sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia Nugroho, 2008.
2.8.4.2.2 Kepribadian Lanjutan continuty theory
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lanjut usia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan
dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personallity yang dimilikinya Kontjoro, 2002.
2.8.4.2.3 Teori Pembebasan disengagement theory
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya Nugroho, 2000. Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda triple loss.
2.8.5 Patofisiologi Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan secara degenratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik tetapi juga perubahan kognitif, perasaan, sosial dan sexual. 2.8.5.1
Sistem Muskuloskeletal 2.8.5.1.1 Jaringan penghubung kolagen dan elastin
Universitas Sumatera Utara
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Perubahan pada kolagen merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan serta hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari Pudjiastuti Utomo,
2003 Azizah, 2011; 2.8.5.1.2
Kartilago; Jaringan kartilago pada persendian lunak mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago utnuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi
mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas sehari-hari Azizah, 2011; Pudjiastuti Utomo, 2003.
2.8.5.1.3 Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula tranversal
terabsorbsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur Azizah, 2011;
Pudjiastuti Utomo, 2003. 2.8.5.1.4
Otot
Universitas Sumatera Utara
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak otot
mengakibatkan efek negatif. Dampak perubahan marfologis pada otot adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot Azizah, 2011; Pudjiastuti Utomo, 2003. 2.8.5.1.5
Sendi Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penurunan elastisitas. Ligament dan jaringan periarkular mengalami penuruan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada
kartilago dan kapdul sendi. Sendi kehilangan flesibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan
berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan jalan dan aktifitas sehari-hari Azizah, 2011; Pudjiastuti Utomo, 2003.
2.8.5.1.6 Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor
propriosetif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan
fungsi kognitif, koordinasi, keseimbangan, kekuatan otot, refleks, proprioseptif, perubahan postur dan peningkatan waktu reaksi Pudjiastuti Utomo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.8.5.1.7 Sistem Kardiovaskular dan Respirasi
2.8.5.1.7.1 Sistem kardiovaskular Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertofi, dan kemampuan
perenganggan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin. Katup jantung mengalami fibrosis dan kalsifikasi. SA node
dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Kemampuan arteri dalam menjalankan fungsinya berkurang samapi 50. Pembuluh darah kapiler mengalami
penuruan elastisitas dan permeabilitas. Terjadi perubahan fungsional berupa kenaikan tahanan vaskular sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistole dan penurunan
perfusi jaringan. Penurunan sensitivitas berreseptor menyebabkan terjadinya hipotensi postural. Curah jantung cardiac output menurun akibat penurunan denyut
jantung maksimal dan volume sekuncup. Respons vasokontriksi untuk mencegah terjadinya pengumpalan darah pooling of blood menurun sehingga respons terhadap
hipoksia menjadi lambat. Pudjiastuti Utomo, 2003. 2.8.5.1.7.2
Sistem Respirasi; Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru. Kapasitas total paru tetap
tetapi volume cadangan paru bertambah. Volume tidak bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang rugi paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi thoraks mengakibatkan pergerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan thoraks berkurang. Umur tidak
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan perubahan otot diafragma. Apabila terjadi perubahan otot diafragma, otot thoraks menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi
dinding thoraks selama respirasi berlangsung. Kalsifikasi kartilago kosta mengakibatkan penurunan mobilitas tulang rusuk sehingga ekspansi rongga dada dan
kapasitas ventilasi paru menurun. Pudjiastuti Utomo, 2003. 2.8.5.1.8
Sistem Indra 2.8.5.1.8.1
Sistem Penglihatan Erat kaitannya dengan presbiopsi old sigth. Lensa kehilangan elastisitas dan
kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan akomodasi dari jarak jauh atau jarak dekat berkurang Pudjiastuti Utomo, 2003 .
2.8.5.1.8.2 Sistem Pendengaran
Presbiakusis gangguan pada pendengaran oleh karena hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, terjadi pada usia 60 tahun keatas Azizah, 2011
2.8.5.1.8.3 Sistim Integument
Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atrofi grandula sebasea dan grandula sudorifera. Penipisan kulit terjadi pada dermis karena terdapat perubahan kolagen serta jaringan elastisnya. Bagian kecil
pada kulit menjadi mudah retak dan menyebabkan cechymosen. Timbul pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama ultra violet Pudjiastuti Utomo, 2003.
2.8.5.1.8.4 Sistem Ekresi
Pada lanjut usia ginjal mengalami perubahan yaitu terjadi penebalan kapsula Bouwman dan gangguan permeabilitas terhadap zat yang akan difiltrasi, nefron
secara keseluruhan mengalami penurunan dan mulai terlihat atropi, aliran darah di ginjal pada usia 75 tahun tinggal sekitar 50 dibanding usia muda tetapi fungsi ginjal
dalam keadaan istirahat tidak terlihat menurun. Apabila terjadi stress fisik ginjal tidak dapat mengatasi peningkatan kebutuhan dan mudah terjadi gagal ginjal
Martono, 2009. 2.8.5.1.8.5 Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lanjut usia ditandai dengan menciutnya ovari dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang dan reaksinya menjadi bersifat alkali. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penuruanan secara
beransur-ansur. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun jika kondisi sehat baik, yaitu dengan kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia Azizah, 2011. 2.8.5.1.8.6 Kognitif
Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktifitas menggingat, mengganalisa, memahami,
Universitas Sumatera Utara
menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasaan atau intelegensi Ramdhani, 2008. Batasan fungsi
kognitif meliputi komponen atensi, konsentrasi, memori, pemecahan masalah, pengambilan sikap, integrasi belajar dan proses komprehensif Pudjiastuti Utomo,
2003.
2.9 Metode Uji Berjalan