2. Peta Kontrol Untuk Atribut
Yaitu peta kontrol untuk karakterisitik kualitas yang tidak mudah dinyatakan dalam bentuk numerik. Biasanya tiap objek yang diperiksa
diklasifikasikan sebagai sesuai atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Contohnya inspeksi secara visual, seperti : penentuan cacat, warna, goresan, berkarat dan
sebagainya. Peta kontrol untuk atribut ini terdiri dari :
a. p Chart
Peta ini menggambarkan bagian yang ditolak karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk membuat p Chart ini, dapat digunakan rumus-
rumus sebagai berikut :
∑ ∑
= =
= =
k i
i k
i i
i
n p
n p
CL
1 1
⇒
i i
n p
p p
UCL 1
3 −
+ =
i i
n p
p p
LCL 1
3 −
− =
b. np Chart
Peta ini menggambarkan banyaknya unit yang ditolak dalam sampel yang berukuran konstan. Untuk membuat np Chart ini, dapat digunakan rumus-rumus
sebagai berikut
4
: n
k p
np CL
k i
i o
.
1
∑
=
= =
⇒
1 3
p np
np UCL
− +
=
1 3
p np
np LCL
− −
=
4
Montgomery, C Douglas, Pengendalian Kualitas Statistik,Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press, 1990.
Universitas Sumatera Utara
c. c Chart
Peta ini meggambarkan banyaknya ketidak sesuaian atau kecacatan dalam sampel berukuran konstan. Satu benda yang cacat memuat paling sedikit satu
ketidak sesuaian, tetapi sangat mungkin satu unit sampel memiliki beberapa ketidak sesuaian, tergantung sifat dasar keandalannya. Untuk membuat c Chart
ini, dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
k c
c CL
k i
i
∑
=
= =
1
⇒
c c
UCL 3
+ =
c c
LCL 3
− =
d. u Chart
Peta ini menggambarkan banyaknya ketidak sesuaian dalam satu unit sampel dan dapat digunakan untuk ukuran sampel tidak konstan. Untuk membuat
u Chart ini, dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
∑ ∑
= =
= =
k i
i k
i i
n c
u CL
1 1
⇒ n
u u
UCL
i
3 +
=
n u
u LCL
i
3 −
=
3.7. Implikasi Pengendalian Mutu dalam Kaizen
Walaupun tidak diketahui apa sebenarnya mutu dan produktivitas itu, dibalik itu semuanya itu selalu ada kaizen. Titik awal penyempurnaan mutu
tersebut adalah meyadari kebutuhan akan hal itu. Perasaan puas atas apa yang
Universitas Sumatera Utara
telah tercapai merupakan musuh besar kaizen. Oleh sebab itu kaizen mengutamakan kesadaran akan adanya masalah dan memberikan cara untuk
mengidentifikasi masalah tersebut. Sekali ditemukan, masalah harus dipecahkan. jadi kaizen juga merupakan
proses untuk memecahkan masalah. Penyempurnaan perlu dibakukan supaya dapat dinaikkan ke tingkat yang baru. Jadi kaizen juga perlu dibakukan.
Seorang ahli statistika W.E Deming memperkenalkan “siklus Deming” kepada Jepang, salah satu alat pengendali mutu yang sangat penting untuk
menjamin penyempurnaan yang berkesinambungan. Siklus Deming juga disebut sebagai roda Deming atau siklus PDCA Plan-Do-Check-Action atau dalam
bahasa Indonesianya RLPT Rencanakan-Laksanakan-Periksa-Tindakan. Deming juga menekankan pentingnya interaksi tetap antara riset, desain, produksi dan
penjualan supaya perusahaan memperoleh mutu yang lebih baik dan memuaskan pelanggan.
Ia menjelaskan bahwa roda ini harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab untuk mengutamakan mutu. Ia menjelaskan bahwa dengan cara
ini perusahaan dapat menenangkan kepercayaan pelanggan, diterima dan memperoleh keuntungan. Gambar siklus roda Deming dapat dilihat pada Gambar
3.8.
