Tabel 4.1. Latar Belakang Penerima Manfaat
.No. Nama Kasus
Usia Pendidikan
terakhir Status
1. A
Nama disamarkan
Pelecehan Seksual
14 Tahun 2 SMP
Titipan Kejaksaan
2. W
Nama disamarkan
Narkoba Ganja
16 Tahun 2 SD
Rujukan dari Lapas
Salemba
3. D
Nama disamarkan
Narkoba Ganja
16 Tahun 2 SMA
Rujukan dari Lapas
Salemba
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan penejelasan tentang latar belakang masalah dari A, A merupakan pelaku dari pelecehan seksual,
korbannya yaitu tetangganya sendiri yang ternyata pacar pelaku. A mengajak temannya juga beserta pacarnya kekost-kostannya yang sedang
sepi, selain itu juga Ibu A sedang pergi bekerja, sang korban memberikan tremadol kepada korban agar tidak sadarkan diri, setelah itu A
melancarkan aksinya, begitupun temannya. Setelah itu A berusaha menyuap pacarnya agar tidak dilaporkan kepada siapa pun dengan uang
sebesar Rp 2000. Lalu setelah beberapa hari kemudian, tiba-tiba teman A melaporkan kejadian tersebut. Kemudian A dipanggil oleh Pak RT untuk
mengakui perbuatannya, setelah itu A dibawa ke kantor Polisi. Yang kemudian dirujukan ke PSMP Handayani sambil menunggu putusan dari
kejaksaan untuk masa hukumannya. Berikut merupakan sampel kedua yaitu penerima manfaat W
merupakan pengguna narkoba jenis ganja, semua berawal dari
pergaulannya, pada saat itu temannya membawa temannya X, setelah X bergabung dengan pergaulan W, X mengajak teman-teman W untuk
pindah tempat, disana X menawakan W dengan teman-temannya untuk mencoba menghisap ganja yang telah ia bawa. Hal ini berlangsung sampai
3 kali, dan sampai pada akhirnya pergaulan W itu digerebek polisi, dan W dengan teman-temannya dibawa ke kantor Polisi, yang kemudian W
mendekam dibalik jeruji besi sampai 1 bulan lamanya. Hingga pada akhirnya W dirujukan ke PSMP Handayani untuk menjalani masa
rehabilitasi sosial. Berikut merupakan sampel ketiga yaitu penerima manfaat D, D
terjerat kasus sama dengan W yaitu sebagai pengguna narkoba jenis ganja, yang merupakan teman satu pergaulannya, karena teman pergaulannya
datang membawa temannya X, yang ternyata pengguna narkoba jenis ganja. X menawarkan ganja kepada D dan W bersama dengan teman-
teman yang lainnya, lalu D dan yang lainnya tergoda untuk mencoba ganja itu, setiap kali bergaul bersama X, pasti selalu menghisap ganja. setelah 3
kali nongkrong bersama X, kemudian polisi datang menggerebek pergaulannya itu. Lalu D bersama teman-teman lainnya dibawa ke Kantor
Polisi hingga pada akhirnya mendekam dibelik jeruji besi di Lapas Salemba. Setelah D mendekam dibalik jeruji selama 1 bulan, D akhirnya
dirujukan ke PSMP Handayani untuk direhabilitasi agar D tidak mengulangi perbuatannya menggunakan ganja.
b. Staff
Para staff memiliki latar belakang pendidikan yang bermacam- macam, seperti S2 Kesejahteraan Sosial, S1 Kesejahteraan Sosial, S2
Psikologi, S1 Psikologi, SMPS Sekolah Menengah Pekerja Sosial. Dengan berbagai macam latar pendidikan tersebut para staff yang terdiri
dari dua belas orang Pekerja Sosial berperan sebagai menejer kasus dan pembimbing mental yang memberikan siraman rohani, satu orang Dokter
memberikan pelayanan kesehatan, dua orang Psikolog memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu terdapat pembimbing keterampilan
yang membantu untuk mengasah potensi yang ada pada diri penerima manfaat. Rumah Antara juga memiliki pihak keamanan atau Security
untuk menjaga penerima manfaat agar tidak melarikan diri.
Para staff yang terlibat dalam pelaksanaan program di Rumah Antara telah mendapatkan pelatihan seputar rehabilitasi sosial untuk anak
berhadapan dengan hukum. Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Pekerja Sosial, Ibu Sri,
“Sebelum dijalankannya program Rumah Antara, semua Pekerja Sosial diberikan pelatihan dulu, seputar kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan di Rumah Antara .”
4
Dalam melaksanakan program Rumah Antara ini jadwal untuk Pekerja Sosial dan Psikologi, yaitu sejak pukul 08.00 pagi hingga 16.00.
