RKS Kelas

(1)

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS

BAB - I

UMUM

1.1. PENDAHULUAN

1.1.1. Uraian dan Syarat – syarat Teknik Pelaksanaan Pekerjaan, spesifikasi ba-han dan gambar-gambar lampirannya dimaksudkan untuk memintakan suatu pekerjaan yang lengkap, telah diperiksa/disetujui dan siap untuk dipakai. Pekerjaan tersebut harus meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan pembantu dan semua pekerjaan yang diperlu-kan untuk pemasangan secara sempurna.

1.1.2. Setiap bahan, peralatan, dan perlengkapan yang tidak tampak pada gambar rencana, tetapi dijelaskan pada spesifikasi atau sebaliknya, atau setiap perlengkapan, bahan dan peralatan yang diperlukan di dalam melengkapi penyelesaian pekerjaan ini sampai sempurna, meskipun ti-dak dijelaskan didalam spesifikasi dan gambar rencana, harus disedia-kan dan dipasang oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang bersang-kutan untuk kesempurnaan pekerjaannya.

1.1.3. Semua perlengkapan, peralatan atau bahan yang terpasang harus sesu-ai dengan persyaratan yang ditentukan di dalam spesifikasi dan gam-bar-gambar rencana, harus dalam keadaan baru, tidak cacat dan dari mutu terbaik, serta harus menunjukkan merk/label dari pabrik yang memproduksinya.

1.1.4. Detail-detail kecil biasanya tidak digambarkan atau dispesifikasikan. Te-tapi bila sangat penting untuk melengkapi kesempurnaan pemasangan, harus dilaksanakan sebagaimana umumnya dan harus sudah termasuk dalam pekerjaan ini.

1.1.5. Bilamana terdapat perbedaan pernyataan didalam spesifikasi atau gam-bar rencana maupun perubahan-perubahannya maka pernyataan yang ada pada spesifikasi yang dipilih, kecuali Pemberi Tugas/Direksi Teknik memutuskan lain, sedangkan gambar-gambar dengan skala besar lebih mengikat dari pada gambar-gambar dengan skala kecil. Untuk ini Pelak-sana Pekerjaan/Kontraktor wajib menanyakannya terlebih dahulu kepa-da Direksi Teknik untuk menkepa-dapat kesepakatan.

1.1.6. Bilamana suatu pernyataan diulang kembali baik didalam spesifikasi atau gambar rencana, hal ini adalah untuk menuntut perhatian yang le-bih dan bukan berarti bagian lain yang diulang akan dihapuskan.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN 1.2.1.Umum

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak, termasuk di dalamnya adalah penyediaan bahan dan contoh-contohnya, perlengkapan-perlengkapan, penyediaan tenaga kerja, pengujian dan pengetesan baik terhadap bahan maupun terhadap hasil pekerjaannya, sehingga menghasilkan akhir pekerjaan yang sempurna.

1.2.2.Tenaga Kerja

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli di bidangnya, Wakil Kontraktor di lapangan, bahan-bahan, alat-alat kerja dan sarana


(2)

kerja.

1.2.3.Pengamanan

Kontraktor harus melakukan pengamanan pelaksanaan, Pengawasan dan Pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama berlangsungnya pekerjaan/pelaksanaan sampai seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.

1.2.4.Pembongkaran dan Pembersihan

Pekerjaan pembongkaran/pembersihan dan pengamanan dalam tapak bangunan selama masa pelaksanaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.2.5.Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sesuai Bab – 2 dan hal-hal lain untuk mendukung terlaksananya pekerjaan sesuai dengan Kontrak. 1.2.6.Pekerjaan Penimbunan

Kondisi site existing harus terlebih dahulu ditimbun sampai elevasinya sama dengan elevasi jalan aspal, atau timbunan setinggi antar 90-130 cm dari tanah existing

1.2.7.Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur terdiri dari pondasi Tapak , sloof, kolom, balok, plat lantai, plat atap, plat tangga dan kap Rangka Baja Ringan.

1.2.8.Pekerjaan Arsitektur

Pekerjaan arsitektur dimulai dari pekerjaan tanah pondasi menerus, pasangan bata,kolom dan ring balok praktis, plesteran, keramik, atap, Kosen Aluminium & Kaca, pintu, plafon, pagar pengaman dan pekerjaan finishing lainnya.

1.2.9.Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal

Pekerjaan mekanikal terdiri dari pemipaan air bersih,air bekas, air kotor , air hujan . Pekerjaan Instalasi gas Medic, Tata Udara/AC. Pekerjaan elektrikal terdiri dari instalasi listrik, Instalasi Nurse Call, Sound System, MATV &Fire Alarm.

1.3. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB 1.3.1.Umum

a. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib menyediakan buku harian, membuat laporan harian, mingguan dan bulanan jalannya kemajuan pekerjaannya dengan melampirkan photo-photo pelaksanaan dan menyerahkan laporan tersebut kepada Direksi Teknik.

b. Bila kemajuan/jalannya pelaksanaan pekerjaan belum/tidak sesuai dengan time schedule, maka Direksi Teknik akan memberi saran – saran/petunjuk-petunjuk tertulis untuk mempercepat pelaksanaannya. Terhadap petunjuk – petunjuk / saran – saran / perintah/perintah termaksud, yang sengaja ataupun tidak, dilalaikan/diabaikan sehingga kemajuan pekerjaan tetap belum sesuai dengan time schedule, maka Direksi Teknik berhak untuk memberikan sebagian ataupun seluruh pekerjaan tersebut kepada PIHAK KETIGA, setelah terlebih dahulu diberi peringatan tertulis


(3)

sebanyak 3 (tiga) kali, dengan biaya dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang bersangkutan.

c. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat pelaksanaan ataupun gambar-gambar rancangan, ataupun pekerjaan yang kurang sempurna atas biaya sendiri setelah mendapat perintah tertulis dari Direksi Teknik.

d. Jika Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak dapat menerima/menyetujui petunjuk-petunjuk/saran-saran/ perintah-perintah Direksi Teknik harus mengajukan keberatan-keberatan secara tertulis dalam waktu 3 x 24 jam. Apabila dalam jangka waktu tersebut Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak mengajukan keberatan apa-apa, maka diangap telah menyetujui/ menerimanya untuk segera dilaksanakan.

1.3.2.Personil Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor

a. Pelaksana Pekerjaan / Kontraktor tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain diluar proyek ini kepada para wakil ataupun pelaksana-pelaksananya.

b. Selama jam-jam kerja, wakil atau para pelaksana Kontraktor harus selalu berada di pekerjaan kecuali berhalangan atau sakit.

c. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan mengajukan bagan organisasi, lengkap dengan curriculum vitae personil inti.

1.3.3.Kecelakaan dan Kesehatan

a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

b. Sehubungan dengan ayat (a) diatas, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK lengkap terisi menurut kebutuhan.

c. Pelaksana pekerjaan diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan dan juga harus menyediakan toilet-toilet/WC umum. d. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka semua ketentuan

umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah cq. Undang-undang keselamatan Kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahan/tambahan hingga kini tetap berlaku.

1.4. HUBUNGAN KERJA/ORGANISASI

1.4.1. Didalam melaksanakan pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan pada proyek ini akan dikoordinir oleh Direksi Teknik.

1.4.2. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyusun rencana kerja dan detail kegiatannya, serta menyusun jadwal rencana kerja yang disetujui oleh Direksi Teknik.

1.4.3. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor sesuai dengan kontraknya dengan Pemberi Tugas, akan bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan pelaksanaan proyek dan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor


(4)

bertanggungjawab penuh terhadap pengawasan yang ketat terhadap jadwal pelaksanaannya, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek ini secara keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan. 1.4.4. Dalam hal pengalihan sebahagian pekerjaan khusus kepada sub

pelaksana pekerjaan, Kontraktor/Pelaksana pekerjaan wajib meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi Teknik selambat-lambatnya 2 minggu sebelum pekerjaan dilaksanakan.

1.4.5. Dalam hal Kontraktor/Pelaksana pekerjaan telah melakukan pengalihan sebahagian pekerjaan kepada sub Pelaksana pekerjaan tanpa seizin Direksi Teknik, maka Kontraktor/pelaksana pekerjaan harus menghentikan dan mengembalikan kondisi pekerjaan ke keadaan semula sebelum dilakukan pengalihan kepada Pihak ke Tiga dan segala sesuatu yang timbul akibatnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor/Pelaksana pekerjaan.

1.4.6. Kontraktor/pelaksana pekerjaan bertanggung jawab penuh terhadap hasil pekerjaan dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan sub pelaksana pekerjaan.

