Pengolahan Data PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memfokuskan pada analisa produk RSS I yang cacat. Proses pengolahan dan analisa data dilakukan dengan metode seven tools sebagai berikut:

1. Check Sheet

Dari data yang telah diperoleh dibuat check sheet jumlah dan jenis kerusakan. Data yang dikumpuilkan yaitu data produk cacat dari produk Rubber Smoke Sheet RSS 1 di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para. Check sheet kerusakan pada bulan Desember 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Check Sheet Kerusakan Rubber Smoke Sheet RSS 1 No Tanggal Jumlah yang diperiksa Lbr Jenis Kerusakan Jumlah Cacathari Lbr X 1 Lbr X 2 Lbr X 3 Lbr 1 01122009 13.221 50 30 21 101 2 02122009 13.221 47 30 25 102 3 03122009 13.225 45 30 23 98 4 04122009 13.220 50 27 20 97 5 05122009 13.223 49 31 22 102 6 06122009 13.229 50 29 21 100 7 07122009 13.227 54 32 20 106 8 08122009 13.220 48 30 23 101 9 09122009 13.222 51 30 25 106 10 10122009 13.225 53 28 21 102 11 11122009 13.220 49 29 23 101 12 12122009 13.223 50 30 20 100 13 13122009 13.227 53 28 21 102 14 14122009 13.224 50 31 25 106 15 15122009 13.220 51 31 23 105 16 16122009 13.225 53 29 25 107 17 17122009 13.221 54 30 20 104 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Check Sheet Kerusakan Rubber Smoke Sheet RSS 1 Lanjutan No Tanggal Jumlah yang diperiksa Lbr Jenis Kerusakan Jumlah Cacathari Lbr X 1 Lbr X 2 Lbr X 3 Lbr 18 18122009 13.227 47 33 20 100 19 19122009 13.224 51 33 21 105 20 20122009 13.228 53 27 25 105 21 21122009 13.229 53 32 23 108 22 22122009 13.226 47 27 20 94 23 23122009 13.230 50 28 21 99 24 24122009 13.233 53 31 25 109 25 25122009 13.235 50 33 23 106 26 26122009 13.238 53 30 25 108 27 27122009 13.241 50 33 21 104 28 28122009 13.245 45 28 21 94 29 29122009 13.249 50 31 25 106 30 30122009 13.252 49 29 23 101 31 31122009 13.259 50 29 20 99 Total 410.109 1.558 929 691 3.178 Sumber : PTPN III Kebun Gunung Para

2. Histogram

Untuk histogram data jenis kerusakan dan jumlah kerusakan produk RSS 1 yang telah diperoleh dari tabel check sheet dapat dilihat pada Gambar 5.1 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Histogram Kerusakan RSS I Lembar 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 X 1 X 2 X 3 Je nis Ke rusakan J um la h K e r us a ka n Gambar 5.1. Histogram Kerusakan Rubber Smoke Sheet RSS 1 3. Diagram Pareto Dari hasil pengecekan yang terdapat pada Tabel 5.3, dibuat tabel persentase kesalahan serta diurutkan secara descending, seperti terlihat pada Tabel 5.4, dan pareto diagram seperti terlihat pada Gambar 5.2 berikut ini: Tabel 5.4. Pengurutan Jumlah Kerusakan Rubber Smoke Sheet RSS 1 Jenis Kerusakan Total Kerusakan Lbr Persentase Kerusakan Persentase Kerusakan Kumulatif X 1 1.558 49,02 49,02 X 2 929 29,23 78,26 X 3 691 21,74 100 Persentase kerusakan Rubber Smoke Sheet RSS 1 dapat dilihat di bawah ini, yaitu: 1. X 1 = 1.5583.178 x 100 = 49,02 Universitas Sumatera Utara 2. X 2 = 9293.178 x 100 = 29,23 3. X 3 = 6913.178 x 100 = 21,74 Setelah semua jenis kerusakan telah di susun dari jenis kerusakan terbesar hingga terkecil. Maka selanjutnya adalah pembuatan gambar diagram pareto yang dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut ini Gambar. 5.2 Diagram Pareto Kerusakan RSS 1 Dari gambar diagram pareto dapat dilihat bahwa ada 2 jenis kerusakan yang paling besar adalah kerusakan X 1 dan X 2 dengan persentase komulatif 78,26 . Menurut aturan Pareto aturan 80-20 untuk perhitungan korelasi antara kerusakan adalah hanya untuk kerusakan X 1. Dengan demikian akan dibuat scatter diagram yang menunjukkan korelasi antara kerusakan gelembung udara dan warna yang tidak seragam.. X 1 X 2 X 3 1400 800 1000 1200 2000 2400 20 40 60 80 100 1558 929 691 200 400 600 1600 1800 2200 70 50 30 10 90 Jenis Cacat Universitas Sumatera Utara

