Tindak pidana perdagangan orang dalam prespektif hukum positif dan hukum Islam (analisi putusan no. 1905/PID.B/2009/PN.Tangerang)

(1)

TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PRESPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (ANALISIS PUTUSAN NO.

1905/PID.B/2009/PN.TANGERANG) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh: Fajrul Falah Nim: 106043201332

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Fajrul Falah

NIM: 106043201332

Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H.A.Juaini Syukri, Lc.,MA Drs.H.Asep Syarifuddin Hidayat, SH.,MH

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam (Analisis Putusan No:

1905/PID.B/2009/PN.TNG” telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu, yaitu Sarjana Hukum Islam (S.HI) pada Prodi Perbandingan Madzhab dan Hukum dengan Konsentrasi Perbandingan Hukum.

Jakarta, 23 Maret 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H.Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM NIP. 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag : (……….) NIP. 19651119 199803 1 002

Sekertaris : Fahmi M. Ahmadi, S.Ag., M.SI : (……….) NIP. 197412132003121002

Pembimbing I :Dr. H.A. Juaini Syukri, Lcs., MA : (……….) NIP. 195507061992031001

Pembimbing II : Drs. H. Asep Syarifuddin H, SH., MH : (……….) NIP. 196911211994031001

Penguji I : Dr. Asmawi, M.Ag : (……….)

NIP. 197210101997031008

Penguji II : Dedy Nursamsi, SH., M.Hum : (……….) NIP. 196111011993031002


(4)

iii

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, terucap dengan tulus dan ikhlas Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn tiada henti karena dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Salawat seiring salam semoga selalu tercurah limpahkan atas insan pilihan Tuhan khātamul anbiyā’i

walmursalīn Muhammad SAW.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan . Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang maksimal dari penulis. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri karena banyak pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(5)

iv

2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag Selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum dan bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum

3. Bapak Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs., MA dan Bapak Drs . H. Asep Syaripuddin Hidayat, SH, MH yang telah membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

4. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahku Bpk H. Farhan dan Ibuku Sulastri yang senantiasa mendidik, membantu, mendukung dan melimpahkan kasih sayang serta do’a yang tiada henti.

7. Seluruh kakak dan keponakan tersayang, Mbak Fitri Fatimah dan Mas Fandi Ahmad SE, yang selalu memberikan semangat serta dukungan, baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat seperjuangan, yaitu Ahmad Laily, Syamsul Rizal, Kahfi dan Ahmad Rosadi yang telah memberikan perhatian dan semangat yang luar biasa, serta teman-teman Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2006 ( PH Community ) yang selalu memberikan semangat dan mengisi hari-hari penulis dalam suka maupun duka.


(6)

v

yaum al-akhir Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjalani hari esok, amin.

Jakarta, 23 Maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN TIM PENGUJI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Metode Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Teknik Penulisan ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : PENGERTIAN PERDAGANGAN ORANG A. Pengertian Perdagangan Orang Secara Umum ... 19

B. Pemicu Praktek Perdagangan Orang ... 21

C. Bentuk-bentuk Perdagangan Orang ... 24

D. Modus Kejahatan Perdagangan Orang ... 29


(8)

Kerangka Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak ... 33 B. Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Positif ... 50 C. Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Islam ... 55

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PN TANGERANG

NO. 1905/PID.B/2009/PN.TNG TERHADAP PERKARA PERDAGANGAN ORANG

A. Deskripsi Kasus ... 60 B. Dakwaan, Tuntutan dan Putusan ... 62 C. Analisa Putusan Dalam Tinjauan Hukum Positif

dan Hukum Islam ... 65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 74 B. Saran-saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya hukum sebagai kaidah sosial tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia dan masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh hukum, kehidupan manusia dalam masyarakat yang bermoral, manusia juga di atur pula oleh agama, kaidah-kaidah susila, kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah-kaidah lainnya.1

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini tentu akan timbul pula berbagai masalah baru yang kesemuanya ini membutuhkan peninjauan baik dari segi hukum, kesusilaan serta kaidah-kaidah sosial lainnya. Salah satunya masalah yang sangat mengkhawatirkan generasi penerus adalah meningkatnya praktik perdagangan orang.

Perdagangan orang korban utamanya yaitu perempuan dan anak-anak ini merupakan salah satu kejahatan yang terorganisasi yang melibatkan berbagai kalangan dan bangsa. Perdagangan orang adalah salah satu bentuk dari kejahatan antar bangsa yang terorganisasi (transnational organized crime) di samping tindak kejahatan terorganisasi lainnya seperti penyelundupan imigran, penyelundupan senjata api, korupsi, pencucian uang (money loundring) dan sebagainya.

Isu tentang perdagangan perempuan dan anak pertama kali dikemukakan pada sebuah konvensi internasional yang diadakan di Paris pada tahun 1885, pada

1


(10)

konvensi ini belum ada konstitusi mengenai perdagangan orang dalam peraturan negara-negara peserta maupun dari konvensi yang sudah ada. Selain itu juga belum terdapat pula tindakan-tindakan preventif apalagi perlindungan bagi korban-korban trafficking in women.2

Hal ini dapat dilihat pada konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan ( Convention for the Elemination of Diskrimination Againts Women/ CEDAW ). Kemudian isi CEDAW tersebut diratifikasikan oleh indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 7 tahun 1989 dalam pasal 6 yang berbunyi : “ Negara-negara peserta wajib membuat peraturan yang tepat, termasuk pembuatan Undang-undang untuk memberantas segala bentuk perdagangan perempuan eksploitasi pelacuran .”

Konvensi Internasional tanggal 30 September 1921 untuk penghapusan

perdagangan perempuan dan anak (International Convention for the Suppression of Traffic in Women and Children), seperti yang di amandemen dengan protokol yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tanggal 20 Oktober 1947.3

Banyak kejadian sehari-hari yang membuat banyak orang peduli masalah hak-hak asasi manusia adalah semakin meningkatnya bentuk-bentuk pelanggaran hak-hak anak didepan mata, dapat disaksikan bagaimana anak-anak kecil yang seharusnya

2

Benniger Carin et. All, Violence Againts Women, ( A Report, Swistzerland: OMCT, 1999), hal. 185

3

LBH Apik, Perisai Perempuan: Kesepakatan Internasional untuk Perlindungan Perempuan, (Yogyakarta: Yayasan Galang, 1999), h. 4


(11)

3

duduk manis dibangku sekolah terpaksa mengemis dan remaja-remaja yang putus sekolah terpaksa menjadi pedagang asongan untuk bisa bertahan hidup dan semakin banyak anak-anak remaja putri yang dilacurkan.4

Secara umum, pada dasarnya hak anak adalah hak asasi manusia. Hak anak seperti yang digambarkan pada konvensi PBB tentang hak-hak anak, pada dasarnya menyangkut hak-hak yang melekat pada anak sebagai karunia Tuhan.5

Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 39 tahun 1999 tantang hak Asasi Manusia pada pasal 65 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.6

Salah satu yang menjadi isu Nasional dan yang harus diperhatikan oleh pemerintah mengenai masalah perdagangan manusia (human trafficking) terutama pada perempuan dan anak-anak. Kriminalisasi perdagangan manusia bukanlah masalah yang baru, tetapi perdagangan manusia ini merupakan masalah yang berlarut-larut dan tidak ada titik penyelesaian yang dilakukan secara (kongkrit). Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pemahaman masyarakat pada tingkat akar rumput permasalahan perdagangan manusia, yang pada dasarnya keterbatasan tersebut berkaitan dengan keterbatasan dana yang pada akhirnya menghambat

4

Mansoer Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, (Jakarta: Insist Press, 2003), Cet. Ke-1, h. 87

