan Syafi’iyah 3 20 ekor unta ibnu lahun untuk betina umur 2-3 tahun 4 20 ekor unta hiqqoh unta umur 3-4 tahun 5 20 ekor unta jadza’ah unta umur 4-5 tahun . 11 Kewajiban pembayaran diyat dibebankan kepada aqilah, yaitu kerabat yang berhak menjadi ahli waris bagi sipelaku. Hukuman pokok lainnya selain diyat adalah dengan cara memerdekakan hamba sahaya atau diganti dengan berpuasa dua bulan berturut-turut dan hukuman tambahannya ia tidak dapat mewarisi harta orang yang telah dibunuhnya walaupun pembunuhannya karena kesalahan. 12 Sanksi diyat untuk pembunuhan sengaja atau seperti sengaja dikenakan sebanyak 100 ekor unta dan dibagi menjadi 3 macam jenisnya, yaitu: 1 30 ekor unta hiqqoh unta berumur 3 tahun 2 30 ekor unta jadza’ah unta berumur 4 tahun 11 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hal. 175 12 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000, cet ke-1, hal. 135 3. 40 ekor unta khalifah yaitu unta yang sdedang hamil menurut 2 orang adil yang ahli mengenai kehamilan unta. 13 Sedangkan sanksi diyat untuk pembunuhan semi sengaja, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: dan para sahabat berpendapat bahwasannya pembunuhan itu dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1 Sengaja 2 Seperti disengaja dan 3 Tidak disengaja. Ibnu Rasyid dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid 2397 berkata “Barang siapa yang bermaksud memukul anak Adam langsung dengan alat yang biasanya tidak mematikan, maka hukumannya antara sengaja dan tidak sengaja tersalah. Hal ini mirip sengaja dari segi pemukulannya dan mirip dengan tidak sengaja dari segi ia memukul dengan alat yang biasanya tidak mematikan. c. Diyat zimmi adalah diyat setengah seorang muslim d. Diyat wanita setengah diyat laki-laki e. Athrof kedua kaki, tangan dan kepala dan lainnya yang lebih dari spsertiga. f. Diyat yang diwajibkan secara sempurna atau setengah diyat pada 1 Kedua mata 2 Kedua bibir 3 Kedua tangan 4 Kedua kaki 5 Kedua buah kemaluan g. Diyat penuh yang diwajibkan pada: 1 Hidung 2 Lisan 3 Kemaluan 4 Tulang punggung h. Diyat luka, ma’mumah adalah luka yang sampai kepada lapisan otak atau batok kepala luka dikepala sampai otak. Dan Al-Ja’ifah adalah luka yang sampai pada bagian dalam tubuh walaupun tidak sampai mengeluarkan usus luka bagian tubuh hingga kebagian dalam tubuh, maka diyatnya adalah sepertiga diyat kejahatan yang dilakukannya. i. Luka munaqqilah adalah luka yang memperlihatkan tulang dan berpindah posisinya. Maka diyatnya adalah sepersepuluh diyat dan seperdua puluh diyat. j. Luka al-hammisyah adalah luka yang memperlihatkan tulang pecah atau retak. Maka diyatnya sepersepuluh diyat k. Pada setiap jari diyatnya sepersepuluh l. Pada setiap gigi diyatnya seperduapuluh m. Luka mudhihah adalah luka yang memperlihatkan tulang. Maka diyatnya adalah lima ekor unta. n. Janin apabila keluar dalam keadaan sudah meninggal, maka diyatnya adalah ghurrah. Dan apabila janin keluar dalam keadaan hidup kemudian meninggal dikarenakan kejahatan. Hal ini memiliki diyat. Semua ini untuk janin orang yang merdeka. o. Diyat untuk budak adalah luka dan harganya sewaktu dibeli 15