Akan tetapi, tidak semua dua belas Pekerja Sosial turun langsung untuk menjalankan program Rumah Antara, melainkan setiap Pekerja Sosial
memliki shift waktunya tersendiri. Waktu pelayanan kesehatan yang
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014
diberikan Dokter hanya seminggu sekali karena status Dokter yang masih honorer. Setelah memasuki jam sore sekitar pukul 16.00, pihak keamanan
akan berganti menjaga Rumah Antara hingga pukul 08.00. Jumlah maksimal penerima manfaat yang dapat ditampung di Rumah Antara
sebanyak 10 anak.
Tabel 4.2. Kelompok Jabatan Fungsional
No. Nama
Pendidikan Tugas
1 Sri Musfiah
S2 Kesejahteraan
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Memberikan Terapi Psikososial
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 4.
Memberikan kegiatan mental
5. Melakukan Konseling
2 Amelia Rosalina
S2 Kesejahteraan
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Memberikan Terapi Psikososial
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 4.
Memberikan kegiatan bimbingan mental
5. Melakukan Konseling
3 Saraswati
SGPLB Sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa
1. Melakukan
intake proses
2. Melakukan konseling
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial
4 Sudirman
SMPS Sekolah
Menengah Pekerja
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Memberikan kegiatan bimbingan mental
3. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 4.
Melakukan konseling 5
Sudiyana S1
Kesejahteraan Sosial
1. Melakukan
intake proses
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 3.
Melakukan Konseling 6
Tuti Nurhayati S1
Kesejahteraan Sosial
1. Melakukan
intake proses
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 3.
Melakukan konseling 7
Gunawan S1 Pendidikan
1. Melakukan
intake proses
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 3.
Melakukan konseling 8
Lentina SMPS
Sekolah Menengah
Pekerja Sosial
1. Melakukan
intake proses
2. Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 3.
Memberikan kegiatan mental
4. Memberikan relaksasi
5. Melakukan konseling
9 Maria Yosepa
S1 Kesejahteraan
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Memberikan kegiatan
bimbingan sosial 3.
Memberikan kegiatan bimbingan mental
4. Memberikan Terapi
Psikososial 5.
Melakukan konseling 10
Sarwiji S1 Perkantoran
1. Melakukan
intake proses
2. Melakukan
Terapi Vokasional
3. Melakukan konseling
11 Larasati
S1 Kesejahteraan
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Memberikan kegiatan bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
12 Arifin
SMPS Sekolah
Menengah Pekerja
Sosial 1.
Melakukan intake
proses 2.
Melakukan kegiatan bimbingan sosial
3. Melakukan konseling
c. Program
Unsur terakhir dari dalam evaluasi input adalah Program. Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan
kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.
1 Tujuan Program Terapi Psikososial
Terapi Psikososial adalah bentuk praktek psikoterapik yang mengkombinasikan pengetahuan psiko-sosial tentang manusia dan
perilaku sosial, keterampilan berhubungan dengan individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Tujuan Program Terapi Psikososial, yaitu untuk membantu orang merubah kepribadian, perilaku atau situasi agar dapat berkontribusi
terhadap pencapaian kepuasaan, pemenuhan keberfungsian manusia dalam kerangka nilai-nilai dan tujuan orang tersebut cserta tersedianya
sumber-sumber dalam masyarakat. Penyebab utama anak bisa terjerat kasus hukum penggunaan
narkoba, pelecehan seksual, dll. karena tidak adanya pribadi atau pendirian yang kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif. Peneliti
menyimpulkan bahwa penerima manfaat yang berada di Rumah Antara tidak memiliki pendirian yang teguh.
Tujuan program ini dapat dilaksanakan dengan melakukan assesmen untuk mengungkap dan memahami latar belakang masalah
anak, setelah itu merumuskan intervensi pelayanan rehabilitasi untuk masing-masing penerima manfaat. Rencana intervensi diberikan sesuai
dengan karakteristik masing-masing Penerima manfaat dan berdasarkan tingkat kedalaman masalah, yang dilakukan oleh Pekerja Sosial.
Rumah Antara mempunyai program Terapi seperti Terapi Psikososial, Terapi Mix Farming, Terapi Olahraga, Terapi Role Model,
dan Terapi Vokasional. Namun dalam memberikan Terapi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat, tetapi yang terpenting
yaitu Terapi Psikososial. Di dalam Terapi Psikososial itu sendiri terdapat beberapa terapi-terapi yang akan membantu untuk mencapai
tujuan Terapi Psikososial, seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction, Terapi Realita, Terapi Kognitif, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi
Emotional Freedom. Yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan Penerima manfaat.
Selain memberikan terapi, ada juga bimbingan mental, bimbingan sosial, dan kegiatan membersihkan halaman hingga mencuci pakaian
sendiri yang tujuannya untuk melatih disiplin dan kemandirian penerima manfaat.
2 Prosedur Program Terapi Psikososial
Penerima manfaat akan menerima Terapi Psikososial, dengan mengetahui gambaran kondisi emosi, psikologis, dan sosial penerima
manfaat terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dengan cara wawancara dan dengan cara penerima manfaat melakukan kegiatan di Rumah
Antara, agar tepat dalam memberikan Terapi Psikososial kepada penerima manfaat. Karena ada beberapa terapi di dalam Terapi
Psikososial seperti Terapi Chatarsis atau Abreaction, Terapi Kognitif, Terapi Realita, Terapi Sharing Feeling, dan Terapi Emotional Freedom.