5

Ibid., h. 89

6

Undang-undang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1999, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), h. 21


(12)

upaya penindakan hukum bagi para pelaku perdagangan manusia dan upaya pencegahannya. Perdagangan manusia berkaitan erat dengan hubungan antar negara, karena perdagangan tersebut dilakukan di daerah perbatasan negara dan modus operasi yang dilakukan adalah pengiriman ke berbagai negara penerima seperti Malaysia dan Singapura. Lemahnya penjagaan dan keamanan daerah perbatasan menjadikan faktor utama perdagangan manusia, sehingga dengan mudah seseorang dapat melakukan transaksi perdagangan tersebut.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan manusia diantaranya adalah kemiskinan, daya tarik standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya struktur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan kerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, diskriminasi terhadap wanita, kurang kewaspadaan korban untuk mendapatkan pekerjaan, kultur yang menempatkan wanita pada tingkat yang lebih rendah, kurangnya keamanan aparat penegak hukum dalam penjagaan daerah perbatasan serta minimnya perhatian pemerintah. Selain itu, kurangnya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang terutama meliputi pendidikan dalam ilmu pengetahuan, pendidikan moral, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan.

Di berbagai belahan dunia, perdagangan manusia dalam berbagai bentuk telah terjadi. Bahkan, semenjak manusia mengenal tulisan, telah dikenal bentuk-bentuk perdagangan manusia atau dengan kata lain, perdagangan manusia sama tua atau bahkan lebih tua dari sejarah. Sebagai buktinya, hukum yang mengenai


(13)

5

perbudakan (yang merupakan salah satu bentuk perdagangan manusia) telah diatur dalam hukum tertulis pertama, Codex Hammurabi, yang diperkirakan berasal abad ke 18 SM. Hal ini menandakan telah ada sebelum hukum tersebut dibentuk.7

Berbicara tentang Hukum Islam mengenai masalah perdagangan manusia sudah barang tentu tidak terlepas dari dua komponen pokoknya yaitu:

1. Alqur’an dan As-Sunnah sebagai wahyu yang keberadaanya bersifat absolut (mutlak) dan keberlakuannya bersifat permanen dan universal.

2. Fiqh sebagai wahyu yang telah diintervensi oleh pemikiran (Ijtihad) para ulama. Kebenarannya bersifat relative atau nisbi, sementara keberlakuanya bisa tidak permanen dan boleh jadi bersifat universal.

Tujuan utamanya adalah mengatur manusia mencapai kesejahteraan hidup (mashlahah) dengan indicator utamanya yaitu mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat.

Ada beberapa hal yang utama dalam menegakkan ketertiban dan kesejahteraan hidup manusia yang diatur dan dilindungi oleh syariat Islam diantaranya:8

a. Bahwa perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam Surah An-Nahl pada ayat 97, yang berbunyi:

7

http://www.suara merdeka.com/harian/0503/17/nas04.htm, diakses pada 13 Maret 2010

8

H. Hasanudin AF, Perdagangan Perempuan dalam Perspektif Hukum Islam, ( Jakarta: Jurnal Ahkam 2003), h. 129


(14)









: لحنلا(

٧١

)

Artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” .

( QS. An-Nahl: 97)

b. Perlindungan terhadap jiwa dan nyawa manusia. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 178.































: رق لا(

٧١١

)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.


(15)

7

c. Perlindungan terhadap akal manusia. Manusia memiliki nilai dan harga dalam kehidupan bila akalnya waras. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 90.















: دئاملا(

٧٩

)

Artinya:.

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.

(QS. Al-Maidah Ayat: 90)

d. Perlindungan Terhadap kehormatan diri dan kesucian keturunan. Firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32.





رسِاا(

ٲ

:

٢٣

)

Artinya:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.

( QS. Al-Isra Ayat: 32)

Baik di dalam Hukum Positif maupun dalam Hukum Islam, masalah perdagangan manusia terutama bagi perempuan dan anak yang menjadi korban dalam permasalahan ini merupakan pelanggaran yang paling hakiki terhadap hak asasi manusia. Padahal dalam hukum Islam maupun hukum positif tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh hak-haknya


(16)

Satu hal yang ironis jika kita melihat data yang ada tak tampak terlalu mengkhawatirkan, tetapi harus disadari bahwa data yang muncul hanyalah data yang terlihat secara kasat mata saja. Sementara yang tak terlihat justru jauh lebih banyak.

Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Tangerang, tepatnya di Kota modernland yang di lakukan oleh terdakwa Sumijati Makmur Tuhar als. Sumi als Ati binti Makmur Tuhar yang menjual saudari Wirdaningsih Sugara kepada Mr. Lee Jung Sam untuk bersetubuh dengannya atau untuk di pekerjakan sebagai pekerja Seks komersial dengan di beri upah sebesar Rp. 300.000 kemudian datanglah beberapa anggota Kepolisian Polres Metro Tangerang yang langsung menangkap terdakwa, sehingga terdakwa di tahan dan di proses di Pengadilan Negeri Tangerang dan di jatuhi hukuman 8 (delapan) tahun penjara.

Kemudian terdakwa secara sah dan terbukti melakukan pelanggaran hukum tentang Tindak Pidana perdagangan orang sehingga terdakwa di tahan atau di penjara selama 8 (delapan) tahun dan di keluarkannya surat Putusan Pengadilan Negeri Tangerang NOMOR : 1905/PID.B/2009/PN.TNG.

Dari permasalahan di atas, maka penulis melihat adanya alasan sehingga permasalahan ini menarik untuk dijadikan sebuah tulisan dengan mengambil tema dan judul skripsi sebagai berikut:

“TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (ANALISIS PUTUSAN NO. 1905/PID.B/2009/PN.TANGERANG)”.


(17)

9

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berawal dari banyaknya permasalahan yang ada dalam pembahasan tentang perkara perdagangan manusia, maka penulis membatasi ruang lingkup skripsi ini hanya pada beberapa pokok masalah yang terpenting saja baik dari segi normatif: yaitu hanya membahas Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang serta beberapa aturan lain yang dianggap relevan, maupun dari segi aplikatifnya atau penerapan dari undang-undang tersebut dalam tatanan Hukum Pidana Indonesia saat ini.

Untuk mencapai hasil maksimal, perlu adanya rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut hukum positif dan hukum islam?

2. Bagaimanakah pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai Putusan PN Tangerang No.1905/PID.B/2009/PN.TNG tentang Perdagangan orang?

3. Bagaimana Putusan PN Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG mengenai Perdagangan orang?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:


(18)

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut hukum positif dan hukum Islam.

2. Untuk mengetahui Putusan yang di keluarkan oleh PN Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG mengenai Perdagangan Orang.

3. Untuk mengetahui pandangan hukum positif dan hukum Islam mengenai Putusan PN. Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG tentang perdagangan orang.

Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Segi Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam tentang perdagangan orang, Putusan PN. Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG, terutama bagi perempuan dan anak-anak yang menjadi korban dalam tindakan ini.

2. Mengetahui bagaimana penerapan undang-undang No. 21 tahun 2007 dan pasal-pasal dalam Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai

perdagangan orang.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian skripsi ini, karena metode penelitian dapat menentukan langkah-langkah dari suatu penulisan. Adapun metode penelitian yang dipakai sebagai dasar penulisan ini adalah sebagai berikut :


(19)

11

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian hukum ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian normatif dan penelitian empiris/sosiologis atau penelitian lapangan. Penelitian normatif adalah penelitian hukum kepustakaan, dimana dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.9

Sedangkan penelitian empiris atau sosiologis adalah penelitian dengan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat mengenai perilaku masyarakatnya.10 Penelitian empiris atau sosiologis terdiri dari; penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak tertulis), penelitian terhadap efektifitas hukum.