1.4.7. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor hendaknya berkonsultasi dengan Direksi untuk mencegah timbulnya pertentangan, perbedaan atau perselisihan pendapat dalam melaksanakan kegiatannya sehingga terjalin koordinasi kerja sebaik-baiknya.

1.4.8. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus memberitahukan secepatnya kepada Direksi Teknik apabila mengalami suatu kesulitan dalam pelaksanaannya, atau meramalkan akan timbul kesulitan dalam pelaksanaan dikemudian hari, baik yang menyangkut kegiatannya maupun yang menyangkut kegiatan Sub Pelaksana Pekerjaan lain. 1.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

Didalam melaksanakan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam :

3.6.1. Peraturan-Peraturan

Pelaksanaan pembangunan pekerjaan ini harus memenuhi :

a. Segala Undang-undang Pemerintah Umumnya dan Pemerintah Daerah Khususnya yang berlaku untuk pelaksanaan pembangunan. b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrage Teknis. c. Peraturan-peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja

d. American Standart for Testing Materials (ASTM) Designation D. 1143-81

e. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Normalisasi Indonesia :

 Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1999-03).

 Peraturan Beton Indonesia (P.B.I), 1989 atau yang tebaru SNI.  Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI).

 Peraturan Muatan Indonesia (PMI), 1970 dan 1983.

 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI), 1982.  Standard Nasional Indonesia (SNI).

 Peraturan Batu Bata Merah sebagai Bahan Bangunan (SNI 15-2094-2000 dan SNI 1328-1969)


(5)

 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992).

 Tata cara pengambilan contoh uji beton segar (SNI 2458 : 2008).  Cara Uji Slump (SNI 1972 : 2008).

 Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002).

 Pengujian Mutu Air Dalam Beton (SNI 03-6817-2002).  Spesifikasi Beton Structural (SNI 03-6880-2002).

 Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing (SNI 03-7065-2005).  Sistem Plumbing (SNI 03-6481-2000).

 Tata Cara Pemasangan Ven Pada Sistem Plumbing (SNI 03-6373-2000).

 Pipa PVC Untuk Saluran Air Buangan Dari Dan Luar Gedung (SNI 06-0162-1987).

 Metode Pengujian Kabel Listrik (SNI 04-3893-1995).  Semen Portland (SNI 152049-2004).

 Persyaratan Komponen PVC Untuk Isolasi Dan Selubung Kabel listrik (SNI 04-1713-1994).

 Ketentuan yang dikeluarkan oleh PDAM setempat. f. Undang-Undang Perburuhan.

g. Pedoman Fire Office Comitte (FOC)

h. National Fire Protection Assosiation (NFPA).

i. Untuk bahan-bahan yang tidak atau belum ada peraturannya di Indonesia, dipakai syarat-syarat yang ditentukan oleh Pabrik bahan tersebut serta peraturan-peraturan lain yang disebutkan didalam Spesifikasi.

3.6.2. Uraian dan Syarat-Syarat Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Serta Risalah Penyelesaiannya.

a. Jika ternyata di dalam Spesifikasi terdapat penyimpangan dengan peraturan-peraturan yang tersebut pada 1.6.1. diatas, maka Spesifikasi inilah yang mengikat.

b. Jika tidak ditentukan lain dalam Spesifikasi maka semua peraturan-peraturan sebagaimana yang tersebut pada 1.6.1. diatas termasuk segala perubahan-perubahannya tetap berlaku.

3.6.3. Gambar - Gambar

a. Meliputi gambar arsitektur, konstruksi dan gambar-gambar perubahannya, juga gambar-gambar-gambar-gambar yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan Kontraktor (Shop Drawing) yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas Direksi Teknik.

b. Penjelasan gambar pelaksanaan.

c. Dalam pembuatan shop drawing, harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan/atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik. 3.6.4. Petunjuk/Instruksi Direksi Teknik

a. Semua petunjuk/Instruksi Pemberi Tugas/Direksi Teknik harus dilaksanakan secara baik oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor. b. Apabila Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak dapat menerima/

menyetujui pendapat atau perintah Direksi Teknik harus mengajukan keberatan secara tertulis dalam waktu 3 x 24 jam.


(6)

c. Apabila dalam jangka waktu tersebut Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tidak mengajukan keberatan apa-apa, maka dianggap telah menyetujui dan menerima perintah Direksi Teknik untuk segera dilaksanakan.

1.6. PROGRAM KERJA

a. Secepatnya (selambat-lambatnya 7 hari) setelah memenangkan lelang dan mendapatkan Surat Penunjukkan Pemenang Lelang, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus membuat detail program kerja, yang menunjukkan bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan, bilamana bahan import akan sampai ditempat, dan lain-lain (time schedule dan procurement schedule).

Dan seminggu setelah mendapatkan SPK, Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor harus mengajukan material list yang harus disetujui oleh Pihak Direksi (Pemberi Tugas, Konsultan Perancang dan Konsultan Pengawas).

b. Program kerja Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor tersebut harus disampaikan kepada Direksi Teknik /Pemberi tugas untuk mendapat persetujuan.

c. Direksi Teknik /Pemberi Tugas mempunyai hak untuk memeriksa, mempertanyakan dan mempelajari kelayakan dari Program Kerja Pelaksanaan Pekerjaan/Kontraktor, terutama bila menyangkut Critical Path Programe dan bila perlu akan memberikan saran dan memintakan perubahannya.

Apabila didapatkan bahwa pelaksanaan tidak dapat seiring dengan Critical Path Programe, maka Direksi Teknik akan mendesak Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor untuk mengejar waktu yang tertinggal.

d. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib mempelajari dan menyetujui secara tertulis Critical Path Program. Pada program tersebut akan terlihat bilamana Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyelesaikan bagian-bagian pekerjaannya, dan bilamana bahan import harus susah sampai di proyek.

e. Semua perubahan waktu yang terjadi pada program harus disetujui bersama antara Pemberi Tugas, Direksi Teknik/ Kontraktor yang bersangkutan.

f. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib memonitor dan menyesuaikan pelaksanaan dengan program tersebut setiap bulan.

g. Program kerja tersebut akan digunakan oleh Direksi untuk menentukan waktu keterlambatan yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor terhadap penyelesaian pekerjaan.

h. Penyerahan dan persetujuan atas Program Kerja dan semua revisinya (kalau ada) tidak akan melepaskan tugas dan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atas Kontrak yang dibuat.

1.7. TATA TERTIB PELAKSANAAN

a. Lapangan kerja site akan diserahkan kepada Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor dalam keadaan seperti pada waktu


(7)

pemberian kerja dan dianggap bahwa pelaksana Pekerjaan/Kontraktor mengetahui benar-benar mengenai :

 Letak.

 Batas-batas maupun keadaannya pada waktu itu.

 Kemungkinan memindahkan kabel-kabel dan pipa dibawah tanah.

Sebelum dilaksanakan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mengajukan persetujuan penggunaan tempat kavling kerja dengan gambar rencana tata ruang site kepada Direksi Teknik b. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib menyerahkan pekerjaan

hingga selesai dan lengkap, yaitu membuat (menyuruh membuat), memasang, memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan. c. Untuk setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya

maupun yang sedang dilaksanakan. Pelaksana

Pekerjaan/Kontraktor diwajibkan berhubungan dengan Direksi Teknik guna memintakan izin mengerjakan/untuk mendapatkan pengesahan/ persetujuannya.

d. Setiap usul dari Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang telah memperoleh persetujuan/pengesahan dari Direksi Teknik dianggap berlaku, sah serta mengikat, jika dilakukan secara tertulis dan ditandatangani.

e. Semua bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini harus benar-benar diteliti mengenai mutu, ukuran, jumlah dan harus baru (tidak dibenarkan memakai material bekas).

f. Ketelitian dan kerapihan kerja akan dinilai oleh Direksi Teknik khususnya yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun kerapihan (finishing works).

g. Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan penyelesaian dan perapihan harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga pihak Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor yang benar-benar ahli.

h. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang-gudang harus memenuhi persyaratan teknis yang dikeluarkan oleh Pabrik/Produsen material, dan dapat dipertanggung jawabkan.

i. Semua uraian yang disebut di dalam Spesifikasi ini dan semua perubahan maupun tambahan yang terjadi dan dinyatakan di dalam Berita Acara Penjelasan adalah sah berlaku dan digunakan sebagai dasar pedoman pelaksanaan.

1.8. GARIS SEMPADAN BANGUNAN

a. Garis Sempadan Bangunan dan patok-patok yang sah, ditentukan oleh Dinas Tata Kota (DTK) atau pejabat yang berwenang atas


(8)

bantuan dan kerja sama dengan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor atau mengacu pada gambar.

b. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini mengalami keterlambatan tidak dapat dipakai sebagai alasan penundaan waktu pembangunan, sedangkan pembiayaan menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor.

