Indikator Evaluasi Program Evaluasi Program

menerima layanan tersebut. Misalnya saja, proporsi orang yang menerima bantuan dana kemanusiaan untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak orang-orang miskin di suatu desa. 6 Indikator Kualitas Indicators of Quality. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. Misalnya saja, apakah layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi Pelayanan Masyarakat Human Service Organization sudah memenuhhi syarat dalam hal keramahan, keresponsifan dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari tangibles yang ada dalam proyek tersebut. 7 Indikator Upaya Indicators of Efforts. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah „ditanamkan’ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan guna membangun sarana transportasi antar desa. 8 Indikator Efisiensi Indicators of Efficiency. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna mencapai tujuan di manfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja, suatu layanan yang bisa dijalankan dengan baik dengan hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan maka yang akan terjadi adalah underemployment pengangguran terselubung. 9 Indikator Dampak Indicators of Impact. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya saja, apakah setalah dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa, maka angka penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sudah menurun.

B. Rehabilitasi Sosial

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses dan atau rangkaian kegiatan terencana untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan atau sosial dengan kriteria dan sasaran jelas dan terfokus, dilaksanakan dengan pendekatan analitik, berdasarkan suatu proses. Mencakup fungsi pencegahan, pengembangan kemampuan, penyembuhan masalah, pemulihan peran sosial, perlindungan dan keterpaduan dengan sistem layanan lainnya. 12 Rehabilitasi sosial adalah proses pemberian pelayanan bimbingan dan pembinaan fisik, mental, sosial, keterampilan dan pendidikan. 13 12 Alit Kurnisari dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak di Panti Sosial Marsudi Putra Jakarta: P3KS Press, 2009 h. 13. 13 Sarino, dkk., Petunjuk Teknis Penanganan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum Di PSMP Handayani Jakarta Jakarta : 2007, h. 6.

C. Anak Berhadapan Dengan Hukum

1. Pengertian Anak Nakal dan Anak Berhadapan Dengan Hukum

Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang Perlindungan anak menjelaskan bahwa “Anak adalah seorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan dan belum menikah ”. Menurut pedoman penanganan anak berkonflik hukum, Yanrehsos Depsos membatasi anak berkonflik hukum adalah anak yang telah berkonflik dengan hukum dan berdasarkan hasil penyidikanpemeriksaan membutuhkan pembinaan di panti sosial. Berdasarkan batasan tersebut artinya anak telah melakukan tindakan melanggar hukum. Dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang peradilan anak menyebutkan bahwa anak nakal sebagai anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan definisi tersebut, pemahaman anak berkonflik hukum dapat dianalogkan dengan anak nakal. Menurut Beijing Rules, peraturan minimum Standar PBB mengenai Administrasi Peradilan bagi Remaja dalam peraturan 2.2 adalah: a. Seorang anak atau orang muda yang menurut sistem hukum masing- masing dapat diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa. b. Suatu pelanggaran hukum adalah pelaku apapun tindakan atau kelalaian yang dapat dihukum menurut sistem hukum masing-masing. c. Seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak atau orang muda yang diduga telah melakukan atau yang telah melakukan suatu pelanggaran hukum. Menurut pekerjaan sosial, anak nakal adalah anak yang mengalami kesulitan penyesuaian diri yang menyebabkan melanggar hukum, sulit dididik dalamm keluarga dan dapat membahayakan orang lain. 14

2. Kriteria Anak Berhadapan Dengan Hukum

a. Kenakalan dengan taraf ringan seperti kadang berbohong, malas, suka bolos sekolah, bermain melampaui batas waktu. b. Kenakalan dengan taraf sedang seperti melawan orang tua, mencoba mencuri di lingkungan keluarga, merokok bagi siswa SLB-E, mencoba minum minuman keras, selalu berbohong, jarang pulang ke rumah keluyuran tanpa batas waktu. c. Kenakalan dengan taraf berat, antara lain minum-minuman keras, ganja narkotika, malak, mencuri, sering melakukan perkelahian. d. Kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum: a Anak yang melakukan tindak pidana baik menurut Undang-undang maupun peraturan pemerintah atas putusan hakim menjalani pidana di Lapas. b Anak Negara berdasarkan putusan hakim diserahkan kepada negara. 14 Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak Berkonflik Hukum, Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan Sosial Jakarta: Departemen Sosial, 2007, h. 11-12.