Oleh karena itu penulis akan menggunakan jenis penelitian normatif karena dalam hal ini penulis akan meneliti tentang tindak pidana perdagangan manusia melalui penelitian hukum kepustakaan. Penelitian ini saya lakukan melalui pendekatan yuridis normatif, yang mempunyai pengertian bahwa

9

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), cet.IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995), h.23.

10


(20)

penelitian ini didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku dan berkaitan erat dengan hukum pidana.

2. Sumber Data

Data-data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah data kualitatif bukan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu penelitian yang data umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dapat di ukur sehingga data dapat menggunakan statistik dalam pengujiannya.11

Dalam pengumpulan data kualitatif, ada data yang berupa bahan hukum yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.12 adapun bahan hukum primer yang penulis gunakan yaitu :

- Al-Qur’an - Al-Hadits

- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Undang-Undang HAM

- Undang-Undang Perlindungan Anak

11

Ronny Kountur, Metode Penelitian (Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis), cet.II, (Jakarta: PPM, 2004), h.16.

12

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. V, (Jakarta: IND-HILL-CO, 2001), h.13.


(21)

13

- Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan manusia (human trafficking)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang bahan hukum primer, seperti misalnya Rancangan Undang-Undang, hasil-hasil penelitian, hasil-hasil karya dari kalangan hukum dan buku-buku. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yaitu berupa literatur-literatur.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.13 Bahan hukum tersier yang digunakan adalah :

- Kamus bahasa Indonesia - Kamus hukum

- Kamus ilmiah populer 3. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.14 Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik studi dokumen atau bahan pustaka yaitu suatu alat pengumpulan data yang dilakukan

13

Ibid

14


(22)

melalui data tertulis yang bisa ditemukan dalam bahan pustaka yang terdiri dari buku-buku atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan ini.

4. Penyajian dan Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian dalam skripsi ini disajikan dalam bentuk deskriptif, yaitu penulis menggambarkan hasil penelitian yakni tentang tindak pidana perdagangan manusia dengan sejelas-jelasnya. Adapun tujuan dari penyajian seperti ini tidak lain adalah agar pembaca dapat memahami dengan jelas tentang tindak pidana perdagangan manusia dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam.

Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Content Analysis, yaitu melakukan analisis isi dokumen secara terperinci dengan mengambil sari dari dokumen yang menjadi sumber data baik dari buku-buku atau dokumen yang berisi tentang hukum positif atau hukum islam yang sesuai dengan kajian skripsi ini.

b. Comparative Analysis, yaitu melakukan analisis perbandingan dalam dua hal yang berbicara pada substansi yang sama. Dalam penelitian ini adalah hukum pidana positif dan hukum Islam yang sama-sama berbicara tentang tindak pidana perdagangan manusia. Maka dari itu penulis melakukan analisis perbandingan mengenai tindak pidana perdagangan manusia mngenai hukum tersebut.


(23)

15

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam skripsi yang ditulis oleh Marya Ulfa Jurusan Jinayah Siyasah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2006 dengan judul “Fenomena Trafficking (Perdagangan Perempuan dan Anak) di Indonesia menurut Hukum Islam dan Hukum Positif”, memuat persoalan: pemicu praktek trafficking, bentuk-bentuk trafficking dan akibat dari trafficking. Perbedaan muatan skripsi sangat jelas,

Kemudian skripsi yang berjudul perdagangan anak dalam perspektif hukum islam, yang ditulis oleh tasmiati jurusan perbandingan madzhab dan hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2004. Penulis membahas mengenai kedudukan anak dalam perspektif hukum islam dan hukum positif, fenomena social terhadap perdagangan anak, pandangan masyarakat terhadap perdagangan anak, perdagangan anak dalam hukum islam dan hukum positif dan penanggulangannya, serta analisis perbandingan mengenai perdagangan anak dalam hukum islam dan positif.

Dalam skripsi yang berjudul “PTSD (POST-Traumatic Stress Disorder)

Pada Perempuan Korban trafficking Buruh Migran yang Mengalami

kekerasan” yang ditulis oleh Evi Nurfaryanti Jurusan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah tahun 2007. Penulis membahas dampak-dampak psikologi bagi korban perdagangan perempuan buruh migrant, penulis melakukan penelitian di CTU-IOM (International Organization for migration).


(24)

Dari sebuah judul yang baru dapat penulis temukan diatas, melihat bahwa skripsi ini hanya melihat dari hal tersebut saja tanpa melihat dari aspek kerangka normatif perlindungan korban trafficking, serta pendampingan terhadap korban trafficking dalam hal ini tanggung jawab Negara.

Maka perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwa penulis akan melakukan penerapan terhadap Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang, sebab Undang-undang ini disahkan pada bulan April 2007. Sebagai sebuah landasan bagi para penegak hukum untuk memberikan hukuman terhadap pelaku trafficking dengan menerapkan undang-undang tersebut. Selain itu penulis tidak hanya meneliti Undang-Undang tersebut akan tetapi penulis akan membahas bagaimana kerangka normatif perlindungan terhadap korban perdagangan orang.

F. Tehnik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam


(25)

17

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi dalam bentuk bab dan sub-sub yang secara logis saling berhubungan dan merupakan satu kebulatan dari masalah yang diteliti. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 4 (empat) bab yaitu sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan.

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan. BAB II, Tinjauan Umum tentang Perdagangan Orang

Bab ini menguraikan beberapa masalah yang berkaitan dengan tinjauan umum tentang perdagangan manusia dalam Hukum Positif dan Hukum Islam, pemicu terjadinya praktek perdagangan orang, akibat-akibat perdagangan orang, bentuk-bentuk perdagangan orang dan modus kejahatan perdagangan orang.

BAB III, Pandangan dan Perlindungan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam

Dalam bab ini penulis membahas tentang pandangan dan perlindungan perdagangan orang menurut Hukum Positif dan Hukum Islam, perlindungan hukum terhadap hak perempuan, perlindungan hukum terhadap hak anak dan kerangka normatif perlindungan perempuan dan anak.


(26)

BAB IV, Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai Putusan PN Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG tentang Perdagangan orang.

Bab ini membahas tentang Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai Putusan PN Tangerang No. 1905/PID.B/2009/PN.TNG tentang Perdagangan orang.

BAB V, Penutup.

Pada bab terakhir ini berisikan kesimpulan-kesimpulan dari seluruh serangkaian pembahasan atau permasalahan yang dipaparkan sebelumnya. Disamping itu dikemukakan saran-saran yang diperlukan penulis.


(27)

19 BAB II

PENGERTIAN PERDAGANGAN ORANG

A. Pengertian Perdagangan Orang Secara Umum

Definisi trafficking: perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau member, atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.1

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada definisi yang jelas mengenai trafficking tapi penulis mendefinisikan tarafficking sebagai perdagangan. Perdagangan berasal dari kata dagang yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan. Memperdagangkan = menjual belikan secara niaga.2

Trafficking menurut Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) adalah setiap tindakan mengerahkan (mengajak), mengangkut, memindahkan dari satu tempat ke tempat lain, menyerahterimakan perempuan kepada orang lain atau sekelompok orang atau atau agen/sponsor untuk melakukan

1

Sari Dian Kartika,” Perdagangan Manusia Khususnya Perempuan dan Anak Dalam

Tinjauan Hukum” ( makalah di sampaikan pada semiloka sehari Woman Trafficking dalam Perspektif Agama dan Budaya, Jakarta, 8 Agustus 2008)

2

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1988), Cet Ke -1, h. 180


(28)

pekerjaan yang melanggar Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan, eksploitasi sehingga memberikan keuntungan kepada orang atau kelompok orang tersebut.3

Misalnya :

a. Menyerahkan perempuan atau anak perempuan kepada mucikari

b. Menyerahkan perempuan atau anak perempuan kepada agen tenaga kerja dalam negeri atau luar negeri yang tidak dapat perlindungan hokum dan jaminan perlakuan manusiawi.

c. Diambil organ tubuh.