Universitas Sumatera Utara
Riset
Penjualan
Desain
Produksi
Gambar 3.8. Roda Deming
Deming menekankan betapa pentingya interaksi tetap antara: riset, desain, produksi dan penjualan dalam mengelola bisnis perusahaan. Untuk mencapai
mutu yang lebih baik yang memuaskan pelanggan, keempat tahap harus berputar terus-menerus dengan sebagai kriteria puncaknya. Kemudian konsep memutar
roda Deming secara terus-menerus demi perbaikan diperluas ke seluruh aspek manajemen dan keempat tahap roda itu disesuaikan dengan tindakan manajerial
yang khusus. Berikut ini merupakan korelasi antara roda deming dengan RLPT. Desain
⇒
Rencana Desain produk sama dengan tahap manajemen
perencanaan. Produksi
⇒
Laksanakan Produksi sama dengan melaksanakan,
membuat atau mengerjakan produk yang di desain.
Penjualan
⇒
Periksa Angka penjualan memastikan apakah
pelanggan puas Riset
⇒
Tindakan Bila ada keluhan, hal itu harus dimasukkan ke
dalam tahap perencanaan dan diambil langkah
Universitas Sumatera Utara
positif tindakan untuk usaha selanjutnya. Tindakan disini mengacu kepada tindakan
penyempurnaan Dengan demikian eksekutif Jepang memperbaiki roda Deming dan
menyebutnya roda RLPT untuk diterapkan dalam semua aspek dan situasi. Siklus RLPT adalah suatu seri kegiatan yang dilaksanakan demi penyempurnaan.
Dimulai dengan mempelajari situasi yang ada, kemudian data dikumpulkan untuk dipakai dalam merumuskan rencana demi penyempurnaan.
Setelah rencana selasai disusun, kemudian dilaksanakan. Setelah itu, pelaksanaan dinilai untuk dilihat apakah ia telah menghasilkan perbaikan yang diharapkan.
Bila percobaan ini berhasil, diambil tindakan akhir misalnya membakuka n metodologi untuk menjaminn bahwa metode baru yang diintroduksikan akan
diterapkan terus-menerus demi melanjutkan penyempurnaan. Pada tingkat awal penerapan roda, fungsi “periksa” berarti bahwa
pemeriksa memeriksa hasil kerja karyawan dan “tindakan” mengacu kepada tindakan korektif yang diambil bila ditemukan kesalahan atau cacat. Maka konsep
RLPT pada awalnya berdasarkan pembagian tugas antara penyelia, pemeriksa dan karyawan.
Konsep RLPT yang barurevisi segera muncul karena tidak cukup sehingga tercipta siklus RLPK dengan K kelahi terjadi pada kriteria H yang
ekstrim dan pemecatan karyawan atau manajer menjadi solusi yang cepat. Dalam siklus RLPT yang telah direvisi, “rencana” berarti merencanakan penyempurnaan
dalam penerapan saat itu dengan menggunakan alat statistikal seperti “Seven
Universitas Sumatera Utara
Tools” yang berupa diagram pareto, diagram sebab akibat, histogram, peta kendali, diagram pencar, grafik dan lembar periksa. “Laksanakan” berarti
melaksanakan rencana tersebut. “Periksa” berarti memeriksa apakah telah menghasilkan penyempurnaan yang didambakan dan “tindakan” berarti mencegah
terulangnya kembali dan melembagakan penyempurnaan sebagai panutan baru. Siklus RLPT berputar terus-menerus. Segera setelah tercapai penyempurnaan, hal
itu menjadi standar untuk ditantang dengan rencana baru demi penyempurnaan lebih lanjut. Proses Kaizen dinyatakan sebagai titik puncaknya
5
.
3.8. Kaizen dan Pengendalian Mutu Terpadu PMT