1.9. TENAGA AHLI

a. Setiap pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menunjuk tenaga yang ahli didalam bidangnya bagi pekerjaan-pekerjaan termasuk pekerjaan penyelesaian dan perapihan (finishing works). Terutama pekerjaan struktur Baja tukang las harus mempunyai sertifikat keahlian pengelasan

b. Tenaga ahli tersebut harus dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya, dan harus selalu berada di lapangan selama pelaksanaan, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pengawas pekerjaan.

c. Apabila tenaga-tenaga ahli pelaksana oleh Direksi Teknik dianggap tidak memenuhi persyaratan/kurang ahli dalam bidangnya, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor secepatnya harus menggantikan dengan tenaga ahli lain yang disetujui Direksi Teknik.

d. Manager Proyek harus orang yang berpengalaman dalam pelaksanaan pembangunan gedung bertingkat dengan struktur beton bertulang dan baja. Manager Proyek bertugas, mengkoordinir seluruh pekerjaan dan bertindak atas nama Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

1.10. PEIL DAN PEIL INDUK (PEIL NOL) a. Pekerjaan Penentuan Peil

 Sebelum pengukuran peil tinggi/lantai, tanah yang ada dilokasi agar dikupas atau diurug dahulu sampai peil yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

 Sebelum peil 0.00 ditentukan oleh Direksi Lapangan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan.

b. Pengukuran/Penarikan Bowplank

 Penarikan Bowplank untuk bangunan-bangunan dapat dilaksanakan dengan selang ukur atau alat lainnya yang disetujui Direksi, akan tetapi lebih disarankan pakai alat ukur Theodolit atau T Nol.

 Penarikan Bowplank harus dihadiri oleh Pengawas dari pihak Direksi.

 Elevasi 0.00 harus ditentukan bersama oleh Pengawas/Direksi Teknik sebagai dasar penarikan bowplank dan elevasi bangunan lainnya.

 Pengukuran rencana peletakan bangunan harus dilakukan dengan teliti dan seksama, sehingga sesuai dengan rencana dan gambar bestek.


(9)

 Penempatan ukuran-ukuran titik duga dan titik-titik pokok lainnya yang harus dibuat/dipasang dengan propel-propil atau bowplank yang cukup kuat dari kayu dan sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan.

 Titik-titik duga/pokok tersebut tidak boleh dipindahkan tanpa persetujuan Direksi Lapangan

 Pemasangan patok-patok ataupun titik-titik duga yang telah

terpasang maupun bowplank, jika Direksi

menilai/mempertimbangkan merasa perlu

dirobah/diperbaiki/dipindahkan/direvisi, kontraktor harus melakukan dengan petunjuk dan pengarahan Direksi Lapangan.  Patok-patok titik duga/patok yang dipasang, kontraktor harus

memperhitungkan mutu bahannya sehingga patok tersebut cukup kuat hingga selesai pekerjaan pelaksanaannya.

 Apabila ada patok yang rusak, harus segera diganti dengan yang baru dan pemasangannya diketahui dan disetujui oleh Direksi Lapangan.

1.11. PAPAN BANGUNAN (BOW PLANK)

a. Apabila Papan Bangunan yang sudah dipasang pada paket pekerjaan Pemsangan Pondasi sudah tidak berfungsi, maka kontraktor harus membuat/memperbaikinya kembali.

b. Papan Bangunan harus dipasang pada patok-patok kayu yang kuat tertancap didalam tanah sehingga tidak bisa bergerak atau berubah.

c. Lebar papan bangunan sekurang-kurangnya 10 cm dan tebalnya sekurang-kurangnya 2 cm, halus, lurus dan rata pada permukaan sisi atas papan.

d. Tinggi papan bangunan harus sama dengan peil nol/induk kecuali memutuskan lain.

e. Setelah pemasangan papan bangunan selesai, harus dilaporkan kepada Direksi Teknik untuk diperiksa dan disetujui sebelum mendapatkan pekerjaan lainnya.

1.12. PENGUKURAN SUDUT SIKU

a. Pengukuran sudut siku dan tegak lurus bangunan harus dilakukan dengan alat water pass dan theodolite.

b. Bila terpaksa pengukuran siku dan tegak lurus bangunan dengan benang secara azas setiga Pytagoras atau gravitasi/lot hanya dipergunakan untuk bagian-bagian ruang yang kecil dan atas persetujuan Direksi Teknik.

c. Titik/alat acuan tegak lurus dan sudut siku tidak boleh digeser, diubah atau dipindahkan tanpa persetujuan dan pengawasan dari Direksi Teknik sampai pekerjaan yang bersangkutan selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik.


(10)

a. Semua material yang disediakan dan dipasang oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus baik dan sesuai persyaratan, baru dan sebelum dibeli/dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.

b. Sedapat mungkin setiap bahan mempunyai contoh yang harus diajukan untuk disetujui Direksi Teknik . Contoh tersebut, setelah disetujui, akan disimpan di Kantor Direksi Teknik dan akan digunakan sebagai dasar standard bahan yang akan dipasang. c. Bahan-bahan yang terpasang dan tidak sesuai dengan contoh

yang telah disetujui akan ditolak oleh Direksi Teknik dan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggungjawab untuk menggantinya, tanpa biaya tambahan.

d. Penyebutan suatu merk atau nama pabrik didalam spesifikasi atau pada gambar harus diartikan sebagai permintaan suatu bahan yang satu kelas atau satu kualitas dan satu tipe/jenis dalam hal pembuatan dan bahannya, dan tidak berarti menutup kemungkinan penggunaan material sejenis dari pabrik lain.

e. Semua biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan contoh-contoh bahan menjadi tanggungan Pelaksanaan Pekerjaan/Kontraktor.

1.14. FOTO – FOTO PELAKSANAAN

a. Untuk keperluan dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib membuat foto-foto yang menunjukkan kemajuan pekerjaan, yaitu :

 Keadaan lapangan sebelum pekerjaan dimulai.  Keadaan lapangan pada saat pekerjaan persiapan.  Keadaan pada saat pekerjaan pondasi.

 Keadaan pada saat setiap tahap pekerjaan.

 Keadaan pada saat terjadi force majeure (bila ada).  Keadaan pada saat serah terima I dan II.

 Keadaan-keadaan lain menurut kebutuhan Direksi Teknik. b. Foto-foto harus berwarna, ukuran Post Card, ditempatkan didalam

album dengan beberapa keterangan singkat, dan diberikan kepada Direksi Teknik, sebanyak 3 set.

c. Seluruh biaya pembuatan foto dokumentasi, berikut albumnya, menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

d. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus menyediakan camera yang dilengkapi dengan peralatan deteksi jam & tanggal (bukan pocket camera) yang dilengkapi dengan tele lens (lensa jarak jauh) di lapangan.

1.15. SYARAT-SYARAT PENYERAHAN PEKERJAAN

a. Pada saat atau sebelum hari penyelesaian pekerjaan yang telah ditentukan, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib menyelesaikan seluruh pekerjaaanya sesuai kontrak dan sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi ini, dan Direksi Teknik dapat


(11)

menyatakan bahwa pekerjaan tersebut telah selesai, siap dipakai dan telah sesuai dengan kontrak, spesifikasi dan gambar-gambar. b. Pekerjaan dikatakan selesai apabila telah memenuhi semua

persyaratan yang tercantum dalam kontrak, dan mendapat persetujuan Direksi Teknik.

c. Penyerahan pekerjaan dilakukan dengan Berita acara Penyerahan disertai lampiran gambar-gambar, instruksi-instruksi, perizinan dan lain-lain sebagaimana yang disyaratkan.

1.16. PEMBERSIHAN

a. Setiap Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor wajib membersihkan kembali proyek dari kototan-kotoran yang disebabkan oleh hasil pekerjaannya.

b. Semua kotoran-kotoran tersebut harus dibuang keluar oleh Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor yang bersangkutan dengan biaya sendiri.

1.17. TATA TERTIB LAPANGAN

a. Semua barang-barang yang tidak berguna atau yang ditolak oleh Direksi Teknik, selama jalannya pembangunan, harus dikeluarkan dari halaman kerja/lokasi kerja selambat – lambatnya 2 x 24 jam. b. Semua bagian yang bergerak hendaknya dijaga kelancaran

jalannya, misalnya pintu-pintu pagar dan lain-lain.

c. Semua anak kunci harus dikumpulkan, diberi tempat yang baik, dan diberi tanda.

d. Barang-barang/alat-alat sanitasi harus dijaga kebersihannya bila ada kerusakan-kerusakan pada bagian yang telah selesai, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus memperbaiki/ menggantinya sampai memuaskan dan atas biaya sendiri.