Seperti contohnya pada sampel penerima manfaat yaitu A,W, dan R. Mereka melewati prosedur ini terlebih dahulu. Berikut pelaksanaan
Terapi Psikososial:
1 Gambaran awal kondisi Penerima manfaat Klien A
a. Kondisi Emosi
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria selaku Pekerja sosial yang menangani A :
“Kondisi emosi A pada saat awal masuk belum stabil, itu terlihat dari A yang sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang
ditetapkan di Rumah Antara, kayak kurve membersihkan halaman, mungkin karena latar belakang keluarganya yang
sudah cerai ya, dan ibunya menikah lagi dengan pria lain, menurut saya itu suatu bentuk pemberontakan dari A, karena
mungkin A merasa tidak terima atas perceraian orang tuanya. Lalu juga A selalu perhatian dengan orang-orang dengan
tingkahnya. Lalu A juga seorang anak pembohong besar
.”
5
Kondisi emosi A belum bisa dikatakan stabil, karena A masih bertindak dengan kemauannya sendiri, itu terlihat dari A
yang tidak mau mengikuti aturan-aturan di Rumah Antara. Pekerja Sosial juga menuturkan bahwa A merupakan anak yang
manja, kemauan A selalu dipenuhi oleh Ibunya seperti uang jajan A selalu diberikan sesuai permintaan A.
b. Kondisi pola pikir
Menurut Ibu Maria kondisi pola pikir A : “Untuk pola pikirnya juga belum matang ya, karena A belum
bisa bedain mana yang baik dan buruk ya, masih mengikuti dengan apa yang dia senangi saja tanpa memikirkan dampak
buruknya.
”
6
A tidak mempunyai pendirian yang kuat seperti mudah terpengaruh oleh ajakan negatif temannya merokok dan
menggunakan obat terlarang jenis tremadol. Lalu berdasarkan hasil tes psikologis yang telah dilakukan
oleh psikolog hasil untuk A yaitu skor kecerdasan A 83 sehingga A kurang tanggap dalam menerima pelajaran, dan A mudah
menyerah di dalam melihat tantangan. Hasrat untuk melakukan
5
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
seksnya sudah melebihi usianya, yang dilatar belakangi menonton video porno.
c. Kondisi sosial
A cukup mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mampu bersosialiasi dengan baik.
2 Gambaran awal kondisi Penerima manfaat W
a. Kondisi emosi
Kondisi awal emosi W yaitu masih belum stabil, seperti W masih terlihat murung dan jika berjalan suka menunduk, yang
mungkin saja perasaan tertekan W ketika pada saat dipenjara masih terbawa. W sulit untuk diatur, tidak mengikuti jadwal yang
sudah diberikan di Rumah Antara, W juga sulit mengontrol amarahnya, dan menurut pengakuan dari W, W pernah memukul
temannya karena tidak melakukan bersih-bersih. W merupakan anak yang manja, karena W adalah anak terakhir dan
mendapatkan perlakuan khusus dari orang tuanya, seperti W tidak pernah dimarahi jika berbuat salah.
b. Kondisi pola pikir
Pola pikir W masih belum dikatakan matang, karena W tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk
dirinya, W masih belum memahami konsep benar dan salah. Lalu untuk tes psikologisnya, skor untuk kecerdasan W yaitu 51
dibawah rata-rata, sehingga W tidak cukup mampu untuk menerima pelajaran yang diterima di kelas keterampilan maupun
kelas bimbingan sosial. W juga tidak mempunyai pendirian yang kuat untuk menolak ajakan teman yang negatif, seperti merokok
sampai menggunakan narkoba. c.
Kondisi sosial W cukup cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, untuk
bersosialisasi W terlihat tidak kaku dengan teman-teman di Rumah Antara, karena teman-teman di Rumah Antaranya yaitu
teman-temannya sewaktu W berada di Lapas.
3 Gambaran awal kondisi Penerima manfaat D
a. Kondisi emosi
Kondisi emosi D pada awal masuk Rumah Antara, masih belum stabil, terlihat murung, karena masih terbayang suasana
ketika D mendekam di balik jeruji besi. D juga sulit untuk mengontrol emosinya seperti mudah marah dan mengeluarkan
kata-kata yang kasar kepada penerima manfaat lainnya. b.
Kondisi pola pikir Kondisi pola pikir D juga masih belum matang, belum bisa
membedakan mana yang baik dan buruk, seperti D tidak dapat mengetahui bahayanya menggunakan narkoba. Untuk hasil tes
psikologisnya, skor D yaitu 90 yang cukup tanggap dalam menerima informasi seperti pelajaran. Namun D tidak dapat
memikirkan dampak selanjutnya atas perbuatan atas tindakan yang dilakukannya
c. Kondisi sosial
D tidak cukup baik dalam bersosialisasi seperti tidak banyak bicara pada awal masuk, D masih terlihat pendiam.