Perdagangan anak adalah kegiatan sebagaimana diatas terhadap mereka yang belum berusia 18 tahun, klasifikasi ini merujuk pada konvensi hak anak yang dikeluarkan PBB dan sejak tahun 1990 telah di ratifikasi melalui kepres No. 36 tahun 1990.4

Pasal 1 Konvensi tersebut menyatakan bahwa: Seorang anak berarti setiap orang laki-laki atau perempuan yang berusia dibawah 18 tahun.

Sedangkan menurut protokol PBB, yang dimaksud dengan perdagangan perempuan dan anak adalah :

“Segala tindakan yang meliputi perekrutan, pengangkutan, pemindah tangan, pemberangkatan, atau penerimaan perempuan dan anak dengan cara ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan,

3

Koalisi Perempuan Indonesia, Makalah Sosialisasi tentang Perdagangan Perempuan, (Jakarta:t.t.), h.1

4

LBH Apik, Waspadai Sindikat Perdagangan Anak Perempuan, (Jakarta : 2000), lembar info, seri 19, h.1


(29)

21

penculikan, penipuan, tipu muslihat, bujukan, penyalahgunaan kekerasan atau posisi kerentanan (termasuk situasi dimana seseorang tidak memiliki pilihan bebas), atau dengan memberikan atau menerima pembayaran atau

keuntungan-keuntungan guna mencapai keinginan untuk menguasai orang lain”.5

B. Pemicu Praktek Perdagangan Orang

Ada 2 (dua) factor yang menjadi pemicu perdagangan perempuan dan anak : yaitu faktor pendorong dan penarik.

1. Faktor Pendorong.6

a. Meningkatnya jumlah keluarga miskin

Arus globalisasi dan kemiskinan yang semakin meluas sebagai dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah faktor yang berkontribusi besar dalam peningkatan jumlah trafficking. Jika dilihat dari posisi perempuan yang selalu terpinggirkan, tersubordinat dari laki-laki dan nilai ptriarki yang telah melekat dalam masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa berpotensi besar menjadi korban trafficking adalah perempuan dan anak.

Saat ini 37 juta jiwa dari 225 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Sejumlah 83% keluarga perkotaan dan 99% keluarga perdesaan membelanjakan kurang dari Rp 5.000,-/ hari.

5

LBH Apik, Suara Apik, (Jakarta), Edisi 20, h. 10

6


(30)

b. Keterbatasan Lapangan Kerja

Faktor keterbatasan lapangan kerja bagi para perempuan, ditunjang dengan minimnya kesempatan untuk bekerja, juga telah menciptakan kemiskinan yang semakin meluas bagi perempuan (feminisme kemiskinan) sehingga mendorong perempuan untuk berimigrasi

(feminisme migrasi).

c. Lemahnya Negara dalam Menegakkan Hukum

Faktor lain yang menjadi pemicu trafficking adalah lemahnya Negara dalam penegakkan hukum dan pemenuhan hak-hak dasar (asasi) warga negara seperti hak untuk hidup bebas, bebas dari rasa takut dan hak atas pekerjaan yang layak.

Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia menyebabkan arus perdagangan perempuan dan anak meningkat. Sehingga tidak heran bila Komisi Hak Asasi PBB memasukkan Indonesia dalam daftar hitam sebagai Negara yang tidak melakukan tindakan apa-apa untuk menghapus perbudakan dan perdagangan manusia.

d. Meningkatnya angka putus sekolah diberbagai tingkat pendidikan e. Maraknya konflik sosial diberbagai daerah

f. Keluarga tidak harmonis

g. Perceraian akibat pernikahan dini 7

7

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Konsep Naskah Ademik Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (trafficking), (Jakarta : November, 2002), h. 8


(31)

23

2. Faktor Penarik 8

a. Glamornya kehidupan di kota-kota besar

b. Mudahnya mendapatkan uang di kota-kota besar dan luar negeri

c. Adanya janji-janji yang menggiurkan dari para calo tentang mudahnya mencari uang di kota

d. Kecanduan narkoba

e. Mudahnya mengakses informasi dan komunikasi

Selain 2 (dua) faktor di atas, ada juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya kepercayaan para konsumen (laki-laki hidung belang) bahwa berhubungan seks dengan anak-anak dapat sebagai obat kuat, obat awet muda, mendatangkan hoki tertentu.

Ada juga yang memandang bahwa anak-anak masih bersih dari penyakit

kelamin karena belum banyak yang “ memakainya” sehingga lebih menambah

selera konsumen.

Orang tua kadangkala memandang anak-anak sebagai asset yang mendatangkan keuntungan besar, karena tingginya tingkat harga keperawanan.9 Permintaan pasar yang cukup tinggi, telah membuat sebagian orang tua tergiur untuk menjual anaknya kepada calo pelacuran. Di sisi lain kondisi ini, karena kondisi keluarga yang sangat kekurangan, terdapat indikasi bahwa anak sendiri

8

Ibid, h. 10

9

Suryanto, bekerjanya Sindikat Perdagangan Anak Perempuan, (Jakarta : Child Trafficking News, 2002), edisi 11, h. 28


(32)

yang menawarkan kepada calo pelacuran dengan harapan uang yang diperolehnya dapat digunakan untuk membiayai hidupnya.

C. Bentuk-bentuk Perdagangan Orang

Mempelajari kasus-kasus yang terungkap di media massa, bahwa fenomena perdagangan manusia tampaknya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bentuk.

1. Perdagangan anak untuk dipekerjakan di jermal (lepas pantai)

Jumlah pekerja anak dibidang ini tidak dapat diketahui pasti. Dinas perikanan tingkat I menyatakan bahwa jumlah jermal telah berkurang dari 344 ditahun 1988 menjadi hanya 144 pada tahun 1997. Sedangkan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menyatakan bahwa jumlah jermal yang aktif lebih banyak. Dengan perkiraan 603 sampai 1804 anak bekerja didalamnya. Ini tidak termasuk jermal kecil yang disebut tangkul sebagian besar dari anak yang dipekerjakan berjenis kelamin laki-laki.10

2. Perdagangan perempuan dan anak untuk dipekerjakan sebagai pekerja domestik (pembantu rumah tangga).

Anak-anak dan perempuan dewasa, tanpa persetujuan dan kehendak mereka dipekerjakan sebagai pekerja domestik, seringkali sebelumnya mereka

10

Publikasi Komnas Perempuan, Kekerasan dalam Pengalaman Perempuan Indonesia, (Jakarta : Mei 2001), h.122


(33)

25

dibanjiri janji-janji dan bujukan untuk disekolahkan dan dipekerjakan ditempat lain, atau memperoleh gaji yang besar.

Perempuan diimingi-imingi janji dan kemudian dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga adalah fenomena yang telah lama berlangsung. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa korban penyelundupan ini anak dan orang dewasa, umumnya berjenis kelamin perempuan. Dari kasus yang terungkap, usia korban yang termuda adalah 11 (sebelas) tahun. Kegiatan penyelundupan dan perdagangan anak untuk kerja domestik adalah untuk memenuhi permintaan lokal dan Internasional. Tujuan lokal pada umumnya adalah kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, sementara itu tujuan Internasional beragam, antara lai Brunei, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Emirat Arab, dan Saudi Arabia.11

3. Perdagangan perempuan dan anak untuk dipekerjakan sebagai pengemis Kita mendapati bahwa di kota-kota besar sangat umum anak-anak dan perempuan menyebar dijalanan menjadi peminta-minta. Anak-anak yang teramat kecil bahkan bayi ikut dilibatkan. Ada indikasi balita dan bayi itu diperdagangkan atau disewakan untuk keperluan mengemis.