1.18. KEAMANAN

a. Setelah Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor mendapat batas-batas daerah kerja dan lain-lain sebagaimana yang telah diuraikan dalam point-point sebelumnya, maka Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada didaerahnya, yaitu:

 Kerusakan – kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang disengaja ataupun tidak.

 Penggunaan sesuatu yang keliru/salah

 Kehilangan bahan-bahan/alat-alat perlengkapan-perlengkapan yang ada di daerahnya.

b. Terhadap semua kejadian tersebut pada butir ‘a’ diatas, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus melapor kepada Direksi


(12)

Teknik dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam guna diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

c. Untuk mencegah kejadian-kejadian diatas, Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor diizinkan mengadakan pengamanan antara lain mengadakan penjagaan siang dan malam, penerangan malam, memasang alat-alat tanda bahaya, memasang alat-alat pemadam kebakaran sesuai ketentuan yang berlaku, dan lain-lainnya.


(13)

BAB – 2

PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. PAPAN NAMA PROYEK

a.Kontraktor bangunan harus membuat papan nama proyek dengan ukuran minimal 1,00 x 1,50 m dipasang ditempat yang strategis atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.

b. Papan nama harus menunjukkan nama proyek, tahun anggaran/ sumber anggaran, nilai proyek dan nama kontraktor pelaksana. c.Kontraktor bangunan wajib memelihara papan nama dan pagar

sekeliling proyek dan memperbaiki kerusakan-kerusakannya atas biaya sendiri.

2.2. KANTOR DIREKSI DAN KONTRAKTOR (DIREKSIKEET)

a. Kantor Direksi Teknik dibuat dengan konstruksi kayu dengan dinding plywood dicat dan atap dari asbes semen gelombang atau dengan sistem kontainer yang disetujui oleh Direksi Teknik. b. Kontraktor bangunan harus melengkapi ruang Direksi Teknik

dengan :

 2 (dua) buah meja tulis masing-masing kengkap dengan 2 (dua) kursi.

 1 (satu) buah meja besar, ukuran tidak kurang dari 170 cm x 80 cm, untuk membuka gambar dan untuk rapat.

 1 (dua) buah rak tempat menyimpan gambar.

 1 (dua) buah lemari terkunci untuk menyimpan barang contoh.

 1 (satu) buah meja gambar dengan kelengkapannya.  1 (satu) buah white board ukuran 2.4 x 1,2 m.

c. Kontraktor bangunan harus melengkapi Ruang Rapat dengan :  Meja rapat besar lengkap dengan 12 buah kursi.

 1 (satu) buah papan tulis besar.

d. Pengadaan Direksikeet bersifat permanen dan atas perintah Direksi Teknik setelah selesai penyerahan kedua harus dikeluarkan dari lapangan.

2.3. TOILET

Selain toilet yang telah disediakan pada Direksikeet, Kontraktor harus menyediakan toilet yang cukup memenuhi, baik dalam jumlah maupun syarat-syarat kesehatan umum dan lingkungan untuk pekerja-pekerja kasar


(14)

a. Pembuatan gudang-gudang bahan harus sedemikian baiknya, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan akan digunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain.

b. Lantai gudang harus mempunyai ketinggian minimum 10 cm dari permukaan tanah, serta dinding, atapnya tidak boleh bocor.

2.5. AIR DAN PERALATAN KERJA

a. Kontraktor harus menyediakan instalasi listrik dan air kerja yang bersih atas biaya sendiri, yang dapat juga dipakai untuk keperluan pihak lain

b. Termasuk pada pekerjaan ini adalah penyediaan listrik dan air untuk Direksi-keet.

2.6. ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT PEMBANTU

Kontraktor diwajibkan menyediakan/menggunakan peralatan-peralatan kerja yang jumlah, kapasitas dan kualitasnya cukup baik untuk memenuhi syarat seperti : concrete mixer/molen, concrete vibrators, mesin genset, trucks, Mesin stemper, Bar bending, alat-alat ukur (theodolite, water pass dan lain-lain), peralatan pemadam kebakaran, peralatan-peralatan test beton dan lain-lain.

2.7. JALAN-JALAN SEMENTARA

a. Jika di lapangan pekerjaan belum terdapat sarana tersebut, Kontraktor wajib menyediakan saluran-saluran, titi, pengerasan jalan dan lain-lain yang sifatnya sementara untuk memungkinkan pengangkutan alat-alat pembangunan dan bahan-bahan, disamping untuk bergerak di halam kerja.

b. Semua sarana tersebut harus dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan dan setelah selesai, semua sarana harus dibersihkan kecuali bagian-bagian yang akan dipergunakan lebih lanjut.

c. Sebaliknya kerusakan-kerusakan yang terjadi pada sarana-sarana yang telah ada, yang nyata-nyata disebabkan oleh pekerjaan kontraktor, harus diperbaiki kembali atas beban kontraktor sendiri.

2.8. ALAT-ALAT PPPK

Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakan (PPPK) lengkap terisi menurut kebutuhan. Bila terjadi kecelakaan, kontraktor harus segera mengambil tindakan seperlunya.


(15)

a. Kontraktor hendaknya mendirikan beberapa los kerja yang cukup luas untuk pekerjaan-pekerjaan seperti ; pekerjaan kayu, pembongkaran besi dan lain-lain yang dianggap perlu.

b. Untuk mengatur penempatannnya dilapangan, kontraktor wajib membuat rencana lay out dan harus mendapat persetujuan Direksi.

2.10. PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN a. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum pelaksanaan

mencakup pembongkaran/pembersihan terhadap segala hal yang dinyatakan oleh Direksi Teknik dan Perencana tidak digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan. b. Hasil bongkaran/pembersihan harus dikeluarkan/dipindahkan ke

luar dari lokasi pekerjaan atas izin dan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.

BAB – 3

BAHAN-BAHAN BANGUNAN

3.1. AIR

Persyaratan air (water) pencampuran untuk beton, spesi pelesteran harus sesuai dengan persyaratan sebagai beikut :

2.1. Air pembuatan dan perawatan beton tidak mengandung minyak, asam alkaid, garam, bahan –bahan organis atau bahan – bahan lainya yang dapat merusak beton atau baja tulangan . Dalam hal ini dapat dipakai adalah air bersih yang dapat diminum. Pekerjaan galian tanah dapat dilaksanakan setelah bowplank dan peletakan posisi pondasi sloof sudah disetujui oleh Direksi lapangan / Pengawas lapangan.

2.2. Apabila terdapat keraguan- keraguan mengenai air maka Kontraktor wajib mengirimkan contoh air tersebut ke Lembaga Pemeriksaan Badan yang diakui untuk menyelidiki sampai berapa jauh air itu mengandung zat- zat yang dapat merusak beton dan baja tulangan dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

2.3. Apabila pemeriksaan contoh air dalam hal, adanya keragu- raguan terhadap air, maka harus diadakan percobaan perbandingan antar kekuatan mortar semen+ pasir dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila kekuatan tekanan mortar dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan tekanan mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama. Persyaratan diatas sesuai dengan PBI ‘ 71’ pasal 3.6 bdan PUBI NI-31 pasal 10.

3.2. SEMEN

3.2.1. Persyaratan sumber ( cement) harus sesuai dengan PBI ‘71’ PASAL 3.2.

3.2.2. Semen yang dimaksud sama dengan porland Cement Type I.


(16)

3.2.4. Semen yang bergumpal atau membatu tidak dibenarkan untuk digunakan.

3.2.5. Merek semen yang digunakan harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

3.3. AGREGAT UNTUK BETON DAN PERSYARATAN

3.3.1. Agregat (Aggregate) untuk pekerjaan beton harus terdir dari campuran agrgat kasar (coarse aggregate), lihat PBI ‘71’ pasal 3.3 -3.5.

3.3.2. Agregat (Aggregate) tersebut harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada tabel dibawah ini.

TABEL 4.4.2.1.

Persyaratan Gradasi Agregat Halus atau Kasar

No.

Penunjukan

saringan Persentase lolos berdasarkanBerat ASTM C-136 Dan C- 33 Standar

(mm)

British (inches

Agregat Halus

Pilihan Agregat Kasar

1 50 2

2 37 1 1/2

3 25 1 100

4 19 3/4 90-100 100

5 13 1/2 - 90-100

6 9.50 3/8 100 20-55 40-70

7 4.75 #4 95-100 0-10 0-15

8 2.36 #8 - 0-5 0-5

9 1.18 #16 45-50 -

-10 0.3 #50 10-30

11 0.15 #100 0-5

Agregat Kasar = Agregat untuk Beton Agregat Halus = Pasir Bersih

Tabel 4.4.2.2.

