23
hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan sebagai organisasi bisnis untuk mendapatkan keuntungan laba. Namun demikian, dalam mencapai
tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan menaati ketentuan hukum yang berlaku. Upaya melanggar
hukum demi memperoleh laba harus ditentang sehingga perusahaan tidak menggunakan atau menghalalkan segala cara.
Perusahaan juga harus bertanggung jawab secara etis. Ini berarti sebuah perusahaan berkewajiban memperaktikan hal-hal yang baik dan benar
sesuai dengan nilai-nilai etis. Oleh karena itu, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat harus menjadi rujukan bagi perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya sehari-hari. Lebih dari itu, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab filantropis yang mensyaratkan agar perusahaan dapat
memberikan kontribusi kepada masyarakat, agar kualitas hidup masyarakat meningkat sejalan dengan operasi bisnis sebuah perusahaan.
16
2. Sejarah dan Perkembangan CSR Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika Serikat, yaitu pada zaman permulaan perkembangan perusahaan
besar di akhir abad ke-19. Saat itu, perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan
buruh dan prilaku lainnya yang menyalahi moral kemanusiaan. Ini menyebabkan protes masyarakat dan sebagai akibatnya pemerintah
melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah
16
Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia
Depok: Primedia, 2006, h. 14-15
24
tersebut. Fase kedua evolusi tanggung jawab sosial perusahaan tercetus pada tahun 1930-an yang diikuti gelombang resesi dunia secara besar-besaran yang
mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input
produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjanya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap
perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya.
17
Gema CSR semakin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan
mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa kalangan bahkan menyebutkan bahwa buku yang bertajuk Sosial
Responsibilities of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis
pada tahun 1953 merupakan literature awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Dan karna karyanya itu Bowen diganjar denagn sebutan Bapak
CSR.
18
suasana tidak puas masyarakat terhadap golongan pengusaha memuncak di tahun 1960-an yang melibatkan perjuangan konsumen yang
dipimpin oleh tokoh karismatik bernama Ralph Nader. Sejalan dengan bergulirnya wacana tentang keperdulian lingkungan,
kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta Community Development CD. Pada dasawarsa ini, terjadi
perpindahan penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif kearah sektor-sektor social. Latar belakang perpindahan ini adalah
17
Sadono Sukirno. dkk, Pengantar Bisnis, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 352.
18
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, h. 4.
25
kesadaran bahwa peningkatan produktivitas hanya akan dapat terjadi manakala variabel-variabel yang menahan orang miskin tetap miskin,
misalnya pendidikan dan kesehatan dapat dibantu dari luar. Berbagi program populis kemudian banyak dilakukan seperti seperti penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan, kesehatan, air bersih dan kegiatan lain. Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep
pilantropisnya kearah Community Development CD. Kegiatan kedermawanan berkembang kearah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa
1990-an adalah dasawarsa yang di awalai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil
society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi praktek CD. CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas
produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak.
19
Pada tataran global, tahun 2000 dibentuk Global Compact oleh sekjen PBB Kofi Anan. Tujuannya
adalah menyusun prilaku standar korporasi global. Ada 10 aturan Global Compact, mencakup soal HAM, bisnis harus menghormati HAM, standar
perburuhan, lingkunagn hidup dan anti korupsi. Gaung CSR makin bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Devlopment
WSSD tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan.
20
19
Ibid, h. 6.
20
Khudori, Korupsi dan Tanggung Jawab Sosial, dalam Amin Wijaya Tunggal, edisi ke- Corporate Social Responsibility Jakarta: Harvarindo, 2008, h. 165.
26
3. Dasar Hukum dan Prinsip-prinsip CSR Corporate Social Responsibility