4. Stratifikasi

Untuk melihat bagaimanan perbandingan masing-masing jenis kerusakan produk yang terjadi maka dilakukan stratifikasi. Stratifikasi bertujuan untuk membantu pembuatan scatter diagram. Perbandingan dari dua kerusakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Jumlah Kerusakan X I dan X 2 Lembaran Sheet No Tanggal X 1 Lbr X 2 Lbr 1 01122009 50 30 2 02122009 47 30 3 03122009 45 30 4 04122009 50 27 5 05122009 49 31 6 06122009 50 29 7 07122009 54 32 8 08122009 48 30 9 09122009 51 30 10 10122009 53 28 11 11122009 49 29 12 12122009 50 30 13 13122009 53 28 14 14122009 50 31 15 15122009 51 31 16 16122009 53 29 17 17122009 54 30 18 18122009 47 33 19 19122009 51 33 20 20122009 53 27 21 21122009 53 32 22 22122009 47 27 23 23122009 50 28 24 24122009 53 31 25 25122009 50 33 26 26122009 53 30 27 27122009 50 33 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 Jumlah Kerusakan X I dan X 2 Lembaran Sheet Lanjutan No Tanggal X 1 Lbr X 2 Lbr 28 28122009 45 28 29 29122009 50 31 30 30122009 49 29 31 31122009 50 29 Total 1.558 929

5. Scatter Diagram

Untuk merlihat korelasi antara jumlah kerusakan X I dan X 2 yang terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan scatter diagram. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus: ] ] [ ] [ 2 2 2 2 ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − − = Y Y N x X X N Y X XY N r xy Data untuk perhitungan koefisien korelasi antara kerusakan gelembung udara dan warna yang tidak seragam dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Antara Kerusakan X 1 dan X 2 Lembaran Sheet No Tanggal X 1 Lbr x X 2 Lbr y x 2 y 2 xy 1 01122009 50 30 2500 900 1500 2 02122009 47 30 2209 900 1410 3 03122009 45 30 2025 900 1350 4 04122009 50 27 2500 729 1350 5 05122009 49 31 2401 961 1519 6 06122009 50 29 2500 841 1450 7 07122009 54 32 2916 1024 1728 8 08122009 48 30 2304 900 1440 9 09122009 51 30 2601 900 1530 10 10122009 53 28 2809 784 1484 11 11122009 49 29 2401 841 1421 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Antara Kerusakan X 1 dan X 2 Lembaran Sheet Lanjutan No Tanggal X 1 Lbr x X 2 Lbr y x 2 y 2 xy 12 12122009 50 30 2500 900 1500 13 13122009 53 28 2809 784 1484 14 14122009 50 31 2500 961 1550 15 15122009 51 31 2601 961 1581 16 16122009 53 29 2809 841 1537 17 17122009 54 30 2916 900 1620 18 18122009 47 33 2209 1089 1551 19 19122009 51 33 2601 1089 1683 20 20122009 53 27 2809 729 1431 21 21122009 53 32 2809 1024 1696 22 22122009 47 27 2209 729 1269 23 23122009 50 28 2500 784 1400 24 24122009 53 31 2809 961 1643 25 25122009 50 33 2500 1089 1650 26 26122009 53 30 2809 900 1590 27 27122009 50 33 2500 1089 1650 28 28122009 45 28 2025 784 1260 29 29122009 50 31 2500 961 1550 30 30122009 49 29 2401 841 1421 31 31122009 50 29 2500 841 1450 Total 1.558 929 78482 27937 46698 Dari rumus diatas maka korelasi antara kerusakan X 1 dan X 2 yang dibandingkan adalah sebagai berikut : { } { } 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r xy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = { } { } 2 2 929 27937 31 1558 78482 31 929 1558 46698 31 − × − × × − × = xy r r xy = 0,0625 Scatter diagram untuk perbandingan jumlah kerusakan adanya gelembung udara dan warna yang tidak seragam dapat dilihat pada Gambar 5.3. Universitas Sumatera Utara Scater Diagram Kerusakan RSS 1 5 10 15 20 25 30 35 44 46 48 50 52 54 56 X 1 X 2 Series1 Gambar 5.3. Scatter Diagram Kerusakan Adanya Gelembung Udara dan Warna yang Tidak Seragam Pada Gambar 5.3 di atas terlihat bahwa kerusakan karena adanya gelembung udara tidak memiliki korelasi yang besar terhadap kerusakan warna yang tidak seragam.

6. Diagram Sebab Akibat

Dari pareto diagram terlihat bahwa jumlah kerusakan terbesar adalah adanya gelembung udara dan warna yang tidak seragam. Dengan demikian akan dilakukan analisa penyebab kerusakan tersebut dengan menggunakan cause and effect diagram, seperti terlihat pada Gambar 5.4 Universitas Sumatera Utara Mesin Manusia Material Metode Lingkungan Kurang perawatan Kualitas tidak bagus Kurang terampil Tidak teliti Kurang serius Jumlah tidak sesuai Kualitas kurang bagus Tidak bervariasi Prosedur tidak teratur Panas Berisik Kerusakan RSS 1 Bau Gambar 5.4. Cause and Effect Diagram Kerusakan RSS 1