Perayaratan Mutu Agregat No

. Jenis Pengujian Agregat KasarBatas PengujianAgregat Halus 1 Kehilangan berat karena

kehausan ( 500 Putaran)

ASTM C -151/ C – 535

40%

-2 Saringan - Bahan yang lolos 00.75 mm

(# 200) ASTM C- 117

2 % 2 %

0.5 %

3 Berat Jenis ASTM G -127

ASTM C-120 > 2.4 0.5%

4 Kotoran Organik pada Pasir

ASTM C-87 - Warna The muda

Apabila diminta oleh Diteksi, maka Kontraktor harus melaksanakan pengujian diatas biaya sendiri.


(17)

3.3.3. Agregat harus bermutu baik dan bebas dari kotoran organik bahan – bahan lunak dan gumpalan gumpalan lunak.

3.3.4. Persyaratan untuk pasir beton berlaku umum pada persyaratan pasir pasang 2.51-2.5.4.

3.4. PASIR PASANG

3.4.1. Pasir pasang adalah agregat 9 (fine Aggregat).

3.4.2. Pasir harus terdiri dari pasir alam bersih ( kalau dminta , pasir tersebut harus dicuci sebelum digunakan).

3.4.3. Pasir laut tidak dibenarkan untuk digunakan atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

Pasir pasang harus bersih dari bahan- bahan yang merusak seperti : Olie, garam, asam, alkali, gula atau bahan –bahan organik lainnya.

Tabel 4.5.1.

Persyaratan Gradasi Agregat Halus ( Pasir Pasang)

No SaringanUkuran Mm

Persentasi Lolos atas Berat ASTM C- 136 Dan C- 33

Catatan Ukuran maximun Normal

4.75 mm 1 2 3 4 5 6 7 9.5 4.75 2.36 1.18 0.30 0.15 0.075 -100 95-100 -Maximun 25 Maximun 10 Gradasi yang lebih kasar digunakan untuk adonan pengisi rongga yang besar dan untuk sambungan lebih tebal dari 13 mm

Tabel 4.5.2.

Syarat Syarat Kualitas Agregat Halus

No Uraian Batas Test

1 Kekeruhan organis dalam pasir (Test Sodium hydroxide) ASTM C-87

Melewati harga standar warna

(kuning gading), warna the muda

2 Berat jenis ASTM C -128 Minimun 2.4

3 Bahan lolos no.200 ASTM C-117 Minimum 10% Perhatikan PBI ‘71’ Bab –III Pasal 3.3

3.5. BATU KERAWANG/ BATU ROOSTER

Adapun persyaratn yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 3.5.1. Campuran Pasir Pasang dengan semen dan air dengan perbandingan


(18)

3.5.2. Campuran yang siap diapakai ditempatkan didalam cetakan besi yang bentuknya sesuaia dengan yang diinginkan menggunakan sekop

3.5.3. Bahan Campuran beton dengan pasir harus dipres menggunakan lempengan besi dalam cetakan sampai padat, pengepresan harus menggunakan press mesin

3.5.4. Setelah proses pencetakan Batu kerawang dijemur, tidak boleh dibawah sinar matahari langsung dan kelembabannya dijaga agar proses penyerapan airnya sempurna

3.6. BATU BATA MERAH

Persyaratan batu bata ( Brick Wall) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

3.6.1. Batu bata merah dan tanah liat melalui proses pembakaran dengan ukuran minimal tebal 5cm, lebar 12 cm dan panjang 24 cm, ukuran tersebut diusahakan tidak menyimpang jauh dari ukuran yang disetujui oleh direksi Lapangan.

3.6.2. Batu bata merah yang digunakan adalah kwalitas no.1, ukuran jumbo cetak mesin berwarna merah tua yang merata tanpa cacat dan mengandung kotoran dan mempunyai daya tekan ultimate 30 kg /cm2.

3.6.3. Batu bata merah bangunan harus memenuhi syarat- syarat pada PUBI NI-3) Passal 18.

3.7. PEMBUATAN BETON TAK BERTULANG DAN BERTULANG

3.7.1. Persyaratan perencanaan campuran( Berdasarkan berat)

Untuk pekerjaan beton utama (pondasi, kolom, balok dan plat lantai) dan pekerjaan konstruksi, perbandingan bahan untuk perencanaan campuran harus ditentukan dengan Mix Design Concrete untuk K-250dengan penggunaan semen PC minimal 400kg / m3 campuran bahan beton dan faktor air semen (0.4-0.5) dan khusus beton campuran 1:2:3 harus menggunakan semen PC minimal 340 kg /m3 campuran bahan beton.

3.7.2. Persyaratan Perencanaan Campuran ( Berdasarkan Volume)

 Semen ( Cement) harus selalu diukur berdasarkan berat 40 Kg tiap kantong.

 Agregat (Aggregate) dapat diukur berdasarkan volume, menggunakan kontak -kontak ukuran.

 Pasir basah (Wet Sand) mengembang kurang lebih 25 % berdasarkan volume kadar air (Moisture Content) yaitu (100-130) kg /m3 pasir amat basah dan (60-65) kg/ m3 pasir dengan kebasahan sedang.

 Air untuk pencampuran harus diukur secara teliti dalam sebuah wadah yang disetujui oleh Direksi

3.7.3. Penyesuaian Campuran

 Penyesuaian kemudahan dikerjakan

a) Direksi Teknik dapat memerintahkan perubahan dalam berat atau volume agregat, asalkan kandungan semen


(19)

sesuai perbandingan air/ semen (WCR) yang ditetapkan .

b) Campuran tambahan (Admixture) untuk meningkatkan kemudahan yang dikerjakan, dapat dijinkan tergantung kepada persetujuan Direksi Teknik.

 Penyesuaian Kekuatan

1. Bilamana beton tidak memenuhi kekuatan, kadar semen harus ditambah agar kekuatan diperoleh.

2. Tidak ada perubahan sumber (quarry) atau sifat-sifat bahan (Properties) yang akan dibuat tanpa perintah tertulis direksi teknis.

3.7.4. Pelaksanaan Pekerjaan

 Pencampuran beton di Lapangan

a) Waktu pencampuran tidak boleh kurang 1.5 menit untuk mesin- molen kapasitas ¾ m3 jangka waktu minimun harus ditambah (15-30) detik untuk setiap penambahan ½ m3 campuran beton.

b) Pencampuran harus dimulai dengan agregat beserta semen dan dicampur untuk waktu yang pendek sebelum ditambah air , PBI ’71 SUB BAB 4.3 -4.4. dan SKSNI T -28 -1991-03 c) Sebelum mencampurkan takaran beton baru, mesin

pencampur harus dikosongkan dan dibersihkan .

 Penyiapan Lapangan

a) Lapangan pekerjaan untuk penempatan beton harus disiapkan. Bahan-bahan harus telah di uji sesuai dan ditempatkan, serta peralatan dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan.

b) Semua pondasi dan galian –galian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis

c) Semua acuan, penulangan dan yang lain harus benar posisinya untuk mencegah perpindahan tempat.

3.7.5. Acuan (Bekisiting)

Acuan harus memenuhi PBI’ 71 Sub bab 4.1.& 5.8.

 Kayu dengan permukaan kasar dapat digunakan untuk permukaan bangunan yang tidak menonjol keluar.

 Ujung- Ujung tajam sisi dalam acuan dibuat tumpul

 Penguatan acuan terdiri dari baut-baut, klem atau sarana lain untuk mencegah merenggangnya acuan.

 Acuan tanah dapat digunakan yang tergantung kepada persetujuan Direksi Teknik.

 Acuan untuk beton yang dicor di air, harus kedap air dan dijamin kekakuanya.

3.7.6. Tulangan, anyaman Kawat Pengikat Untuk Beton

Pekerjaan baja tulangan (Reinforced ) terdiri dari pengadaan , pemotongan pembengkokan dan penempatan dan pengelasan anyaman untuk penulangan beton. Kontraktor harus mengajukan daftar tulangan yang sesuai dengan gambar kerja untuk disetujui Direksi.


(20)

 Bahan – bahan Penulangan 1) Batang Baja Penulangan

a. Batang baja polos mutu U-24 untuk tulangan

b. Jika mutu baja diragukan , Direksi Teknik dapat meminta baja tersebut untuk di uji

2) Penulangan anyaman Baja

Anyaman baja untuk penggunaan sebagai penulangan beton harus dilas kawat baja dan sesuai dengan AASHTO M- 55 dan harus diadakan dalam lembar rata atau gulungan.

