37
Di Indonesia, kebiasaan perusahaan dalam meyumbang pada dasrnya tidak sepopuler dengan kebiasaan individu yang menjadi pemilik atau
eksekutif puncak perusahaan tertentu. Bahkan kadang kala sulit membedakan apakah sumbangan yang diberikan oleh perusahaan adalah sumbangan yang
secara sengaja dan terencana menjadi program perusahaan, atau justru karena program atau motivasi dari pemilik perusahaan.
31
6. Tahap Penerapan CSR Corporate Social Responsibility
a. Tahap perencanaan
Perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu: 1
Awareness building, merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen.
Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya dan lain-lain.
2 CSR assessement, merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif. 3
CSR manual building, penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan manual
31
Zaim Saidi Dan Hamid Abidin, Sumbangan Social Perusahaan ‘Profil Dan Pola Distribusinya Di Indonesia’: Survey 226 Perusahaan di 10 kota. cet. Ke-1 Jakarta: PRIAMEDIA,
2003, , h. 15
38
ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
32
Prinsip dasar yang bisa dijalankan pedoman untuk perencanaan CSR secara umum adalah:
33
1 Menetapkan visi
Penetapan visi ini merupakan langkah penting dalam penyusunan program CSR, karena visi merupakan gambaran dari sesuatu yang
ingin dicapai pada masa yang akan datang. Adapun visi yang dibuat meski ada dalam kordinator SMART, specific, measurable terukur,
achieveable dapat digapai, realistic masuk akal, dan time-bound alokasi waktu.
2 Memformulasikan misi
Misi mendeskripsikan alasan mengapa perusahaan melakukan program CSR. Misi mengembangkan harapan pada karyawan dan
mengkomunikasikan pandangan umum dari perusahaan. Misi menginformasikan tentang perusahaan dan apa yang dilakukan
perusahaan untuk program CSR. Misi merupakan cara untuk mendapatkan visi yang diinginkan.
3 Menetapkan tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari sebuah visi. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan dan
kapan akan diselesaikan.
32
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep Dan Aplikasi CSR, h. 127
33
Ibid, h. 133
39
4 Menetapakan kebijakan
Kebijakan perusahaan merupakan pedoman umum sebagai acuan pelaksanaan program CSR yang akan dijalankan. Kebijakan CSR pada
sebuah perusahaan meliputi: 1
CSR merupakan investasi sosial perusahaan 2
CSR merupakan strategi bisnis perusahaan 3
CSR merupakan upaya untuk memperoleh Licence To Operate perusahaan dari masyarakat
4 CSR merupakan bagian dari risk management
5 Merancang struktur organisasi
Pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang
menempatkan program CSR pada struktur eksisting, namun tidak sedikit pula yang membentuk sebuah struktur organisasi yang secara
khusus menangani program CSR, bahkan dibawah salah satu CEO atau direksi perusahaan tersebut. Hal ini tergantung dari:
a Komitmen manajemen
b Besar kecilnya dana atau kegiatan yang dikelola
c Harapan dan kebutuhan
Di samping itu ada juga perusahaan yang ingin mendayagunakan program CSR-nya dengan membentuk yayasan yang dikelola
sendiri di luar struktur organisasi.
40
6 Menyediakan SDM
Keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat dilepaskan dari peran SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan aset
perusahaan yang sangat berharga. Menilai aset SDM tidak cukup hanya menyebutkan jumlah karyawan, rincian jenjang pendidikan
karyawan dan lain-lain. Ada hal yang lebih penting dari hal tersebut yaitu, tingkat kualitas SDM.
Corporate Forum for Community Devlopment CFCD mengidentifikasi keterampilan pokok SDM yang perlu dimiliki pelaku
CSR diantaranya adalah:
34
a Keterampilan berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain
b Keterampilan bekerja dengan atau di dalam tim
c Keterampilan menyediakan sumber daya yang diperlukan
d Keterampilan memotivasi, membangun antusiasme dan
menggerakan orang e
Keterampilan mengelola konflik f
Keterampilan melakukan advokasi 7
Merencanakan program operasional Program CSR sedapat mungkin diupayakan pada:
a Program berbasis sumber daya local
b Program pemberdayaan masyarakat
c Mengutamakan program yang berkelanjutan
d Linked dengan core business perusahaan
34
Ibid, h. 136
41
8 Membagi wilayah
Agar lebih focus pada sasaran, perusahaan terlebih dulu membuat pembagian wilayah. Dasar pembagian wilayah ini sangat fleksibel,
bisa berdasarkan lokasi, dampak, jenis, ukuran dan dana yang disediakan perusahaan. Pembagian wilayah ini sangat membantu
perusahaan untuk menentukan prioritas program-program CSR. 9
Mengelola dana Implementasi program CSR sangat tergantung dari dana yang
disediakan oleh perusahaan. Program yang sangat bagus tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh pendanaan yang memadai.
Pengelolaan dana CSR pun harus dikelola dengan baik, karena tanpa pengelolaan yang baik dana besar sekalipun yang dialokasikan untuk
kegiatan CSR tidak akan memberikan benefit yang optimal.