7. Control Chart

Peta kendali berfungsi untuk melihat apakah cacat yang terjadi setiap harinya homogen atau tidak. Hal ini bertujuan mengendalikan kualitas produk. Dengan menggunakan aturan out of control dapat dilihat seberapa besar perbaikan yang harus dilakukan. Dengan pembuatan peta kontrol np np-chart, yaitu seberapa besar proporsi cacat yang terjadi untuk setiap jenis cacat. Untuk mengetahui sumber variasi dari proses pengolahan RSS 1 digunakan peta-peta kendali control chart. Pada dasarnya data pemeriksaan terhadap kerusakan dalam proses pengolahan tersebut akan ditentukan oleh batas- batas kendali berdasarkan hasil perhitungan ada tidaknya data yang di luar batas kendali. 1. Peta kontrol untuk kerusakan yang disebabkan gelembung udara, yaitu dengan ukuran sampel n 13.236 lembar dan periode pengamatan g 31. Rata-rata bagian adanya gelembung udara: Universitas Sumatera Utara g xi p n g i ∑ = = 1 25 , 50 31 1558 = = p n g n pi p . ∑ = 0037 , 410316 1558 21 13236 1558 = = × = p Standar deviasi σ untuk peta pengendali banyaknya kesalahan np-chart adalah: σ np = 1 . p p n − , maka Batas kendali Atas BKA = p n + 3 1 . p p n − = 50,25 + 3 0037 , 1 25 , 50 − = 50,25 + 21,22 = 71,4765 Batas Kendali Bawah BKB = p n - 3 1 p p n − = 50,25 - 3 0037 , 1 25 , 50 − = 50,25 – 21,22 = 29,33 Peta kontrol adanya gelembung udara dapat dilihat pada Gambar 5.5. Universitas Sumatera Utara Peta Kontrol Gelembung Udara 10 20 30 40 50 60 70 80 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Nomor Pengamatan T o ta l J u m la h C a c a t BKA BKB Jumlah Cacat Rata - Rata Gambar 5.5. Peta Kontrol Adanya Gelembung Udara Dari np-chart terlihat bahwa tidak ada data yang berada diluar batas kontrol. Dengan demikian tidak perlu dilakukan revisi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah kesalahan yang terjadi masih dapat ditolerir. 2. Peta kontrol untuk warna yang tidak seragam, yaitu dengan ukuran sampel n 13.236 lembar dan periode pengamatan g 31. Rata-rata bagian warna yang tidak seragam: g xi p n g i ∑ = = 1 96 , 29 31 929 = = p n g n pi p . ∑ = 0022 , 410316 929 31 13236 929 = = × = p Standar deviasi σ untuk peta pengendali banyaknya kesalahan np-chart adalah: σ np = 1 . p p n − , maka Universitas Sumatera Utara Batas kendali Atas BKA = p n + 3 1 . p p n − = 29,96 + 3 0022 , 1 96 , 29 − = 29,96 + 16,40 = 46,36 Batas Kendali Bawah BKB = p n - 3 1 p p n − = 29,96 - 3 0022 , 1 96 , 29 − = 29,96 – 16,40 = 13,56 Peta kontrol warna yang tidak seragam dapat dilihat pada Gambar 5.6. Peta Kontrol Warna Yang Tidak Seragam 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Nomor Pengamatan T o ta l J u m la h C a c a t BKA BKB Jumlah Cacat Rata - Rata Gambar 5.6. Peta Kontrol Warna Yang Tidak Seragam Dari np-chart terlihat bahwa tidak ada data yang berada diluar batas kontrol. Dengan demikian tidak perlu dilakukan revisi. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kesalahan yang terjadi masih dapat ditolerir. Universitas Sumatera Utara 3. Peta kontrol untuk adanya kotoran, yaitu dengan ukuran sampel n 13.236 lembar dan periode pengamatan g 31. Rata-rata bagian adanya kotoran: g xi p n g i ∑ = = 1 29 , 22 31 691 = = p n g n pi p . ∑ = 0016 , 410316 691 31 13236 691 = = × = p Standar deviasi σ untuk peta pengendali banyaknya kesalahan np-chart adalah: σ np = 1 . p p n − , maka Batas kendali Atas BKA = p n + 3 1 . p p n − = 22,29 + 3 0016 , 1 29 , 22 − = 22,29 + 14,15 = 36,44 Batas Kendali Bawah BKB = p n - 3 1 p p n − = 22,29 - 3 0016 , 1 29 , 22 − = 22,29 – 14,15 = 8,14 Peta kontrol adanya kotoran dapat dilihat pada gambar 5.7 Universitas Sumatera Utara Peta Kontrol Adanya Kotoran 5 10 15 20 25 30 35 40 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Nomor Pengamatan T o ta l J u m la h C a c a t BKA BKB Jumlah Cacat Rata - Rata Gambar 5.7. Peta Kontrol Adanya Kotoran Dari np-chart terlihat bahwa tidak ada data yang berada diluar batas kontrol. Dengan demikian tidak perlu dilakukan revisi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah kesalahan yang terjadi masih dapat ditolerir. Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISA DAN EVALUASI