3) Penopang (ganjal) Penulangan

Penopang ( ganjal) yang digunakan, harus dibentuk dari blok beton precetak ( 3 x3 x3) cm atau dibuat dari adukan mortar (1: 2) atau minimal (2x2x2) cm untuk plat lantai atau perhatikan tabel pada 3.11.2.

4) Kawat Pengikat Penulangan

Kawat pengikat yang digunakan untuk pengikat dan pengaman batang tulangan baja, harus kawat baja sesuai dengan PBI 1971 (NI-2)

 Pelaksanaan Pekerjaan.

1. Pembengkokan Baja Tulangan

a. Batang tulangan baja harus dipotong dengan panjang yang dibengkokan secara hati - hati menurut bentuk dan ukuran yang diperlukan

b. Batang tulangan mutu tinggi tidak boleh dibengkokkan dua kali. pemanasan dilarang, kecuali apabila disetujui oleh Direksi Teknik

c. Jari- jari Pembengkokan paling sedikit 5 kali diameter batang . Kait harus dibengkokan sesuai dengan PBI ‘ 71 (N.I-2) sub bab 8.2

2. Penempatan dan Pengikatan

a) Penulangan harus dibersihkan untuk menjamin kondisi pengikatan yang baik

b) Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar. Dalam keadaanapapun penulangan dilarang terletak langsung diatas acuan kerja

c) Batang baja penulangan harus ikat bersama dengan cara kokoh untuk menghindari perpindahan tempat selama penuangan dan penempatan beton.

d) Penyambungan baja penulangan harus disesuaikan dengan PBI ‘ 71 (NI- 1-2 ) sub. 8.11-8.15

3.8. PEMBUATAN BAHAN SPESI & PLESTERAN

3.8.1. Pencampuran adonan / spesi / plesteran.

Agregat halus ( pasir pasang yang dilayak ) dan semen harus diukur dan campur dalam mixer (pencampuran) beton, atau dengan tangan. Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk satu campuran yang baik dan pencampuran berlanjut selama 5-10 menit sampai didapatkan satu adonan dari kekentalan yang


(21)

diminta . Penggunaan semen untuk perbandingan bahan 1:4 semen PC yang digunakan adalah 6,52 kg (0,179 Zak @ 40 kg) dan untuk bahan campuran 1:2 harus menggunakan semen PC = 7,16 kg (0,179 Zak @ 40 kg) untuk plesteran sementara untuk bahan spesi pasangan batu bata dengan perbandingan bahan spesi 1:4 harus menggunakan 164,92 kg (4,123 Zak @ 40 Kg) semen PC dan untuk campuran 1:2 harus menggunakan semen PC 273,33 KG (6,833 Zak @ 40 kg).

3.8.2. Penempatan Pemasangan

1. Permukaan yang meneriam adonan harus dibersihkan diri setiap bahan lepas, Lumpur atau benda- benda lain harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum adonan tersebut ditempatkan

2. Bilamana digunakan sebagai permukaan selesai, adonan tersesbut harus dipasang diatas permukaan basah dan bersih.

3.8.3. Kegunaan Adonan

1. Kegunaan adonan adalah untuk keperluan spesi pasangan batu dan pasangan batu bata serta pasangan plesteran, pasangan keramik dan batu alam

2. Biaya Pembuatan adonan sudah termasuk dalam pekerjaan pasangan

3.9. PEMBUATAN TAHU BETON

a. Tahu beton berfungsi sebagai selimut beton yang melindungi besi tulangan dari karatan.

b. Tahu beton terbuat dari adonan spesi 1:2:3 yang dicetak berukuran spesi contoh dibawah ini

No Ukuran Tahu beton Diguankan Untuk

1 ( 2,5X2,5X2,5) cm Plat Lantai, Sloof, Balok, Kolom

2 (2x2x5) cm Pondasi Tapak,

c. Tahu beton harus di cetak diproses dan ikatan dari kawat beton harus dipasang.

d. Kawat kasa nyamuk dapat dibuat menjadi tulungan tahubeton agar tahu beton jangan muda retak atau patah saat dipasang dan diikat ketulangan.

e. Biaya pembuatan tahu beton sudah termasuk dalam pekerjaan beeton tulang.

3.10. PETUNJUK PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON PENTING LAINNYA

1. Bekisting atau cetakan terbuat dari kayu sembarang keras, terpasang kuat sehingga tidak mudah berubah bentuk saat pengocoran, bekisting dari bahan triplex harus tebal 9 mm dan harus diberi sokongan / perkuatan agar tidak melendut.


(22)

2. Pengadukan beton harus dilakukan secara mudah dengan menggunakan mesin pengaduk beton (Beton Mollen Atau Concrete Mixture) dan pemadatan pada waktu pengecoran harus sempurna dengan mempergunakan mesin vibrator sehingga tidak terdapat hasil yang keropos, dan hasil pengecoran benar – benar padat.

3. Kontraktor tidak diperkenankan melakukan pengecoran beton sebelum pembersihan dan pemasangan tahu beton diperiksa oleh Direksi, begitu juga dengan pembongkaran bekisting setelah pengecoran selesai.

4. Persyaratan lain dari pekerjaan beton ini berpedoman kepada SKSNI dan SNI serta PBI’71.

5. Petunjuk ASTM D – 75, ASTM C – 125,C – 494,C – 685, ASTM C – 470, C – 617, C – 513, C – 873, C – 31, dan C – 143 dan petunjuk ASTM mengenai bahan beton dapat digunakan sebagai acuan kerja.

6. Alat pemadat tanpa getaran yang digunakan harus diajukan oleh kontraktor kepada Direksi lapangan / Pengawas lapangan untuk mendapatkan persetujuan.

7. Semua pekerjaan beton (beton muda) harus dirawat setelah dicor dan harus terhindar dari getaran – getaran yang dapat mengganggu pengikatan dan kekuatan beton setelah kering (messive).

8. Kontraktor harus memperhatikan hal no.7. diatas dalam waktu 24 jam pertama dan dalam waktu 7 hari setelah pelaksanaan pengecoran.

9. Pembongkaran bekisting / sokongan kolom – balok induk dan plat lantai, dapat dilakukan setelah beton berumur minimal 21 hari atau sesuai dengan persetujuan Direksi lapangan.

3.11. PENGAMBILAN SAMPLE UJI & PENGUJIAN NILAI SLUMP

1. Kontraktor harus menyediakan peralatan – peralatan uji seperti berikut :

a. Timbangan kapasitas 20 kg dan 50 kg

b. Peralatan uji kekentalan campuran beton muda (Slump test) c. Peralatan pembuatan sample uji beton berupa kubus 20x20x20

atau silinder dia 15 cm, tinggi 30 cm.

2. Kontraktor harus mengambil sample uji terhadap campuran beton untuk mewakili :

a) Pondasi & kolom pondasi b) Kolom induk

c) Balok induk d) Plat lantai

Masing – masing jenis sub struktur diatas diambil 5 buah sample uji pada tempat yang berbeda -beda.

3. Pengujian kuat tekan beton terhadap sample uji dilakukan setelah sample berumur 3 (tiga) hari yang kemudian harga kekuatannya dikonversi ke 28 hari dalam pelaporan

4. Sebelum pembuatan sample uji kontraktor harus menguji nilai slump campuran bahan beton muda.

5. Nilai slump yang diijinkan adalah 12 ± 2 untuk balok, sloof dan 14 ± 2 untuk pekerjaan kolom, lantai

6. Pada sample uji harus dicantumkan: a. Tanggal pembuatan sample b. Kode sample


(23)

Dan identifikasi sample ini nantinya harus tertuang dalam laporan hasil pengujian

7. Tempat pengujian sample dapat dilakukan melalui laboratorium PU atau Laboratorium Universitas yang disetujui oleh Direksi

3.12. BAJA TULANGAN a. Baja Tulangan

Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan penulangan beton. Dalam perdagangan disebut juga besi beton. Mutu baja tulangan yang dipakai adalah baja U-24 dengan bentuk baja tulangan polos (permukaan licin) menurut PBI-1971 (NI-2) pasal 3.7. Untuk Tulangan Ulir menggunakan Baja U-32. Bila baja tulangan oleh Direksi Lapangan diragukan kualitasnya harus diperiksa di Lembaga Penelitian bahan-bahan yang diakui, atas biaya Kontraktor.

b. Baja Profil  Mutu Baja

Mutu baja sekurang-kurangnya harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Persyaratan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982). Dalam hal ini ditentukan mutu baja adalah Fe.310, dengan tegangan leleh = 2100 kg/cm2 dan Tegangan Dasar = 1333 Kg/cm2 . Bahan baja yang masuk ke lokasi Proyek harus disertai sertifikat yang menyatakan mutu baja tersebut.