2. Dalam Hukum Positif

Dalam hukum positif di Indonesia tentang pidana ganti kerugian sangat terbatas dalam kajiannya yakni hanya terdapat dalam hukum formil saja, sebagaimana dalam pasal 95-101 KUHAP. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengembangkan tentang ganti kerugian khususnya dalam hal kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kerugian kepada seseorang hingga menyebabkan seseorang meninggal. Adapun maksud ganti kerugian yang terdapat dalam pasal 95 ayat 2 ialah tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan. Adapun macam-macam ganti kerugian antara lain : 16 a. Ganti rugi actual actual damages Ganti kerugian actual merupakan kerugian yang benar-benar diderita secara actual dan dapat dihitung dengan mudah sehingga keluar angka kerugian sekian rupiah. b. Ganti rugi penghukuman punitive damages 15 http:www.alsofwah.or.idindex.php?pilih=lihatkajianparent_id=2510parent_s ection=[b]kj077[b]idjudul=2400 16 Munir Fuady, Perbuatan melawan hukum pendekatan kontemporer, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002, cet ke-1, hal. 50 Ganti rugi penghukuman merupakan suatu ganti rugi dalam jumlah besar yang melebihi dari jumlah kerugian yang sebenarnya. Besarnya jumlah ganti rugi tersebut dimaksudkan sebagai hukuman bagi si pelaku. c. Ganti rugi nominal nominal damages Ganti nominal damages merupakan ganti rugi berupa pemberian sejumlah uang, meskipun kerugian sebenarnya tidak bisa dihitung dengan uang inmateriil Dalam hal ini ganti kerugian yang penulis kemukakan diatas, bahwasanya ganti kerugian termasuk dalam hukum perdata sebagaimana dalam pasal 1365 KUHPerdata. Akan tetapi ganti keurgian dapat pela digunakan dalam hukum pidana atau penggabungan antara KUHPerdata, KUHAP dan KUHP tentang ganti kerugian antara lain dalam hal: a Luka ringan, luka berat atau meninggal yang disebabkan karena pengeroyokan kekerasan yang dilakukan bersama-sama, yskni pelanggaran pasal 170 KUHP. b. Pelanggaran terhadap pasal 187 dan pasal 188 KUHP yakni kebakaran yang disebabkan kesengajaan atau kelalaian terdakwa. c Kejahatan terhadap pemalsuan uang uang kertas. d. Kejahatan-kejahatan terhadap kesusilaan yang menimbulkan kerugian- kerugian nyata. e. Kejahatan-kejahatan yang dilakukan dengan kekerasan, termasuk kejahatan penganiayaan dan pembunuhan. f. Semua kejahatan-kejahatan yang mengakibatkan kerusakan barang, dan mengakibatkan lukaluka berat atau kematian. 17 Oleh karena itu para hakim dalam memutuskan suatu perkara perdata dan pidana dapat merujuk pada pasal 99 ayat 3 KUHAP yang bunyinya sebagai berikut: “Putusan mengenai ganti kerugian dengan sendirinya mendapat kekuatan tetap, apabila putusan pidananya juga mendapat kekuatan hokum tetap.” Serta yang terdapat juga dalam pasal 100 KUHAP lebih jelas memperlihatkan keterkaitan putusan perdata dan putusan pidana, yang bunyi sebagai berikut: 1. Apabila terjadi penggabungan antara perkara perdata dan perkara pidana, maka penggabungan itu dengan sendirinya berlangsung dalam pemeriksaan tingkat banding. 2. apabila terhadap suatu perkara pidana tidak diajukan permintaan banding mengenai putusan ganti rugi tidak diperkenankan. Adapun sanksi ganti rugi berupa : a. Biaya pengobatan dan biaya rumah sakit b. Perbaikan-perbaikan barang yang rusak 17 Leden Marpaung, Proses tuntutan ganti kerugian dan rehabilitasi dalam hukum pidana, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, cet pertama, hal 99 c. Memberikan biaya pendidikan terhadap anak korban. 18 Sedangkan ganti kerugian terhadap kecelakaan kendaraan bermotor, yang sesuai dengan judul penulis terbagi menjadi 4 kelompok yang terdapat dalam pasal 310 ayat 1, 2, 3 dan 4 Undang-undang no 22 tahun 2009, antara lain: a. Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan atau barang dikenakan denda atau ganti kerugian sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah b. Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan atau barang dikenakan denda atau ganti kerugian sebesar Rp 2.000.000,00 dua juta rupiah c. Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban luka berat dikenakan denda atau ganti kerugian sebesar Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah d. Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia dikenakan denda atau ganti kerugian sebesar Rp 12.000.000,00 dua belas juta rupiah. 19 18 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet ke-5, hal 399 19 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025j 56