35
b. Tahap implementasi
Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu: 1
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan
implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan
diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius
yang dapat dialami oleh unit penyelenggara.
35
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, h. 144
42
2 Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman CSR
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. 3
Internalisasi adalah tahap jangka panajang. Internalisasi mencangkup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses
bisnis perusahaan misalnya melalui manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.
Implementasi program CSR dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut:
36
1 Program sentralisasi
Perusahaan sebagai pelaksana atau penyelenggara utama kegiatan. Begitupun tempat, kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pada
peraktiknya, pelaksanaan kegiatan bisa bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainya sejauh memiliki
kesamaan visi dan tujuan. 2
Program desentalisasi Kegiatan CSR dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan
berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship.
3 Program kombinasi
Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program-program pemberdayaan masyarakat, dimana inisiatif, pendanaan maupun
pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries.
36
Ibid, h. 145
43
Untuk melakuakn program CSR perusahaan dapat memilih alternatif pengelolaan yaitu dengan melakukan self managing, artinya
perusahaan melakukan sendiri kegiatan-kegiatan CSR-nya dengan menugaskan beberapa karyawannya untuk menangani program CSR.
Alternative selanjutnya adalah melalui outsourching dimana perusahaan dapat meminta bantuan kepada pihak ketiga yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan kegiatan yang diprogramkan oleh perusahaan. Ada dua pola umum digunakan perusahaan dalam melakukan
kegiatan CSR secara self managing, yaitu pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan yang melakukan sendiri kedermawanannya secara langsung bisa membentuk sendiri unit pengelola pada struktur perusahaan atau
menggunakan corporate secretarypublic affair managerbiro humas. Pembentukan yayasan perusahaan dalam menjalankan kegiatan sosialnya
merupakan pengadopsian model yang lazim digunakan perusahaan- perusahaan di Negara maju.
Bagi perusahaan yang melakukan outsourhcing ada beberapa alternative pola yang bisa dilakukan. Pola pertama, bermitra dengan pihak
lain, misalnya lembaga professional, LSM, instansi pemerintah, universitas, dan media masa. Kedua, bergabung atau mendukung kegiatan
bersama baik yang berjangka pendek misalnya kepanitiaan atau berjangka panjang seperti konsorsium.
44
c. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan
CSR. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko
perusahaan. Fungsi evaluasi adalah membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam
implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang telah diberikan.
Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam program CSR:
37
1 Persiapan program atau kegiatan
2 Kemungkinan tidak lanjut, perluasan atau penghentian program
3 Kemungkinan modifikasi program
4 Temuan tentang dukungan masyarakat, kekuatan politik atau
kelompok profesi terhadap program 5
Temuan tentang hambatan program yang berasal dari masyarakat, kelompok politik atau profesi
6 Hasil program atau kegiatan
Untuk melihat sejauh mana program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk melakukannya. Ada dua indikator keberhasilan yang
dapat digunakan, yaitu:
37
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, h. 147
45
1 Indikator internal, hal ini dapat dilihat dari meminimalkan perselisihan
atau konflik, potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat, dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif,
asset perusahaan yang terdiri dari pemilik atau pimpinan perusahaan, karyawan, pabrik dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara
dengan aman, dan seluruh kegiatan perusahaan berjalan dengan aman dan lancar.
2 Indikator eksternal, hal ini dapat dilihat dari indikator ekonomi berupa
tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum, tingkat peninhgkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis dan tingkat
peningktan kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat dan tingkat kepuasan masyarakat.
d. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Khusus untuk praktik dan pelaporan CSR sejumlah institusi di Eropa sudah cukup lama
mengeluarkan pedomannya. Misalnya, the Accounting standards steering committee of the institute of charactered accountant di Inggris pada tahun
1975 mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk membuat pelaporan yang berisi informasi tentang aktifitas sosial dan lingkungannya.
Tahun 1990-an reporting ini mulai popular setelah stakeholders kian menuntut perusahaan tidak hanya membuat laporan yang berkaitan
dengan kinerja keuangannya, namun juga laporan yang informative
46
mengenai aktifitas perusahaan terkait dengan aspek sosial dan lingkungan. Maka terciptalah beragam cara perusahaan dalam membuat laporan.
Laporan-laporan tersebut umumnya berkaitan dengan informasi seputar aktifitas perusahaan dalam berinteraksi dan berkontribusi terhadap
masyarakat, ataupun menyajikan informasi seputar tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan definisi tanggung jawab sosial perusahaan yang
dirujuk. Umumnya mencakup seluruh aspek triple bottom line yang meliputi: aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek social.
Walaupun sukarela, sebaiknya perusahaan berusaha membuat laporan mengingat kalangan stakeholders kian melihat aktifitas CSR
sebagai barometer untuk menilai potensi berkelanjutan suatu perusahaan. Bila suatu perusahaan tidak mempunyai laporan tentang CSR,
dimungkinkan stakeholders menganggap perusahaan tersebut tidak melakukan tanggung jawab socialnya. Jadi sekalipun sukarela pelaporan
sangatlah bermanfaat untuk masa depan.
7. Teori Pendayagunaan Dana CSR Corporate Social Responsibility