7
Berdasarkan pembahasan evaluasi input di atas bahwa ketiga unsur-unsur penilaian dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa
program dapat dinilai relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk dapat diterima di PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan
hukum harus berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun masyarakat. Pemberian terapi disesuaikan dengan kebutuhan penerima
manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah diberikan pelatihan untuk menjalankan program di Rumah Antara dan sebagian besar didukung
oleh Profesi Pekerja Sosial. Namun walaupun didukung oleh Peodesi Pekerja Sosial, tidak semua Pekerja Sosial menerapkan Terapi Psikososial kepada
penerima manfaat, hanya melakukan konseling saja. Jadi dalam merubah kepribadian penerima manfaat tidak maksimal. Program-program yang yang
ada di Rumah Antara dapat dikatakan relevan karena program yang diberikan penerima manfaat sudah tepat seperti adanya Terapi Psikososial yang dapat
merubah kepribadian penerima manfaat lebih baik seperti pendirian yang kuat agar tidak mudah terjerumus ke hal-hal negatif seperti menggunakan narkoba
atau melakukan pelecehan seksual.
2. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses, menurut Pietrzak, et.al memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf
7
Pengamatan pribadi pada tanggal 18 Juni 2014
„terdepan’ line staff yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan objektif program.
8
a Efesiensi Program Terapi Psikososial
Indicator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat guna, atau
tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.
9
1 Layanan Pemberian Terapi Psikososial
Menurut wawancara dengan Koordinator Pekerja sosial “dalam memberikan layanan Terapi Psikososial ini disesuaikan dengan
kondisi penerima manfaat apakah sedang dalam kondisi mood yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat
”
10
. Seperti pada sampel peneliti yaitu :
a. Penerima manfaat A
Penerima manfaat A mendapatkan terapi kognitif dan realita sewaktu di Rumah Antara, dalam pelaksanaan terapi ini
dilakukan secara face to face oleh Ibu Maria pada saat konseling. Jadi, Ibu Maria menyelipkan Terapi Kognitif dan Terapi Realita
didalam konselingnya, pada saat konseling Ibu Maria memberikan pengetahuan tentang bahaya seks di luar nikah. Kemudian pada
saat memberikan terapi kognitif ini beliau menceritakan kisah- kisah yang dapat memotivasi dan merubah pola pikir A menjadi
lebih baik, seperti memahami seks untuk diusianya ini sangat dilarang, dan perilaku ini salah. Selain itu juga agar A memiliki
8
Bab II. H. 23
9
Bab II. H. 28.
10
Wawancara dengan Ibu Sri pada tanggal 14 Mei 2014
pendirian yang kuat, karena A sangat mudah terpengaruh oleh teman-temannya. A tidak bisa membedakan mana yang baik dan
buruk, dan tidak memikirkan dampak selanjutnya atas tindakan yang dilakukannya.
b. Penerima manfaat W
Pada saat penerima manfaat W di Rumah Antara, W mendapatkan Terapi Kognitif dan Sharing feeling yang dilakukan
bersama-sama dengan penerima manfaat lainnya yang berada di Rumah Antara yang dilakukan oleh Ibu Sri selaku Koordinator
Pekerja Sosial. Pada saat pelaksanaan Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan,
Terapi Kognitif dilakukan dengan menonton DVD yang menayangkan film-film menginspirasi penerima manfaat agar
keluar dari rasa keterpurukan atau perasaan bersalahnya, karena rasa perasaan bersalah yang mendalam pada diri penerima manfaat
akan menghambatnya dalam berubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Kemudian Terapi Sharing Feeling dilakukan bersamaan
juga dengan penerima manfaat lainnya, dalam pelaksanaannya Terapi ini, semua penerima manfaat diminta untuk menceritakan
kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat itu dan diiringi dengan menceritakan perasaannya. Setelah itu Ibu Sri memberikan
bimbingan rohani berupa ceramah, agar penerima manfaat mampu berinstropeksi diri, kemudian penerima manfaat diminta untuk
menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan penerima manfaat
lainnya. Agar penerima manfaat lainnya dapat terinspirasi dan termotivasi dengan kelebihan penerima manfaat lainnya, contohnya
seperti mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Antara dengan giat. Selain mendapatkan Terapi Psikososial, W juga
diberikan Terapi
Vokasional, yaitu
kegiatan bimbingan
keterampilan, namun dalam pelaksanaannya, W tidak cepat tanggap untuk menerima informasi yang bersifat teoritis seperti
kelas otomotif, dan kelas pendingin AC. W selalu tertinggal dalam menangkap informasi karena W tidak mencatat perkataan
yang disampaikan oleh instruktur, hal ini juga disebabkan karena W tidak bisa menulis. W putus sekolah sejak kelas 2 SD dan tidak
naik kelas hingga 3 kali yang akhirnya diberhentikan oleh orang tuanya.