Penelitian di Batam dan Bali mengindikasi adanya praktek-paraktek pemaksaan untuk mengambil anak-anak dari desa miskin untuk kemudian dipekerjakan dijalanan. Di Medan ditemukan kasus penyewaan anak dan bayi untuk mengemis. Kasus di Bali menunjukkan bahwa yang menjadi korban

11


(34)

jenis perdagangan imi umumnya anak-anak berusia sangat muda antara 5 (lima) tahun hingga 9 (Sembilan) tahun, dan ditemukan pula beberapa bayi berusia di bawah 1 tahun. 12

4. Perdagangan perempuan dan anak untuk narkoba

Satu bentuk eksploitasi yang sangat mengerikan adalah pemanfaatan perempuan dan anak dalam berbagai bentuknya untuk peredaran napza. Fakta ini telah ditemukan kembali, anak yang dijerat dalam perdagangan dan penyelundupan tipe ini dapat berusia sangat dini mulai dari usia 1 (satu) tahun sampai 18 (delapan belas) tahun.

Belum ada kejelasan mengenai tujuan perdagangan anak. Meski demikian terungkap adanya kasus bayi yang diadopsi, dan ternyata kemudian bayi ini dibedah tubuhnya untuk dimasuki narkoba dan kemudian sang bayi dikirim. Dan ditemukan pula kasus dimana anak asuh diobjektivikasi sedemikian rupa dengan cara tubuhnya dimasuki narkoba melalui dubur, dan sang anak kemudian dikirim keluar negeri. Ada indikasi bahwa posisi bali sebagai daerah transit.13

5. Perdagangan perempuan dan anak untuk dipekerjakan sebagai pekerja seks Jarang sekali perempuan masuk dalam dunia prostitusi dengan kehendak sendiri. Masuknya perempuan dalam dunia pelacuran sangat dimungkinkan oleh berbagai faktor yang melingkupi mereka. Perdagangan perempuan

12

Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia,( Jakarta : SGIFF-CDA, the Asia Foundation dan Yayasan TIFA, 2002). Cet. ke-1, h.139

13


(35)

27

tampaknya menjadi suatu yang lumrah/ terbuka. Orang tua, anggota keluarga lain, masyarakat dan aparat kesemuanya ikut terlibat.

Yayasan Kusuma Buana menemukan banyak usia 13-16 tahun yang dipekerjakan dilokasari Mangga Besar, Jakarta, sementara itu kompleks

pleacuran yang sering disebut “ terbesar di Asia Tenggara”, yakni kompleks

pelacuran Dolly, Surabaya, diduga menampung sekitar 600-700 pekerja seks, dan 10% diantaranya di bawah umur. Sebagain dari mereka masuk dalam

dunia pelacuran karena “dijual oleh orang tuanya sendiri”. 14 6. Perdagangan anak sebagai konsumsi fedofil

Eksploitasi anak oleh fedofil dapat terjadi dimanapun. Kadangkala media membiarkan anak menjadi korban eksploitasi orang dewasa, tetangganya, guru atau pihak-pihak lain. Tetapi perdagangan anak sebagai konsumsi fedofil melibatkan jaringan tersendiri, sangat rapi terorganisir, bersifat Internasional dan melibatkan orang-orang asing. 15

Korban fedofil pada umumnya anak laki-laki yang berusia 9-12 tahun. Penderita fedofil umumnya memiliki sikap santun yang merupakan upaya tipuan, terutama pada anak-anak, banyak orang tua korban yang terkecoh tanpa curiga sedikitpun.

14

Ibid., h. 142

15

Publikasi Komnas Perempuan, Kekerasan dalam Pengalaman Perempuan Indonesia, (Jakarta : Mei 2001), h.135


(36)

Indonesia menjadi target alternative untuk turisme seks anak (Child Sexs Tourism) dan jaringan feodfil internasional. Jaringan Fedofil Internasional telah menyusup diberbagai Negara. Dari hasil penelitian Universitas Udayana-Bali, diketahui bahwa jaringan tersebut telah menyusup pula di Indonesia, diantaranya diidentifikasi di daerah Karang Asem-Bali.

7. Perdagangan perempuan dalam bentuk “perkawinan trans-nasional”

Suatu fenomena yaag mulai terungkap adalah bentuk perkawinan trans nasional yang tampaknya bisnis sangat menguntungkan bagi pihak-pihak didalamnya. Sebagai contoh adalah upaya mencari keuntungan dari perempuan-perempuan keturunan cina di Kalimantan Barat untuk dikawinkan

dengan lelaki “pemesan” dari Taiwan dan Hongkong.

Menurut data dari Taiwan Econome Trade Organization (TETO), perwakilan pemerintah Taiwan yang berwenang memberi visa, sejak tahun 1992 setiap tahunnya lebih dari 2.000 perempuan Indonesia menikah dengan lelaki Taiwan dan memperoleh izin utnuk pergi ke Taiwan karena alasan perkawinan, penelitian berhasil memperlihatkan bahwa perkawinan yang dimasuki bukanlah bentuk perkawinan romantis-emosional, melainkan bentuk pertukaran. Yang ditukarkan adalah pemenuhan ekonomi pihak-pihak yang

„menyerahkan’ atau menggaet sang perempuan, khususnya orang-orang yang terlibat dengan bisnis ini, dengan tubuh dan keseluruhan diri perempuan.16

16

Andy Yentriyani, Trafficking Women lewat Perkawinan Trans Nasional: Indonesia-Taiwan dalam Kerangka Sitem Dunia, Skripsi Sarjana Hukum, (Depok: Perpuatakaan UI, 2000), H. 20


(37)

29

Perdagangan perempuan dan anak di Indonesia ternyata tidak hanya untuk eksploitasi seks semata tetapi masih banyak lagi bentuk lain seperti perdagangan perempuan dan anak untuk pengemis, narkoba, adopsi palsu, phedophilia, pekerja jermal, dan terakhir yang kita ketahui untuk perkawinan trans-nasional. Pada kita tahu bahwa perkawinan adalah suatu hal yang sacral dan suci, jadi ironis sekali jika perkawinan dijadikan sebagai ladang bisnis dan hanya untuk memperoleh keuntungan semata.

Disisi lain trafficking perempuan dan anak untuk tujuan eksploitasi seksual mendatangkan keuntungan terbear ke tiga setelah perdagangan senjata dan obat. Sesuai dengan tekad bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia serta penegasan HAM, trafficking perempuan dan anak harus menjadi isu utama yang harus diatasi.

D. Modus Kejahatan Perdagangan Orang

Umumnya pelaku yang biasanya sudah berupa jaringan atau sindikat mencari korbannya ditempat-tempat ramai, seperti pusat pertokaan, mall, café-café ada pula disekolah-sekolah dan tempat kursus. Banyak pula yang mencari didaerah pinggiran kota atau desa-desa miskin. 17

17


(38)

Dan pola-pola perdagangan perempuan dan anak perempuan sebagai berikut:18

1. Perdgangan perempuan dan anak untuk tujuan prostitusi dipersiapkan oleh orang tua dibantu oleh masyarakat pada saat perekrutan.

