diderita, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan
pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisikolahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok.
5.2 Pengaruh Senam Osteoporosis 2x Seminggu terhadap Peningkatan Aktifitas Fisik Lansia
Hasil uji berjalan 6 menit pada lansia sebelum mengikuti senam osteoporosis
2x seminggu diperoleh nilai rata-rata mean 278,3 m, setelah mengikuti senam osteoporosis 2x seminggu diperoleh nilai rata-rata mean 379,0 m. Analisis statistik
dengan uji paired t test diperoleh nilai p 0,0001 0,05 menunjukkan ada pengaruh pengaruh senam osteoporosis 2x seminggu terhadap peningkatan aktifitas fisik lansia
di Puskesmas Glugur Kota. Hasil penelitian tentang peningkatan aktifitas fisik yang diukur dari jarak
tempuh uji berjalan 6 menit bahwa jarak tempuh sebelum melakukan senam osteoporosis selama 2x seminggu sejauh 287,3 m dan setelah melakukan senam
osteoporosis mencapai 379,0 m, dengan demikian ada peningkatan jarak tempuh sejauh 91,7 m. Pebedaan jarak tempuh tersebut menunjukkan bahwa senam
osteoporosis dengan gerakan yang bersifat aerobik mampu menguatkan gerak tubuh lansia serta menambah kekuatan tulang dan sendi sehingga mampu mencapai jarak
yang lebih jauh dalam berjalan selama 6 menit. Dibandingkan peningkatan jarak tempuh uji berjalan 6 menit pada kelompok
lansia yang melakukan senam 2x seminggu dengan yang 1x seminggu terdapat
Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang cukup besar, yaitu antara 91,7 m dengan 58,2 m yaitu ada selisih sebesar 33,5 m. Hasil ini menunjukkan bahwa frekuensi senam osteoporosis akan
menambah kemampuan fisik lansia sehingga perlu diperhatikan dan diberikan dukungan kepada setiap lansia untuk melakukan senam osteoporosis secara rutin.
Sesuai pendapat Farizati 2002 bahwa aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari,
mengasuh cucu, dan lain sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani disebut olahraga Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat Lansia lebih
mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Menurut Nina 2007, secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis,
olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat
banyak teman, dan meningkatkan produktivitas Menurut Wirakusumah 2001 lansia akan mengalami penurunan aktivitas
fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan
membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan energi, hal ini untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
terjadinya obesitas. Jika asupan energi tidak diimbangi dengan penurunan kalori maka akan mengakibatkan keseimbangan kalori positif kelebihan kalori sehingga
akan meningkatkan risiko terjadinya serangan beberapa penyakit degeneratif.
5.3 Pengaruh Senam Osteoporosis terhadap Peningkatan Aktifitas Fisik Lansia