c. Penerima manfaat D
Penerima manfaat D mendapatkan Terapi Psikososial pada saat D di Rumah Antara, Ibu Sri selaku Koordinator Pekerja Sosial
memberikan Terapi Kognitif dan Terapi Sharing Feeling. Dalam pelaksanaan Terapi Kognitif diberikan dengan cara menonton DVD
yang menayangkan film-film menginspirasi bagi anak yang sedang merasa terpukul atau bersalah atas perbuatannya agar mampu
kembali bangkit dari perasaan bersalahnya, selain itu agar penerima manfaat mampu memahami konsep salah benar seperti
menggunakan narkoba itu salah, dan agar anak mampu berpikir ssebelum bertindak. Terapi Sharing Feeling dilakukan dengan cara,
mengumpulkan semua penerima manfaat yang berada di Rumah Antara untuk menceritakan kegiatannya hari ini dengan diiringi
menceritakan bagaimana
perasaannya setelah
melakukan kegiatannya itu. Beliau juga memberikan siraman rohani dengan
bentuk ceramah, agar penerima manfaat dapat berinstropeksi diri dan tidak terlalu menanam perasaan bersalahnya terlalu dalam, lalu
menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga. Dalam pembahasan evaluasi proses yang menggunakan
indikator efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial dalam menjalankan aktivitasnya dinilai sudah tepat guna efisien,
dengan tidak melakukan pemborosan sumber daya. Selain itu, juga dalam pelaksanaan Terapi Psikososial disesuaikan dengan
kebutuhan penerima manfaat dan kondisi mood yang baik pada penerima manfaat, sehingga penerima manfaat dalam melakukan
Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan tertekan dan tidak terpaksa.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil, menurut Pietrzak, at.al diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak overall impact dari suatu program terhadap penerima
layanan recipients.
11
a Indikator dampak
Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.
12
11
Bab II H. 23-24
12
Bab II, H. 29
Berikut adalah hasil dari Terapi Psikososial pada penerima manfaat :
Tabel 4.3. Hasil dari kegiatan Terapi Psikososial
No. Nama Terapi yang diberikan
Proses Perubahan yang terjadi Hasil
1 A
Terapi Kognitif
dan Terapi Realita
Terjadi perubahan yang lebih baik pada A seperti pada pola
pikir, emosi,
perilaku, pembebasan tekanan
2 W
Terapi Kognitif
dan Terapi Sharing Feeling
Terjadi perubahan yang lebih baik pada W seperti pada pola
pikir, emosi, perilaku, dan pembebasan tekanan
3 D
Terapi Kognitif
dan Terapi Sharing Feeling
Terjadi perubahan yang lebih baik pada D seperti pola pikir,
emosi, perilaku,
dan pembebasan tekanan
1. Hasil Terapi Psikososial Penerima manfaat A
Pada awal A masuk ke Rumah Antara pada bulan November 2013, A menjalani program di Rumah Antara selama empat bulan, yang
kemudian di masukan ke dalam asrama untuk menjalani proses rehabilitasi sosial selanjutnya, hal ini disebabkan pada proses assesmen
penggalian masalah, A sulit sekali untuk mengakui perbuatannya dan A juga sulit untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku di Rumah Antara
seperti mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan membersihkan halaman dan isi Rumah Antara.
1 Cognitive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria
mengenai pola pikir bahwa :
“pola pikir A sudah berubah menjadi lebih baik, seperti A sudah mengetahui bahwa hubungan seks yang dilakukan diluar nikah
tidak boleh dilakukan atau tidak baik, dan hasrat untuk melakukan seks juga sudah berkurang, itu karena sekarang saya suruh untuk
olahraga seperti bermain sepak bola atau futsal, kegiatan olahraga ini bertujuan sebagai bentuk pengalihan agar A tidak mempunyai
waktu untuk memikirkan hal-hal yang dapat memicu melakukan pelecehan ....
.”
13
Kondisi pola pikir A sudah lebih baik dari sebelumnya, hasrat untuk melakukan seksnya sudah berkurang, karena A
diberikan waktu luang untuk berolahraga sepak bola atau futsal, agar hormon yang sedang bergejolak pada diri A tersalurkan dengan
positif. Akan tetapi tetap dalam pengawasan dari Pekerja Sosial. 2
Emotive change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria tentang emosi A bahwa :
“.... untuk kondisi emosi A sudah cukup stabil, terlihat dari A sudah mulai bisa diatur dan mengikuti aturan-aturan yang ada di
Panti, A juga mempunyai motivasi untuk merubah perilaku malasnya, selain itu juga A berjanji untuk tidak melakukan
pelecehan lagi, dan mampu mengontrol hasrat seksnya itu
”
14
Kondisi emosi A dapat dikatakan stabil, hal ini terlihat dari A sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan di Panti dengan baik,
seperti mengikuti kegiatan belajar di sekolahh tanpa membolos, melakukan kegiatan bersih-bersih di asrama. Namun A terkadang
terlihat murung, yang dikarenakan ingin pulang kerumah. 3
Behaviour change, berdasarkan wawancara dengan Ibu Maria mengenai perubahan perilaku bahwa :
“perubahan perilaku A sudah mulai tampak dari sifat pembohongnya mulai berkurang, lalu dari segi disiplin dan
mandiri seperti mengerjakan kurvebersih-bersih halaman,
13
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
14
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
mencuci pakaiannya sendiri. Biar perubahannya tidak begitu drastis, tapi minimal ada perubahan po
sitif dari A.”
