penerima layanan recipients. Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah: Bila suatu program telah berhasil mencapai
tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut ? Berdasarkan pertanyaan ini seorang
evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai
dengan kemajuan suatu program berorientasi pada program = programme oriented ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari
klien berorientasi pada klien = client oriented.
8
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Program
Tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor yang dikutip oleh
Sudaryono bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “mengembangkan suatu
kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan”. Popham menyatakan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan yang
lebih baik”. Mehrens dan Lehmann mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membantu kita membuat keputusan”. Bahkan
jauh sebelumnya, Cronbach sudah secara tegas menyebutkan bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan”.
9
8
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001 h. 128-129.
9
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012 h. 50
Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan :
1 Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
2 Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program. 3
Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. 4
Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.
5 Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6
Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
7 Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola
kegiatan program secara lebih baik. 8
Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.
9 Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang
lebih luas.
10 Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena
memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
10
5. Indikator Evaluasi Program
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto
Adi, mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Indikator dibawah ini adalah sembilan indikator yang paling sering
digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan :
11
1 Indikator Ketersediaan Indicators of Availability. Indikator ini
melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benat ada. Misalnya, dalam suatu program pembangunan sosial
yang menyatakan bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani sepuluh rumah tangga, maka perlu di cek
apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada. 2
Indikator Relevansi Indicators of Relevance. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang
teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya, pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan di mana diperkenalkan
kompor teknologi terbaru, tetapi ternyata kompor tersebut
10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001 h. 127-128.
11
Ibid, h. 130-132.