BAB – 5 PEKERJAAN ARSITEKTUR
5.1. PEKERJAAN TANAH
5.1.1. Galian
a. Galian tanah untuk pondasi-pondasi, saluran-saluran, pipa-pipa, sep- tic tank, dan lain-lain harus dilaksanakan sesuai dengan yang diten-
tukan dalam gambar. Dalamnya semua galian harus mendapat per- setujuan dari Direksi Teknik. Dasar galian harus bebas dari lumpur,
humus, dan air, harus dalam keadaan bersih dan padat sampai da- pat diberikan lapisan pasir urug setebal 10 cm.
b. Dalam keadaan tanah dapat longsor, Kontraktor harus memasang tu- rap sesuai persyaratan kekuatannya dan diperiksa oleh Direksi Tek-
nik. c. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Teknik hasil pekerjaan
galian tanah yang sudah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk pemasangan pondasi untuk dimintakan per-
setujuan.
5.1.2. Urugan
a. Bekas galian pondasi diurug dengan tanah urug. Urugan tanah diker- jakan secara berlapis dengan syarat setiap lapis tidak lebih tebal dari
20 cm yang dipadatkan dengan stamper. b. Bila terdapat perbedaan kontour tanah asli pada gambar dengan
kondisi sebenarnya di lapangan, perbedaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana PekerjaanKontraktor.
5.1.3. Kelebihan Tanah
Kelebihan tanah yang mungkin didapat dari galian, apabila tidak diperlukan di dalam proyek, harus secepatnya dikeluarkan dari halaman
kerja, setelah mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.
5.1.4. Peninggian Peil
Seluruh permukaan lokasi bangunan dikupas dari tanah humus atau bangunan-bangunan existing dan ditimbun kembali dengan tanah urug
tanah pilihan sampai mencapai dasar lantai kerja pasir urug – 0.20 dimana peil
0.00 adalah permukaan lantai bangunan. Secara umum ketinggian muka lantai terhadap halamanjalan adalah 60 cm atau
sesuai gambar.
5.1.5. Pengurugan TanahPemadatan Tanah
a. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-semak, akar-akar pohon, sampah-sampah dan lain-lain
sebelum pengurugan tanah dimulai. -
Tanah urug untuk mengurug, meratakan dan membuat tebing- tebing harus bersih dari bahan organis, sisa-sisa tanaman,
sampah dan lain-lain.
- Material yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus
memenuhi standar Spesifikasi AASHTO-M 57 – 64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di Laboratorium tanah yang disetujui
oleh Direksi Teknik.
35
- Material yang dipakai untuk timbunan harus memenuhi salah
satu dari persyaratan-persayaratan berikut ini : Material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2-4, A-2-5,
atau A-3, seperti dalam AASHTO M 145 dan harus dipadatkan sampai 95 dari berat jenis kering menurut AASHTO T99. Material-
material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-2-6, A-2-7, A-4, A- 5, A-6, A-7, boleh digunakan dengan perhatian khusus diberikan
pada waktu pemadatan tanah untuk mencapai 95 dari berat jenis kering menurut AASHTO T99.
a. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan maka Kontraktor harus mendatangkan tanah urug yang
baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik. Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan
peil ketinggian, kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi. Peil ketinggian tanah untuk tanah asli apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan lapangan,
maka perbedaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan
setebal maksimum 20 cm dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air secukupnya dan penggilingan. Kepadatan
harus mencapai 95. Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah harus diselesaikan secara rata atau bertangga sebagaimana
yang diminta oleh Direksi Teknik. Lapisan berikut tidak boleh dihampar sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Pengurugan kembali dari pondasi harus dilaksanakan
dengan memadatkan tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 10 cm.
c. Pengurugan kembali dari fondasi tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik.
5.2. PEKERJAAN BETON