15
Perubahan perilaku pada A sudah berubah ke arah yang positif, seperti A sudah mandiri dan disiplin, selain itu juga A sudah
menghilangkan kebiasaan berbohongnya sedikit demi sedikit. 4
Environmental change, salah satu penyebab A bisa melakukan pelecehan seksual yaitu faktor lingkungan karena terpengaruh oleh
teman-teman yang lebih dewasa dari A dan kurangnya pengawasan dari Ibu A. yang diharapkan A tidak kembali untuk melakukan
pelecehan seksual. 5
Relief from suffering, berdasarkan hasil wawancara dengan A, A pernah mengalami trauma pada saat proses penangkapan, menurut
pengakuan A untuk pertama kalinya ia merasakan tangan dan kaki diborgol oleh polisi, terlebih lagi A harus mendekam di balik jerugi
untuk beberapa waktu. Hal itu membuat A merasa tidak nyaman dan takut, walaupun A tidak mengalami kekerasan.
“Takut bang, apalagi pas dikantor polisi, tangan sama kaki saya diborgol di ruangan PAS namanya, baru ngerasain gitu rasanya
diborgol, ngga mau lagi dah bang ….”
16
Namun setelah A sampai di pindahkan ke PSMP Handayani untuk mendapatkan rehabilitasi sosial, trauma yang ada pada A
sudah mulai hilang. “… tapi pas nyampe sini sih udah enggak takut
lagi si bang.”
17
15
Wawancara pribadi dengan Ibu Maria pada tanggal 19 Mei 2014
16
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014
17
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 21 Mei 2014
2. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat W
Pada awal W masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan W keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, W menjalani
kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti W mengikuti kegiatan bimbingan mental, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan.
1 Cognitive change, untuk perubahan pola pikir berdasarkan
wawancara dengan W : “.... saya jadi tau si bang kalo ganja itu berbahaya, saya juga
enggak mau make itu lagi, lagian saya juga takut masuk penjara lagi, enggak enak banget bang rasanya.”
18
W merasakan perubahan dalam dirinya dari segi pola pikirnya, W sudah mengetahui bahwa Narkoba itu sangat berbahaya
bagi tubuh, kemudian W juga mempunyai rencana hidup kedepannya yaitu ingin menjadi orang sukses dan membanggakan orang tuanya.
2 Emotive change, untuk perubahan emosi W menurut Ibu Lentina :
“...... kondisi emosi W untuk saat ini sudah cukup stabil ya, terlihat dari W sudah bisa diatur, enggak kayak pas awal masuk
sini. Kalau disuruh tuh cuma iya iya aja tapi enggak dilakuin. Si W juga kalau sekarang udah ada keinginan untuk berubah, kayak
dikurangin nongkrongnya, enggak mau make narkoba lagi.
”
19
Emosi W dapat dikatakan stabil oleh Ibu Lentina, hal ini terlihat W sudah dapat mengontrol dirinya untuk tidak memukul
temannya, dan W sudah bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada seperti
mengikuti kegiatan
bimbingan sosial,
bimbingan keterampilan, dan konseling dengan Pekerja Sosial.
18
Wawancara pribadi dengan A pada tanggal 17 Juni 2014
19
Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014
3 Behaviour change, menurut Babeh sebagai pengasuh W yang
kesehariannya melihat aktivitas di asrama menyatakan bahwa : “Perilaku W semenjak di asrama sih baik-baik aja ya, enggak
pernah buat ulah. Anaknya juga enggak macem-macem sih, kalau waktunya bersih-bersih langsung dikerjain, ya paling pas awal-
awal masuk asrama masih suka ngompol sih kayak anak kecil. Tapi setelah beberapa minggu udah mulai ilang kebiasaan
ngompolnya, soalnya selalu saya ingetin kalau mau tidur buang
air kecil dulu.”