2. Untuk pembantu rumah tangga dengan merekrut anak-anak perempuan dari desa untuk menjadi pembantu rumah tangga di kota, dengan penipuan, janji-janji untuk diberi pelatihan dan gaji besar.

3. Sebagai pengedar narkoba, anak-anak yang sudah ketergantungan narkoba ternyata tidak ditolong untuk mendapatkan pengobatan dan rehabilitasi justru dimanfaatkan oleh jaringan-jaringan besar untuk mengedarkan dan menjual narkoba.

4. Penyalahgunaan kekuasaan yaitu, orang yang mempunyai kekuasaan yang sangat besar, menyuruh perempuan dan anak-anak untuk mengikuti seseoranguntuk bekerja ke suatu tempat yang ternyata perempuan dan anak tersebut dijual.19

Penyebab maraknya tindak pidana trafficking di Indonesia disebabkan karena

„cantiknya’ tehnik yang dilakukan para trafficker dalam merekrut dan membujuk

para korban, agar masuk dalam perangkap mereka apalagi dengan kekuasaan

18

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Konsep Naskah Ademik Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (trafficking), (Jakarta : November, 2002), h. 10

19

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Sosialisasi Tentang Perdagangan Perempuan, (Jakarta), h. 3


(39)

31

yang dimiliki oleh seseorang. Tentu saja itu semua tidak terlepas dari lemahnya perempuan dalam menolak dan menghindari bujukan trafficker.

E. Akibat-akibat Perdagangan Orang

1. Perempuan mengalami kekerasan fisik dan mental meskipun kadang tidak disadari banyak situasi yang sebenarnya perdagangan orang, misalnya pembantu rumah tangga yang tidak digaji selama bertahun-tahun.

 Kekerasan mental terjadi ketika korban terisolasi dari luar karena ia tidak dapat berhubungan dengan keluarga, teman maupun lawan jenis. Mendapatkan makian yang merendahkan martabat kemanusiaannya.

 Kekerasan fisik sudah terjadi ketika seseorang harus bekerja diluar jam kerja, dipukul, dijambak selain bentuk yang lebih jelas seperti perkosaan. 2. Perempuan sebagai bagian dari masyarakat makin terpinggirkan sebagai

korban perdagangan, karena tidak adanya penghornatan terhadap hak-hak asai nasyarakat khususnya hak asasi perempuan.

3. Akibat kekerasan, pemerasan apalagi pemaksaan terhadap perempuan untuk melakukan hubungan seksual, menimbulkan penderitaan yang sangat dalam dan membekas sepanjang hidupnya serta merusak masa depan untuk bertahan hidup seorang perempuan.

4. Mengakibatkan perempuan dan anak-anak perempuan terjebak dalam bisnis pelacuran.


(40)

5. Stigmasiasi yang dikenakan pada perempuan dan anak yang pernah dieksploitasi dalam pelacuran misalnya merupakan hambatan yang cukup berat bagi para korban untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan kehidupan masyarakat.20

Akibat yang ditimbulkan oleh trafficking sangat besar dampaknya terhadap kehidupan dan masa depan perempuan dan anak, perempuan dan anak merasa dirinya sudah tidak berharga lagi karena hak asasinya sebagai manusia telah dirampas. Merekapun harus menerima berbagai macam stigma yang buruk dari masyarakat, dan karena stigma itu pula bisa menghambat perkembangan psikologis dan kehidupan sosialnya.

20


(41)

33

BAB III

TINJAUAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Perempuan, Anak serta Kerangka Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak

Setiap manusia berhak atas hak asasinya sebagai manusia dan perlindungan perlindungan terhadap hak itu dari undang-undang Negara kediamannya. Menurut Undang-undang Hak Asasi Manusia, baik perempuan maupun laki-laki berhak atas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental tanpa pandang bulu, jenis kelamin dan ras terlepas dari partikularitas (Kekhususan, keistimewaan) budaya tertentu, ajaran-ajaran agama dan level-level pembangunan. Paling tidak, ada tiga alas an mengapa kita harus memperhatikan hak-hak perempuan.1

1. Untuk menginformasi kepada perempuan bahwa mereka mempunyai hak-hak fundamental dan mereka berhak menikmatinya.

2. Untuk membongkar dan menghapuskan pelanggaran hak-hak perempuan berbasis jenis kelamin (sex) atau gender.

1

Moh. Yasir Alimi,et. all, Advokasi Hak-hak Perempuan Membela Hak Mewujudkan Perubahan, ( Jakarta : LKIS, 1999), h. 2


(42)

3. Untuk membentuk praktek HAM baru yang sepenuhnya memperdulikan hak-hak perempuan.2

Hak-hak Perempuan

a. Hak-hak perempuan dalam bidang politik

Hak-hak politik adalah hak-hak individu menjadi efektif dalam keuntungan politik, sosial dan ekonominya. Perempuan juga dapat menentukan peraturan pemerintah, organisasi dan tatakaramanya serta mengambil bagian secara langsung dalam arus pelaksanaan hukum dan perundang-undangan, hukum dan abolisinya.3

Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan yang tertera dalam surat At-Taubah ayat 71: 4



















: ةبوتلا(

١٧

)

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 71)

2

Ibid., h. 3

3

S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, (Jakarta: Al-Huda, 2004), cet. Ke-1, h. 77

4


(43)

35

Hak-hak politik ini meliputi 5 1). Baiat atau Hak memberikan suara

Firman Allah SWT dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 :



















:ةنحتمملا(

٧٣

)

Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Mumtahanah :12)

2). Hak berserikat

Hak menghadiri perkumpulan politik dan keagamaan juga merupakan bukti lain dari kemerdekaan politik wanita. Islam memandang wanita sama dengan pria dan memperbolehkan untuk berpartisipasi dalam perkumpulan-perkumpulan dan dalam shalat berjamaah, kecuali bila ia sedang haid. Hal ini sampai batas-batas tertentu, dapat berkhotbah, mengajar, dan bahkan sebagai imam bagi wanita.

5


(44)

3). Hak berperang dan mempertahankan diri

Berperang merupakan salah satu jenis mempertahankan kemerdekaan dan kebebasan individu. Wanita dapat ikut serta dalam mempertahankan dan menyerang demi mempertahankan wilayah, idiologi dan diri mereka. Partisipasi aktif wanita dibelakang medan perang adalah salah satu inovasi Islam.

4). Hak obligasi

Setiap muslim memiliki hak dibawah syarat-syarat yang diperlukan untuk menawarkan suaka politik atas nama syariah Islam, dan pemerintah diwajibkan untuk menerima penawaran tanggung jawabnya. Hak yang besar dan sesnsitif ini, yang menjadikan orang yang menawarkan suaka sebagai semacam wakil dari pemerintah, telah diberikan kepada wanita sejak datangnya Islam.

Dan dunia Internasional pun telah mengadakan suatu konvensi internasional tentang hak politik dan sipil yang sama dan termasuk kebebasan, kesetaraan dan integritas fisik yang berfokus pada hak-hak kebangsaan, kebebasan berorganisasi, partisipasi politik dan sipil.6

b. Hak-hak Ekonomi 1). Hak Kepemilikan

Disepanjang sejarah perempuan tidak menikmati hak untuk memiliki, malah perempuan dianggap sebagai barang milik orang lain. Dalam kasus-kasus ketika perempuan dianggap sebagai pemilik, ia pun tidak dapat menikmatinya.7

6

Moh. Yasir Alimi, op.ci., h. 44

7


(45)

37

Islam mengakui kemerdekaan wanita dalam kepemilikan, memiliki dan menikmati kekayaannya sebagaimana pria. Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 32:













: ءاسنلا(

٢٣

)

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa: 32).

Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa apa yang perempuan usahakan adalah hak miliknya. Suami tidak bisa menganggap dirinya sebagai pemilik. 2). Hak Warisan

Hak warisan juga bagian dari hak milik perempuan dan dalam kebanyakan peradaban, khususnya selama datangnya Islam, hak ini dirampas dari wanita. Tidak seorangpun yang berani menyebutkan persoalan ini, adat istiadat ini terus berlanjut bahkan sampai berabad-abad setelah itu. Islam menggulingkan kebiasaan ini dan menuntut hak-hak untuk perempuan menerima warisan separuh dari hak laki-laki dalam banyak kasus.

Selain hak-hak umum diatas ada hak-hak khusus bagi perempuan yaitu: a). Hak-hak finansial

1. Bagian pernikahan 2. Tunjangan (nafaqoh)


(46)

b). Hak-hak spiritual 1. perilaku yang baik

2. Hak untuk kesejahteraan dan pelayanan 3. Hak untuk hidup bersama

Berbicara masalah hak perempuan tentu masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu kedudukan dan hak-haknya hampir dikatakan sama dengan laki-laki, kalaupun ada tetapi berbeda maka itu hanyalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan tuhan kepada perempuan dan laki-laki. - Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena didalam dirinya terletak harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang hak-hak anak

Sebelum membahas mengenai hukum perlindungan anak, ada baiknya diketahui secara pintas mengenai apa yang dimaksud dengan perlindungan anak. Perlindungan anak dalam arti luas adalah semua usaha yang melindungi


(47)

39

anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan manusiawi.8

Tentang aspek hukum perlindungan anak, 2 sarjana memberi batasan-batasan seperti terurai di bawah ini:

Menurut Arif Gosita, hukum perlindungan anak adalah hukum (tertulis maupun tidak) yang menjamin anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.9

Binary Siregar, menyebutkan aspek hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum (yuridis) anak belum dibebani kewajiban.10

Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang menyeluruh, utuh, dan komprehensip, maka kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan sebagai berikut:11

1. Non diskriminasi

2. Kepentingan hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan 3. Penghargaan terhadap anak

8

Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak ( suatu makalah workshop pekerja anak, Jakarta , 15-16 Juli 1988), h. 110

9

Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademia Pressindo, 1989), cet. Ke-1 h.53

10

Mulyono W. Kusumah (ed) Hukum dan Hak-hak Anak (Jakarta:CV. Rajawali, 1986), h.3

11


(48)

Adapun macam-macam bentuk kegiatan perlindungan anak antara lain sebagai berikut:12

a. Mengusahakan perlakuan adil terhadap anak, mencegah pengambilan tindakan yang diskriminatif.

b. Mengusahakan kesejahteraan anak di dalam dan di luar lingkungan keluarga. c. Mengusahakan penyuluhan dan pembinaan mengenai perlindungan anak.

d. Pengasuhan (asah, asih, asuh) anak yang terutama menyandang permasalahan mental, fisik, sosial.

e. Mengembangkan pendidikan formal yang bertujuan mendukung perlindungan anak.

f. Mengembangkan komunikasi antar keluarga untuk mencegah pertentangan yang dapat menimbulkan korban antar anggota keluarga.

g. Permasyarakatan, partisipasi sosial.

h. Pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan dan mengorbankan anak. i. Pengawasan agar anak dapat bertumbuh kembang dengan baik (intern dan

ekstern).

j. Pembinaan anak mempersiapkan kedewasaannya menghadapi tantangan hidup. k. Pengembangan, pernyataan dan pendampingan dalam melindungi diri sendiri. l. Pengadaan pengaturan dan jaminan hukum yang mengatur dan menjamin

pelaksanaan perlindungan anak secara tuntas.

12

Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak, op.cit, h. 114


(49)

41

m. Perlindungan dari bentuk eksploitasi

Di Indonesia kegiatan perlindungan anak tersebut meliputi sektor-sektor sebagai berikut: 13

1). Perlindungan anak disektor kesehatan 2). Perlindungan anak disektor pendidikan 3). Perlindungan anak disektor agama

4). Perlindungan anak disektor kesejahteraan sosial

Adapun yang menjadi tujuan dari perlindungan anak adalah agar dapat tercipta suatu kesejahteraan anak. Dalam upaya pencapaian kesejahteraan anak tersebut, di Indonesia telah dibentuk Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, suatu Yayasan yang memantau dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha pewujudan kesejahteraan anak.

1. Hak Anak dalam Hukum Islam a. Hak nasab

Yaitu hubungan darah antara seorang anak dengan ayahnya, karena menurut syara, jika anak dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam masa kandungan tertentu yang oleh syara diakui keabsahannya.

Setiap anak yang lahir, langsung dinasabkan kepada ayahnya, baik dalam keadaan orang tua bercerai atau meninggal dunia.

13


(50)

Nasab berakibat timbulnya hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan menimbulkan adanya hak bagi anaknya seperti waris, nafkah, wali dan sebagainya.

b. Hak Radha’ah

Yaitu hak atas susuan pada periode pertama dan merupakan fitrah bagi anak atau bagi bayi. Untuk menambahkan air susu ibunya karena mengandung unsur-unsur penting dan vital bagi bayi, serta dapat memberikan kekebalan bagi bayi terhadap berbagai macam penyakit.

c. Hak Hadhanah (pemeliharaan)

Yaitu hak mendapat pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihan anak.

Menurut ahli fiqh, hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak yang masih kecil, lai-laki atau perempuan baik yang sudah besar ataupun yang belum tamyiz, dari segi macam hal yang menyakiti dan merusaknya, serta mendidik jasmani rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup memikul tanggung jawab.14

d. Hak mendapat perwalian

Perwalian ini menyangkut masalah pemeliharaan, perawatan dan perhatian tehadap benda si anak.

e. Hak mendapat nafkah

14


(51)

43

Yaitu pemenuhan kebutuhan pokok, berupa sandang, pangan dan papan untuk melangsungkan hidup dan memlihara kesejahteraan. Anak mendapatkan hak ini disebabkan adanya nasab dengan ayahnya.15

2. Hak anak dalam peraturan perundang-undangan

Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang memuat hak-hak seorang anak. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:

a) TAP MPR No. II/MPR/1998 Bab IV. F bagian anak dan remaja

b) Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dimana didalamnya memuat mengenai hak-hak anak.

 Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang (pasal 2 ayat (1)).

 Hak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya (pasal 2 ayat (2)).

 Hak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan (pasal 1 ayat (3)).

 Hak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan/ menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar (pasal 1 ayat(4)).

 Hak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan pertama-tama dalam keadaan yang membahayakan (pasal 3).

15


(52)

 Hak memperoleh bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraannya tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, politik dan kedudukan social (pasal 8).

c. Selain hak-hak diatas, ada juga Deklarasi dan konvensi yang berkaitan dengan hak-hak anak.

 Di Jenewa (Swiss) pada tahun 1924, dikeluarkan Gebeve Declaration one the Rights of the Child, dimana didalamnya dinyatakan lebih mengenai hak-haknya sebagai seorang manusia yang lemah. Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam deklarasi hak-hak anak (Declaration one the Rights of the Child,) yang memuat hak-hak anak, dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989. Konvensi ini merupakan langkah lanjut dari deklarasi hak-hak anak.

Ketika berbicara masalah perlindungan hukum terhadap anak, paling tidak ada beberapa peraturan perundanmg-undangan dalam berbagai bidang hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut.

1. Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum

Di dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat pasal-pasal yang dapat kita jadikan dasar hukum untuk perlindungan anak, misalnya:

a. Bagian pembuka Undang-undang Dasar 1945 yang memuat pancasila. b. Paal 27 ayat (3): tiap=tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.


