5. Shitsuke Disiplin Diri
Penerapan disiplin diri pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para sudah cukup bagus mengingat para pekerja sudah memiliki kesadaran untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin sering dilakukan dan menjadikan kesalahan-kesalahan tersebut sebagai tolak ukur untuk melakukan
perbaikan ke depannya. Penandaan jam masuk dan keluar kerja dilakukan dengan sistem kartu dari gerbang masuk pabrik. Pemeriksaan terhadap pekerja yang
membawa bungkusan juga tetap dilakukan untuk mencegah terjadinya pencurian bahan baku maupun produk jadi pabrik. Dengan demikian kedisiplinan yang
terbentuk di perusahaan sudah tergolong baik.
6.6. Penghapusan Muda
Muda merujuk pada semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada hasil produksi, untuk menghindari pemborosan pada pada perusahaan maka dapat
dilakukan penerapan penghapusan pemborosan di lantai produksi seperti: 1. Membuat Jadwal Induk Produksi JIP dan melakukan kegiatan produksi sesuai
jadwal, jangan sekali-kali mendahului jadwal karena hanya akan menimbulkan pemborosan pada setiap aspek perusahaan baik itu konsumsi material, tenaga
pekerja, energi dan utilitas, penambahan gudang persediaan dan hal-hal lain di pabrik yang akan hanya semakin merugikan perusahaan.
2. Pembelian material sebaiknya lebih selektif dan tidak berlebihan sesuai dengan kebutuhan produksi saja, karena jika terlalu lama bahan baku disimpan maka
akan mengurangi kualitas material dan tidak akan memberi nilai tambah bagi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan bahkan hanya akan merugikan karena perusahaan harus membuat gudang material yang lebih besar.
3. Pengulangan proses produksi untuk produk yang tidak memenuhi spesifikasi standar mutu perusahaan kembali ke dalam bak penampungan produk cacat
untuk diproses kembali sampai memenuhi standar mutu adalah suatu pemborosan yang memerlukan biaya mahal, karena tidak hanya menguras
tenaga pekerja tetapi juga akan berakibat buruk pada kualitas mesin-mesin produksi karena spesifikasi bahan baku tidak sesuai dengan spesifikasi bahan
yang seharusnya di olah mesin produksi. Untuk itu harus dilakukan peningkatan kinerja operator untuk meningkatkan kelancaran proses produksi
di pabrik
6.7. Standarisasi Kegiatan pabrik berfungsi mengikuti formula yang telah disepakati bersama.
Hal ini tidak hanya berarti sekedar mematuhi teknologi, manajerial maupun standar operasional yang berlaku, tetapi juga memperbaiki proses yang ada dalam
rangka membawa standar yang menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah dilakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung
Para maka diperoleh beberapa hal yang dapat menjadi standar dalam pengolahan RSS 1 yaitu:
1. Dalam hal penerimaan bahan baku sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan
dan pemilihan bahan baku yang berkualitas baik, seperti bahan baku lateks, harus memiliki spesifikasi mutu yang baik sehingga akan menunjang hasil
Universitas Sumatera Utara
produksi, misalnya untuk bahan baku lateks yang baik adalah memiliki kadar DRC 15 , tidak memiliki kotoran, dan tidak menggumpal. Dengan
demikian bahan baku lebih dapat terjamin kualitasnya. 2.
Perawatan mesin dilakukan secara berkala bersifat prefentive untuk mencegah adanya gangguan mesin ketika proses produksi berlangsung,
perawatan dilakukan dengan cara rutin yaitu membersihkan dan melakukan pemanasan untuk setiap mesin dan material handling confeyor, bucket
elevator, elevator sebelum dan sesudah proses produksi, sehingga kualitas mesin dapat terjaga. Untuk penggantian spare part mesin dilakukan
pemeriksaan berkala untuk setiap jenis mesin, seperti untuk mesin mixer pemeriksaan spare part mesin dilakukan setiap 3 minggu sekali. Diharapkan
dengan penerapan perawatan efisiensimesindapat terus dipertahankan.
3. Dilakukan pembaharuan proses kerja dan operator diwajibkan mengikuti
prosedur pengolahan RSS 1 di setiap departemen di lantai pabrik misalnya memasukkan bahan baku ke dalam bak penampungan sebelum proses
produksi dan memeriksa jumlah bahan baku yang tersimpan dalam bak-bak penampungan bahan baku tersebut sebelum memulai proses produksi, dan
mengunakan seluruh kelengkapan pelaksanaan kegiatan produksi di lantai pabrik selama proses produksi berlangsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan cacat produk. Seperti mengenakan masker, tutup kepala, sepatu boot dan pakaian kerja yang telah
disediakan perusahaan. Serta mengembalikan seluruh peralatan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
proses produksi pada tempatnya untuk menjaga kerapian dan keringkasan
penyimpanan dan pemakaian peralatan setiap pelaksanaan proses produksi.
4. Operator memiliki kemampuan dan kesiapan diri sebelum melaksanakan
kegiatan produksi di lantai pabrik, misalnya sudah mengikuti traning yang diselenggarakan perusahaan dalam hal pengolahan atau pengoperasian
mesin-mesin produksi dan stamina yang kuat sudah sarapan dan dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani agar proses produksi berjalan dengan baik
5. Disiplin waktu kerja harus tetap dilaksanakan sesuai jadwal kerja yang telah
dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Shift-shift kerja arus ditaati agar kelelahan kerja dapat dihindari atau stamina pekerja dapat terjaga, hindari
double shift yang akan menguras tenaga pekerja yang menyebabkan timbulnya kelelahan kerja yang akan menurunkan produktivitas pekerja.
Pemeriksaan barang-barang pekerja dilakukan ketika melewati pintuk masuk dan keluar pabrik demi menjaga keamanan dan pencurian bahan baku
maupun produk jadi pabrik.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para yang membahas perencanaan
perbaikan mutu produk jadi berdasarkan metode kaizen adalah sebagai berikut: 1.
Ada tiga jenis kerusakan yang terjadi pada produk RSS 1 di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para yaitu:
a. Adanya gelembung udara
b. Warna yang tidak seragam
c. Adanya kotoran 2.
Terlihat pada histogram yang diperoleh dari check sheet, dari tiga kerusakan yang terjadi di bagian pengepakan lantai produksi dengan jumlah kerusakan
RSS 1 terbesar yakni: adanya gelembung udara sebanyak 1558 lembar yaitu sebesar 49,02 dari 13.236 lembar RSS 1 yang dihasilkan bulan Desember
2009 dan dikuti dengan warna yang tidak seragam sebanyak 929 lembar 29,23 , dan kerusakan terkecil sebanyak 691 lembar 21,74 yaitu
adanya kotoran. Pada scatter diagram terlihat korelasi antara kedua kerusakan terbesar memiliki korelasi yang kecil, ini menunjukkan bahwa kerusakan
karena adanya gelembung udara tidak begitu berpengaruh terhadap kerusakan
Universitas Sumatera Utara