20
Menurut Ibu Lentina yang menyatakan bahwa perubahan perilaku W sudah mulai tampak seperti
“jadi lebih mandiri dan disiplin, dan W juga sudah berjanji untuk tidak menggunakan
narkoba lagi ”
21
. Hal ini terlihat dari W yang sudah rajin membersihkan halaman asrama, dan mencuci pakaian sendiri, tidak
seperti W pada saat awal masuk Rumah Antara. 4
Environmental change, penyebab utama kasus W yaitu dari pergaulannya, karena dari pergaulannya W jadi bisa merokok hingga
pada akhirnya menggunakan ganja, yang dipengaruhi oleh teman- temannya. Tetapi ketika W berada di Panti, yang diharapkan W jauh
dari pengaruh buruk teman-temannya seperti merokok dan menggunakan kembali ganja. Karena dilingkungan Panti semua
penerima manfaat akan belajar bagaimana agar anak tidak kembali melakukan penyimpangan perilaku seperti menggunakan narkoba,
pelecehan seksual, dan lain-lain. 5
Relief from suffering, berdasarkan wawancara dengan W, menurut pengakuan W mengenai pembebasan dari tekanan, W menyatakan :
20
Wawancara pribadi dengan Babeh pada tanggal 8 Agustus 2014
21
Wawancara pribadi dengan Ibu Lentina pada tanggal 11 Agustus 2014
“Takut banget bang, saya jadi takut sama polisi bang, saya juga enggak mau masuk penjara lagi bang, enggak enak banget, tidur
aja susah. Saya keingetan sama orang rumah mulu bang. Tapi pas udah sampe sini si udah ilang bang takutnya.
”
22
Dari pengakuan W, terlihat sudah tidak ada trauma yang melekat pada diri W, kondisi dan suasana yang ada di Panti yang
membuat W merasa hilang akan traumanya, karena W tidak merasa tertekan selama berada di Panti.
3. Hasil Terapi Psikososial pada penerima manfaat D
Pada awal D masuk ke Rumah Antara pada bulan Juni 2014, dan D keluar dari Rumah Antara pada bulan Juli, D menjalani
kegiatan di Rumah Antara dengan baik seperti mengikuti bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, dan melakukan
kegiatan bersih-bersih halaman dan isi Rumah Antara. 1
Cognitive change, untuk perubahan pola pikir D setelah diberikan Terapi Kognitif, D jadi tahu jika penggunaan Narkoba sangat
berbahaya tubuh. Menurut pengakuan D menyatakan bahwa “iya
bang saya tau kok sekarang kalo ganja itu bahaya, saya enggak tau sebelumnya, abisnya enak si bang rasanya, ngefly gitu.
”
23
2 Emotive change, kondisi emosi D untuk saat ini sudah cukup stabil,
karena D sudah bisa mengikuti aturan-aturan dengan baik seperti, mengikuti kegiatan apel pagi, kegiatan bimbingan sosial, dan
bimbingan keterampilan.
22
Wawancara pribadi dengan W 17 Juni 2014
23
Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014
3 Behaviour change, perubahan perilaku D sudah ditunjukkan pada
ketika D masih berada di Rumah Antara, D merupakan anak yang mandiri dan disiplin, seperti D dapat mencuci pakaiannya sendiri dan
D rajin membersihkan halaman Rumah Antara tanpa disuruh oleh petugas Rumah Antara.
4 Environmental change, perubahan lingkungan ini dapat memotivasi
D untuk tidak kembali sebagai pengguna narkoba jenis ganja. Karena D akan disibukkan waktunya dengan melakukan kegiatan
yang cukup padat, sebagai bentuk pengalihan agar D tidak dapat memiliki waktu luang yang banyak.
5 Relief from suffering, menurut pengakuan D mengenai pembebasan
tekanan : “...... waktu awal-awal masuk masih kebayang-bayang
waktu dipenjara si bang, tapi pas disini lama- lama ilang si bang.”
24
Dari pernyataan D, terlihat bahwa D sudah terbebas dari tekanan yang pernah ia dapatkan ketika D berada di penjara. D
merasa aman dan nyaman ketika sudah berada di Panti. Berdasarkan pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator
dampak, hasil menunjukkan bahwa program, sudah berdampak positif bagi penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima manfaat
keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam asrama reguler, dampak positif yang dirasakan penerima manfaat hanya
bersifat sementara, contohnya pada penerima manfaat A, setelah keluar dari Rumah Antara terjadi pelanggaran yang ia lakukan seperti membolos sekolah,
24
Wawancara pribadi dengan D pada tanggal 18 Juni 2014
tidak melakukan bersih-bersih ketika di asrama, dan pernah melakukan pelecehan kepada penerima manfaat lainnya. Selain itu sering terjadi kasus
melarikan diri, seperti pada penerima manfaat D dan W. D melarikan diri pada bulan Juli, beberapa hari kemudian pihak Panti mendapatkan kabar dari
orang tua D bahwa D sedang ada di rumah, kemudian esok harinya D kembali ditempatkan di Rumah Antara lagi dan menjalani kegiatan di Rumah Antara
seperti pada awal masuk. Kemudian untuk penerima manfaat W juga melarikan pada bulan Agustus, bertepatan pada saat peneliti ingin melakukan
terminasi pada penerima manfaat.
Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Program Terapi Psikososial
Indikator Relevan Indikator Efisien
Indikator Dampak Evaluasi
Input Indikator
input terdiri dari klien,
staff, dan program. Dapat
dikatakan relevan :
1. Klien yang dapat
diterima di
Rumah Antara
hanya anak
berhadapan dengan
hukum yang merupakan
rujukan dari
Lapas, Masyarakat atau
titipan Kejaksaan.