(1)

- bagian pernikahan - tunjangan (nafaqoh) 2). Hak-hak spiritual - perilaku pernikahan

- hak untuk kesejahteraan dan pelayanan - hak untuk hidup bersama

3. Pandangan hukum positif dan hukum Islam terhadap tindak pidana perdagangan manusia (trafficking).

Pandangan hukum positif tentang tindak pidana perdagangan manusia (trafficking). Eksploitasi perempuan dan anak-anak oleh industri seks lokal maupun global adalah pelanggaran hak Asasi manusia karena jelas telah mereduksi tubuh mereka menjadi komoditi. Sementara itu, perdagangan perempuan dan anak-anak telah dianggap sebagai kenikmatan bagi para pengguna jasa seks dan sebagai sumber penghasilan bagi mereka yang bergerak dibidang industri seks, prostitusi, perdagangan perempuan dan praktek-praktek yang berhubungan dengan bisnis waktu luang lainnya.

m positif

Pandangan hukum Islam tentang tindak pidana perdagangan manusia (trafficking). Dalam perkara tindak pidana perdagangan manusia bagi pelaku dikenai hukuman ta’zir, sedangkan Ta’zir menurut bahasa adalah menolak, kebesaran, pengajaran. Sedangkan menurut istilah adalah hukuman yang bersifat pengajaran terhadap kesalahan-kesalahan yang tidak


(2)

diancam hukuman had (khusus) atau kejahatan-kejahatan yang sudah pasti ketentuan hukumnya, tetapi syarat-syaratnya tidak cukup (seperti tidak cukupnya empat orang saksi dalam kasus pidana).

Sedangkan sangsi yang ditentukan dalam tindak pidana trafficking adalah ta’zir, Fungsi ta’zir, itu sendiri adalah untuk memberi pelajaran kepada si pelaku dan mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan yang serupa, adapun pelaksanaan hukuman ta’zir itu diserahkan kepada penguasa (hakim) yang akan menghukum pelaku sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

Apabila hukuman ta’zir itu dilaksanakan, maka diharapkan tindak pidana trafficking di Indonesia dapat diberantas, ditanggulangi dan dicegah, agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara lebih terarah dan masyarakatnya lebih disiplin hukum.

B. Saran-saran

Saran-saran ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan Menegakkan Hukum bagi pelaku Tindak Pidana Perdagangan Manusia yaitu:

1. Bagi Pemerintah melalui Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar membuka dan membuat lapangan kerja yang baru dan sebanyak-banyaknya agar masyarakat dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


(3)

2. bagi para aparat penegak hukum agar menegakkan hukum yang seadil-adilnya tanpa pandang bulu untuk menindak para pelaku kejahatan perdagangan manusia/ trrafiker, sehingga angka kejahatan terhadap perdagangan manusia ini dapat ditekan angka kejahatannya dan agar para aparat khususnya Polri dan TNI meningkatkan pengawasan di sekitar perbatasan Negara Republik Indonesia dengan Negara tetangga untuk mencegah aksi perdagangan manusia.

3. memberi bantuan hukum bagi para korban trafficking dari awal kejadian hingga ke pengadilan dan pendampingan hukum ke persidangan.

4. memberi perlindungan khusus terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban utama dalam tindak pidana perdagangan manusia melalui Kemensos dan Komnas HAM dan KPAI.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Andy Yentriyani, Trafficking Women lewat Perkawinan Trans Nasional: Indonesia-Taiwan dalam Kerangka Sitem Dunia, Skripsi Sarjana Hukum, (Depok: Perpuatakaan UI, 2000).

Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak ( suatu makalah workshop pekerja anak, Jakarta, 15-16 Juli 1988).

---, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademia Pressindo, 1989), cet. Ke-1.

A. Dzajuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-3.

Aminah Abdullah Dahlan, Tarjamah Hadis Arba’in Annawawiah, (Bandung: Al Maa’arif, 1994), cet. Ke-35.

Abi Isa Bin Muhammad Bin Isa Bin Saurah, Al Jami Al Shahih Sunnah at Tirmidzi, (Beirut: Dar Al Fikr), Jilid 5.

Abu Husain Muslim bi Hajaji Kusairi Nasyabun, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1993, Jilid ke-1.

Benniger Carin et. All, Violence Againts Women, ( A Report, Swistzerland: OMCT, 1999).

Benyamin Y, Bria, Kekerasan Terhadap Perempuan dan Bagaimana Menyikapinya, (Jakarta: Yayasan Pustaka Nuastama, 2003), cet ke-1.

Badriyah Fayumi, Islam dan Masalah Kekerasan Perempuan, (Jakarta: Rahima, 2002), cet . ke-1.

Chaidir Ali, Filsafat Hukum, (Memories Book, Bandung 1972).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1988), Cet Ke -1.


(5)

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ictiar Baru Van Houve, 1994), cet . ke-3.

http://www.suara merdeka.com/harian/0503/17/nas04.htm, diakses pada 13 Maret 2010

H. Hasanuddin AF, Perdagangan Perermpuan dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Ahkam, V, 12, (Jakarta: 2003).

Ibnu Kasir, Tafsir Al-Qur’an Al-azhim, (Cairo: Darul Manar, 2002), Jilid ke- 3. Koalisi Perempuan Indonesia, Makalah Sosialisasi tentang Perdagangan Perempuan,

(Jakarta:t.t.).

Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Konsep Naskah Ademik Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (trafficking), (Jakarta : November, 2002).

Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia,( Jakarta : SGIFF-CDA, the Asia Foundation dan Yayasan TIFA, 2002). Cet. ke-1. LBH Apik, Perisai Perempuan: Kesepakatan Internasional untuk Perlindungan

Perempuan, (Yogyakarta: Yayasan Galang, 1999).

---, Waspadai Sindikat Perdagangan Anak Perempuan, (Jakarta : 2000), lembar info, seri 19.

Mulyono W. Kusumah (ed) Hukum dan Hak-hak Anak (Jakarta:CV. Rajawali, 1986). Mansoer Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, (Jakarta: Insist Press, 2003).

Moh. Yasir Alimi,et. all, Advokasi Hak-hak Perempuan Membela Hak Mewujudkan Perubahan, ( Jakarta : LKIS, 1999).

Nursyahbani Kartasungkana dan Mumtahanah, Kasus-kasus Hukum Kekerasan Terhadap Perempuan, (Jakarta: Galang Printika, 2002), cet. ke-1.

Publikasi Komnas Perempuan, Kekerasan dalam Pengalaman Perempuan Indonesia, (Jakarta : Mei 2001).


(6)

Ronny Kountur, Metode Penelitian (Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis), cet.II, (Jakarta: PPM, 2004).

R. Soesilo, KUHP : Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, (Bogor :Politea, 1996).

Ratna Batara Munti, Beberapa Kebijakan tentang Trafficking di Indonesia : Peluang dan Keterbatasan, Suara Apik, (Jakarta: 2002), edisi 20.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat), cet.IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995).

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: UI Press, 1986). Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. V, (Jakarta:

IND-HILL-CO, 2001).

Sari Dian Kartika,” Perdagangan Manusia Khususnya Perempuan dan Anak Dalam Tinjauan Hukum” ( makalah di sampaikan pada semiloka sehari Woman Trafficking dalam Perspektif Agama dan Budaya, Jakarta, 8 Agustus 2008).

Suryanto, bekerjanya Sindikat Perdagangan Anak Perempuan, (Jakarta : Child Trafficking News, 2002), edisi 11.

S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, (Jakarta: Al-Huda, 2004), cet. Ke-1. Sayid Sbiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar al-fikr, 1983), Jilid ke-2.

Undang-undang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1999, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001).