BAB IV ANALISIS PIDANA GANTI KERUGIAN PADA KECELAKAAN

KENDARAAN BERMOTOR YANG MENGAKIBATKAN TEWASNYA KORBAN

A. Kronologi Perkara

Pada hari ahad minggu tanggal 4 januari 2004 sekitar pukul 10:00 WIB. Telah terjadi kecelakaan kendaraan bermotor di depan lampu merah Pasar Mampang Prapatan antara mobil sedan Soluna berwarna silver ber-No. Pol B- 1341 AK dengan sepeda motor Honda Astrea ber-No. Pol B-5006 KP. Saat itu korban yang mengendarai sepeda motor ber-No. Pol B-5006 KP, yang bernama AHMAD HAFIDZ berumur 23 tahun, NAJHAN berumur 4 tahun dan ibu DAULIANA berumur 28 tahun ingin memutar arah dari pasar Mampang menuju arah Buncit Raya untuk pulang kerumah setelah membeli peralatan rumah tangga. Sedangkan dibelakang sepeda motor tersebut terdapat mobil sedan Soluna berwarna silver ber-No. Pol B-1341 AK yang dikendarai oleh sdri Arfi berumur 17 ingin menuju arah Kuningan dari arah Buncit Raya setelah lampu berwarna hijau. Akan tetapi dengan ketidak sengajaan dan tidak melihat sdri Arfi menyenggol sepeda motor tersebut hingga pengendara sepeda motor sdr AHAMAD HAFIDZ 23 dan NAJHAN 4 anak dari ibu DAULIANA 28 terjatuh dan terbentur matras jalan hingga pingsan dan tak sadarkan diri. Polisi dan para saksi yang melihatnya dengan segera membantu korban dengan cara memanggil ambulance untuk di bawa ke RS Aini akan tetapi pihak RS meolaknya dikarenakan ruang UGD sudah penuh, lalu dirujuk ke RS Fatmawati, setelah pemeriksaan oleh tim dokter telah ditemukan luka ringan pada sdr AHMAD HAFIDZ dan NAJHAN sedangkan ibu DAULIANA dengan tak sadarkan diri ditemukan luka dalam disekitar kepala atau geger otak. Dan beberapa hari kemudian setelah dirawat di ruang ICU dengan keadaan tidak sadarkan diri setelah peristiwa tersebut pada tanggal 7 januari 2004 ibu DAULIANA 28 pun meninggal dunia. Pelaku sdri ARFI beserta keluarganya yang mengetahuinya berdomisili di Cinere yang diwakili pamanya dengan ketegasannya meminta untuk berdamai dengan cara kekeluargaan yang mana kerusakaan pada sepeda motor, biaya pengobatan, perawatan di RS ditanggungnya, dan biaya pendidikan kepada anaknya saudari NAJHAN 4 hingga perguruan tinggi yang ditanggung oleh pelaku beserta keluarga pelaku. Dari pihak keluarga korban pun menyetujuinya dalam menyelesaikan perkara tersebut beserta ketentuannya. 1

B. Analisis Pidana Ganti Kerugian 1. Menurut Hukum Islam

Di dalam hukum islam seseorang yang telah membunuh, mengakibatkan luka, atau tidak berfungsinya anggota badan orang lain baik secara disengaja, tidak sengaja dan semi sengaja maka, sanksi yang layak bagi pelaku adalah sanksi diyat. Diyat sendiri memiliki arti harta benda yang wajib di tunaikan oleh sebab 1 Kronologi Perkara yang dipaparkan oleh korban sdr Ahmad Hafidz suatu kejahatan pembunuhan yang kemudian diberikan kepada pihak korban atau ahli warisnya. Diyat menurut istilah adalah harta yang diberikan kepada korban atau keluarganya sebagai ganti kerugian bagi tindakannya dalam membunuh atau melukai seseorang. 2 Diyat merupakan hukuman pengganti dari hukuman pokok, yakni qishash. Diyat adalah upaya penggantian hukum yang mana dari pihak si pelaku jarimah menawarkan kepada pihak si korban dengan ganti kerugian atau denda, yang mana denda atau ganti kerugian tersebut suatu hukuman bagi si pelaku jarimah bisa dikatakan lebih ringan bahkan bisa dihapuskan karena dengan adanya denda atau ganti rugi yang ditawarkan dari pihak si pelaku kepada pihak si korban yang menyetujuinya. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 91 yang telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya. Serta Hadits Nabi yang berbunyi: Hukuman diyat atau kaffarat merupakan hukuman untuk pelaku tindak pidana pembunuhan karena tersalah atau dikarenakan kelalaian. 3 Ketentuan pelaksanaan hukuman terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan tidak sengaja, dalam hal ini harus merujuk apa yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an suroh An-Nisa ayat 92 yang menyatakan bahwa pelaku tindak pidana harus menyerahkan 100 ekor unta sebagai ganti rugi atau diyat dengan ketentuan sebagai berikut: 2 Abdoel Majieb dkk, Kamus istilah fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, cet,III, hal. 60 3 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 123