2. Staff,
yang memberikan
pelayanan rehabilitasi sosial
di Rumah Antara yaitu
Pekerja Sosial yang sudah
mendapatkan -
-
-
pelatihan sebelumnya dan
mayoritas memiliki
latar belakang
Kesejahteraan Sosial.
3. Program
yang diberikan
sudah tepat yaitu Terapi
Psikososial, karena
Terapi Psikososial
bertujuan untuk
merubah kepribadian
seseorang menjadi
lebih baik
Evaluasi Proses
- Evaluasi proses dapat
dikatakan efisien
karena pada
pelaksanaannya tidak melakukan
pemborosan sumber
daya manusia,
dan pada
saat mau
melakukan Terapi
Psikososial melihat
kondisi mood yang baik pada penerima
manfaat agar dalam melaksanakan Terapi
Psikososial
tidak dalam
keadaan tertekan atau terpaksa.
-
Evaluasi Hasil
- -
Hasil dari
Terapi Psikososial
yaitu perubahan pola pikir
menjadi matang,
perubahan emosi
menjadi stabil,
perubahan perilaku
menjadi baik,
perubahan lingkungan dan pembebasan dari
tekanan. Dari hasil tersebut
berdampak
positif bagi penerima manfaat
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil evaluasi yang peneliti lakukan dan saran atau masukan untuk lembaga
A. Kesimpulan
1. Hasil Evaluasi Program Terapi Psikosoial di Rumah Antara
a. Evaluasi Input
Hasil pembahasan evaluasi input, bahwa ketiga unsur-unsur penilaian dalam evaluasi input sudah menunjukkan bahwa program dapat dinilai
relevan. Hal tersebut dapat dinilai dari kriteria untuk dapat diterima di PSMP Handayani, yaitu anak yang berhadapan dengan hukum yang
berasal dari rujukan Lapas atau titipan dari Kejaksaan maupun masyarakat. Pemberian terapi di Rumah Antara disesuaikan dengan
kebutuhan penerima manfaat. Selain itu, sebelumnya Pekerja Sosial telah diberikan pelatihan untuk menjalankan program di Rumah Antara.
b. Evaluasi Proses
Hasil pembahasan evaluasi proses yang menggunakan indikator efisiensi. Menurut peneliti kegiatan Terapi Psikososial dalam menjalankan
aktivitasnya dinilai sudah tepat guna efisien, dengan tidak melakukan pemborosan sumber daya. Selain itu, juga dalam pelaksanaan Terapi
Psikososial disesuaikan dengan kebutuhan penerima manfaat dan kondisi
mood yang baik pada penerima manfaat, sehingga penerima manfaat dalam melakukan Terapi Psikososial tepat sasaran, tidak dalam keadaan
tertekan dan tidak terpaksa. c.
Evaluasi Outcomes Hasil pembahasan evaluasi hasil yang menggunakan indikator
dampak, hasil menunjukkan bahwa progra, sudah berdampak positif bagi penerima manfaat. Akan tetapi, terdapat kelemahan setelah penerima
manfaat keluar dari Rumah Antara, yaitu pada saat penerima manfaat masuk ke dalam asrama reguler, sering terjadi kasus melarikan diri, seperti
pada penerima manfaat D dan W.
B. Saran
1. Untuk semua Pekerja Sosial agar menerapkan Terapi Psikososial di Rumah
Antara, karena tidak semua Pekerja Sosial menjalankan Terapi Psikososial, hanya melakukan konseling dan relaksasi saja.
2. Untuk segi keamanan lebih diperketat lagi, karena kasus melarikan diri sering
terjadi pada saat penerima manfaat memasuki tahap rehabilitasi selanjutnya yaitu ketika pada saat penerima manfaat masuk ke asrama regular.
93
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan
Anak Berkonflik Hukum, Jakarta: Departemen Sosial, 2007. Ghony M. Djunaidi Almanshur Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif
Jogjakarta: Ar-ruzz Media,2012. Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Profile Panti Sosial
Marsudi Putra Handayani Jakarta Timur: Kemensos. KEPRES Keputusan Presiden No 36 Tahun 1990. No. 36 Tahun 1990 Tentang
Pengesahan Convention On The Right Of The Child. KPAI Komisi Perlindungan Anak, “Undang-Undang UU RI No. 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak | Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI’’,
artikel diakses
pada 20
Januari 2014
dari http:www.kpai.go.idhukumundang-undang-uu-ri-no-23-tahun-2002-
tentang- perlindungan-anak
.
Kurnisari, Alit, dkk. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra Jakarta: P3KS Press, 2009.
Mintarti Nana, dkk. Zakat Empowering, Kajian Perumusan Performance Indikator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat Jurnal
Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009. Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001. Rukijanto.
PetunjukTekhnisPenangananAnakYangBerkonflikDenganHukum. Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos RI, Jakarta:2007.
Sarino, dkk. Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di
PSMP Handayani Jakarta, Jakarta: PSMP Handayani, 2007.