 Perlindungan Baja

Konstruksi baja harus dilindungi terhadap kerusakan akibat proses/reaksi kimiawi dan mekanis. Konstruksi baja yang dibuat secara pabrikasi, mendapat persetujuan dari Direksi Teknik mengenai lokasi dan kelayakan kerja. Direksi Teknik dapat menolak bahan/konstruksi baja dinilai tidak memenuhi syarat secara konstruktif.

 Alat Penyambung

Alat penyambung yang digunakan, baik yang berupa, baut ataupun las harus mempunyai tegangan dasar paling sedikit sama dengan tegangan dasar baja konstruksi. Jika digunakan alat penyambung baut, maka jarak pusat ke pusat baut tidak melebihi 5 (lima) kali diamater baut. Jika digunakan alat penyambung las, maka panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 10 (sepuluh) kali tebal teras batas las. Panjang netto las yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat terputus-putus. Tenaga kerja yang digunakan harus mempunyai sertifikat keterampilan sesuai dengan persyaratan.

3.13. TANAH TIMBUN

1. Tanah yang digunakan untuk menimbun bawah lantai untuk mencapai peil lantai adalah tanah merah

2. Tanah timbun harus bebas dari bahan-bahan organik, akar-akar kayu dan bahan yang dapat membusuk lainnya

3. Sifat mekanik tanah tidak lempung, bebas lumpur


(24)

Persyaratan kayu untuk bangunan;daun pintu, lisplank harus memenuhi persyaratan seperti dibawah ini :

a. Standar yang dipergunakan adalah harus memenuhi syarat seperti yang diuraikan / ditetapkan pada :

- Peraturan umum untuk bangunan di Indonesia NI-3, Pasal 21. - Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5

- Peraturan bangunan Nasional dan perlengkapan

b. Mutu kayu adalah damar, meranti sesuai dengan PPKI, bebas dari getah, cacat-cacat dan harus mengalami proses pengeringan udara minimum 3 (tiga) bulan.

c. Kadar air dalam kayu harus lebih kecil atau sama dengan 15 % sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20% dan harus dijaga supaya kadar air tersebut konstant baik pada saat penyimpangan, pekerjaan maupun pada penyelesaian pekerjaan.

d. Bahan Pekerjaan Kayu

(1). Kayu yang dipakai harus menggunakan kayu damar, cengkeh dan kayu meranti batu sesuai dengan PPKI 1961(NI-5)

(2). Selama Pelaksanaan , mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan penyimpangannya ditempat kering, terlindung dari hujan dan panas, terutama kayu pintu.

(3). Kayu Lapis

Kayu lapis memiliki teloransi ukuran panjang atau lebar adalah ± 3 mm, tebal lebih kecil 6mm ± 5% tebal lebih besar sama dengan 6 mm± 3 % standart mutu adalah SII 040 /81 dan atau PUBI 1982 Pasal 38, mutu adalah SII 040 /81 dan atau pubi 1982 Pasal 38.

e. Syarat – Syarat Pelaksanaan

Adapun syarat –syarat pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Semua pekerjaan kayu yang tampak dan sisi bawah rangka langit - lagit harus diserut rata Khususnya kayu untuk; rangka pintu/ jendela, lisplank dan bidang – bidang kayu yang kelihatan dicat dengan merata licin dan selesaikan dengan memuaskan.

2. Semua sambungan –sambungan harus dikerjakan dengan penuh kelihatan, rapat dan rapi

3. Semua pekerjaan kayu yang akan dicat harus diketam rata dan licin serta tidak ada lubang dan mata kayunya.

4. Lembaran kayu lapis harus direkat rapat dengan bahan perekat yang baik pada rangkanya dan dipaku dengan paku kecil yang dipipihkan sehingga tidak nampak pada permukaan kayu Kayu lapis yang digunakan harus memenuhi SII 0404 dengan kuat rekat jenis 1 dengan teloransi ukuran 3 mm atau sesuai PUBI-82

3.15. ALUMINIUM

Persyaratan Kosen yang dipakai adalah kosen dari bahan pabrikasi berupa material dasar Aluminium, yang dipabrikasi sedemikian rupa.


(25)

Seluruh pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan dalam :

- The Aluminium Association (AA)

- Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA) - American Standards for Testing Material (ASTM)

- SNI 1989

3.16. Rangka Baja Ringan & Penutup Atap 3.16.a. Lingkup Pekerjaan

 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan termasuk alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan sempurna.  Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penyetelan dan pemasangan

penutup atap metal.

3.16.b. Bahan- bahan

Atap yang digunakan dari jenis Plat Baja Zincalum Colorbond dengan bahan dasar plat baja tebal dasar = 0.30 mm (BMT 30) dan tegangan leleh 5500 Kg/cm² . Kemudian dilapis Zincalum dengan komposisi zincum 43.5 %, Silicon 1.5 % dan aluminium 55 % dengan ketebalan lapisan 150 gr/ m² . Selanjutnya permukaan atas dicat dengan ketebalan rata-rata 30 micron. Tebal total plat baja zincalum colorbond = 0.35 mm (CTC 35), berat persatuan luas 3.38 kg/m2, lebar efektif 760 mm dan panjang sesuai kebutuhan. Bentuk gelombang dan warna sesuai ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan kemudian oleh Direksi Teknik.

3.17. Kaca

- Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Pekerjaan kaca dan cermin meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.

- Standard

a. ANSI : American National Standard Institute. 297.1-1975-Safety Material Used in Building.

b. ASTM : American Society for Testing and Material. E6 – P3 Proposed Specification for Sealed Insulating Glass Units.

- Persyaratan Bahan

a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengembangan (Floating Glass).


(26)

b. Toleransi lebar dan panjang. Ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi seperti yang ditentukan oleh pabrik.

c. Kesikuan. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.

d. Cacat-cacat.

- Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus sesuai ketentuan dari pabrik.

- Kaca yang digunakan harus bebas dari komposisi kimia yang dapat mengganggu pandangan.

- Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca baik sebagian atau seluruh tebal kaca).

- Kaca harus bebas dari seluruh gumpilan tepi (tonjolan pada sisi panjang dan lebar ke arah luar/masuk).

- Harus bebas dari benang (string) dan gelombang (wave) benang adalah cacat garis timbul yang tembus pandangan, gelombang adalah permukaan kaca yang berobah dan menggangu pandangan.

- Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan goresan (scratch).

- Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok). - Mutu kaca lembaran yang digunakan AA.

- Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk ketebalan kaca 5 mm kira-kira 0,3 mm.

- Bahan

a. Bahan kaca, harus sesuai SII 0189/78 dan PBVI 1982.

- Kaca Polos ex. Asahi Mas/ mulia Glass, tebal sesuaikan dengan gambar.

- Clear Glass, ex Asahi Mas/ Mulai Glass, tebal sesuaikan dengan gambar.

Permukaan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya.

b. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat persetujuan dan diperiksa oleh Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek.

c. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat pemotongan, harus digurinda/dihaluskan, sehingga membentuk tembereng.

3.18. Bekisting

a. Bahan-bahan

Terbuat dari plywood/multiplex tebal 12 mm dan/atau plat besi 4 mm untuk kolom utama (tengah). Bekisting yang sama bila akan digunakan lagi, harus menghasilkan permukaan yang serupa.

b. Pembuatan Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh


(27)

ada lekukan, lubang-lubang atau tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada bekisting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertical.

c. Tiang Penyangga dan Anti Lendutan (Cambers)

Tiang-tiang penyangga yang vertical untuk semua bekisting harus dibuat dari besi atau kayu sesuai dengan jenis bekisting untuk memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya kerusakan atau overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi demikian sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan. Kecuali detail-detail yang berlainan, pada gambar-gambar, bekisiting-bekisting untuk semua balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut keatas sebagai berikut. Semua balok atau dan pelat lantainya 0,2% lebar bentang pada tengah-tengah bentang. Semua balok centilever dan pelat lainnya 0,4% dari bentang, dihitung dari ujung bebas.

d. Baut-baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada 2 cm dari permukaan beton. e. Semua bekisting dibersihkan sebelum dipergunakan kembali.

Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan pada beton.

f. Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air.

g. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang structural harus diperiksa oleh Direksi Teknik segera sebelum beton dicor pada bagian itu.

h. Khusus untuk bekisting-bekisting kolom maka pada tepi bawah kolom harus dibuatkan pembukaan pada 2 sisi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang terdapat pada dasar kolom. Pembukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa kebersihan dasar kolom dan disetujui oleh Direksi Teknik. Hal yang sama harus dikerjakan pada balok-balok yang tinggi atau dinding-dinding beton. Bekisting dibasahi dengan seksama sebelum beton dicor.

i. Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran bekisting pada beton. Penanggung jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyanggah berada di Pihak Pelaksana Pekerjaan/Pemborong/ Kontraktor.

j. Waktu Minimum Untuk Pembongkaran Bekisting.

Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar sebagai berikut :


(28)

Bagian-Bagian Struktur Waktu Minimum PembongkaranBekisting (hari)

- Sisi balok dinding

- Penyanggah pelat lantai

- Penyanggah balok

3 hari 21 hari 21 hari k. Ganjal Tulangan

Ganjal tulangan beton dibuat dan dipasang berdasarkan ketentuan tebal selimut beton sebagai berikut:

- Untuk lantai dan tangga, tebal batu tahu adalah 2 cm.

- Untuk balok adalah 2 cm pada sisi samping dan 3 cm pada sisi bawah.

- Untuk kolom adalah 2 cm.

Batu tahu dilengkapi dengan kawat pengikat yang tertanam dan menjulur keluar untuk mengikat kedudukannya.

l. Kawat Pengikat

Kawat pengikat terbuat dari baja lunak dengan berdiameter minimal 1 mm.

m. Kaki Besi

Kaki besi ini dibuat untuk keperluan sebagai penahan pasangan tulangan atas pada plat beton, dibuat dari potongan besi tulangan dengan bentuk standar yang umum berlaku.


(29)

BAB – 4

PEKERJAAN STRUKTUR

4.1. PEKERJAAN PENIMBUNAN

4.1.1.Pembersihan Lahan

a. Sebelum pembersihan terlebih dahulu dilakukan pengukuran batas-batas lahan dan dibuat patok-patok

b. Patok dibuat dari kayu yang kokoh, dan mudah dilihat dan dibuat tanda level

c. Lahan existing dibersihkan dari bekas bangunan lama, pohon-pohon dan akar-akar tanaman yang dilakukan dengan cara pengupasan tanah existing setebal ± 30 cm dan dibuang dari lokasi pekerjaan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis

4.1.2.Pekerjaan Penimbunan

Pekerjaan yang dimaksud adalah timbunan tanah untuk menaikkan peil lantai existing sesuai dengan gambar kerja atau sesuai dengan petunjuk Direksi teknis.

4.2. PEKERJAAN TANAH 4.2.1.Galian

a. Galian tanah untuk pondasi menerus dan lain-lain harus dilaksanakan sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar. Dalamnya semua galian harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknik. Dasar galian harus bebas dari lumpur, humus dan air, harus dalam keadaan bersih dan padat sampai dapat diberikan lapisan pasir urug setebal 10 cm.

b. Dalam keadaan tanah dapat longsor, Kontraktor harus memasang turap sesuai persyaratan kekuatannya dan diperiksa oleh Direksi Teknik.


(30)

c. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Teknik hasil pekerjaaan galian tanah yang sudah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk pemasangan pondasi, untuk dimintakan persetujuan.

d. Galian pondasi maupun lainnya agar disesuaikan dengan peil rencana pada gambar.

4.2.2.Urugan

Bekas galian pondasi diurug dengan tanah urug. Urugan tanah dikerjakan secara berlapis dengan syarat setiap lapis tidak lebih tebal dari 10 cm yang dipadatkan dengan stamper. Pemadatan dilakukan sampai mencapai 95% dari derajat kepadatan maksimum.

4.2.3.Kelebihan Tanah

Kelebihan tanah yang mungkin didapat dari galian, apabila tidak diperlukan di dalam proyek, harus secepatnya dikeluarkan dari halaman kerja, setelah mendapat persetujuan dari Direksi Teknik. 4.2.4.Keadaan Penggalian

Kontraktor berkewajiban untuk memeriksa keadaan di lapangan sebelum tender, untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan tanah yang akan digali dan menaksir tanah galian yang akan dikeluarkan. Perkiraan ini adalah semata-mata menjadi resiko dari kontraktor dan sudah dimasukkan dalam perhitungan biaya serta tidak akan diadakan pertimbangan-pertimbangan dan penyesuaian.

4.2.5.Level Lapangan

a. Level lapangan, titik-titik tinggi atau contours harus dianggap berlaku pada patok utama (Bench Mark).

b. Bilamana Kontraktor tidak yakin dengan ketepatan dari peil pengukuran ini maka Kontraktor harus menanyakan hal ini secara tertulis kepada Direksi Teknik sebelum penggalian/pengurugan dan pemadatan dimulai, claim ketidak-tepatan peil pengukuran tidak akan dipertimbangkan.

4.2.6.Halangan Yang Dijumpai Diwaktu Penggalian

a. Semua akar-akar pohon, batang-batang pohon terpendam, beton-beton tak terpakai atau pondasi-pondasi bata, pipa-pipa drain yang tak terpakai atau halangan-halangan lain yang dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan.

b. Harus dijaga agar pipa-pipa drainase, pipa-pipa gas atau pipa-pipa air, kabel-kabel listrik yang masih berfungsi yang dijumpai pada waktu penggalian tidak terganggu atau menjadi rusak. Bilamana hal ini dijumpai di lapangan maka Direksi Teknik dan pihak-pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan atau memindahkan instalasi tersebut sebelum penggalian-penggalian yang berdekatan diteruskan.

4.2.7.Air Dalam Pondasi

Air yang tergenang di lapangan, atau dalam saluran dan galian selama pelaksanaaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa-pipa


(31)

selama pelaksanaan pekerjaan harus dipompa ke luar atas biaya Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor.

4.2.8.Penyangga/Penahan Tanah

a. Stabilitas dari permukaan tanah selama galian semata-mata adalah tanggungjawab dari Kontraktor; yang harus memperbaiki semua kelongsoran-kelongsoran. Kontraktor harus membuat penyangga-penyangga atau penahan tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan bila diperlukan.

b. Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran tanah selama masa kontrak dan masa perawatan.

4.2.9.Pengawasan Penggalian

Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi Teknik sebelum lapisan lantai kerja, pembesian, pipa-pipa dipasang. Bila didapatkan keadaan kurang memuaskan pada atau sebelum peil galian yang tercantum dalam gambar tercapai, maka Kontraktor harus mendapat izin tertulis sebelum galian selanjutnya dilaksanakan.

4.2.10. Penggalian Dibawah Peil Yang Seharusnya

Dalam Kontraktor menggali dibawah level yang tercantum dalam gambar tanpa instruksi tertulis maka kontaraktor harus mengisi bagian yang telah tergali tersebut dengan beton 1 : 3 : 5.

4.2.11. Lantai Kerja

a. Apabila konstrusi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka dibawahnya harus dibuat lantai kerja yang rata.

b. Sebelum lantai kerja ini dibuat maka semua lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan dengan baik sampai mendapatkan permukan yang padat, rapat dan rata dan diperiksa Direksi Teknik terlebih dahulu.

c. Untuk memadatkan tanah digunakan alat pemadat (Stamper) yang harus disetujui oleh Direksi Teknik.

d. Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, split dengan perbandingan 1 : 3 : 5. Tebal dan peil lantai harus sesuai dengan gambar.

e. Dibawah lantai kerja dipasang pasir urug dengan tebal sesuai gambar.

4.3. PEKERJAAN PONDASI TAPAK & SLOOF 4.3.1.Pelaksanaan Pekerjaan

Petunjuk pelasanaan pekerjaan sloof beton adalah sebagai berikut. 1) Kontraktor harus melaksanakan semua pekerjaan galian tanah

untuk Poer & sloof sesuai dengan bentuk dan ukuran pada gambar kerja.


(32)

2) Kontraktor harus mempersiapkan, tahu beton berukuran ( 2x2x5) cm yang diikat nantinya kebesi tulangan sebelum melaksanakan pengecoran per & sloof sloof.

3) Kontraktor harus memasang urugan pasir padat pada lapisan paling bawah konstruksi poer & sloof seperti yang tertuang dalam gambar kerja.

4) Diatas urugan kontraktor harus memasang lantai kerja campuran1:2:3 atau sesuai dengan gambar kerja.

5) Perakitan tulangan harus sesuai dengan gambar kerja dan semua tulangan harus terikat kuat dan dapat dirakit diluar. 6) Campuran beton untuk konstruksi sloof harus campuran 1:2:3

dan petunjuk pelaksanaan pengecoran harus mengacu kepada Bagian 3.9 spesifikasi ini.

7) Bekisting atau cetakan harus terbuat dari kayu sembarang keras (SK) yang dipasang dengan rapi , kuat dan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan poer & sloof.

8) Setelah semuanya sudah sesuai dan sudah mendapat

persetujuan Direksi / Pengawas persiapan bahan beton, peralatan dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.

9) Laksanakan pekerjaan pengecoran dan pemadatan beton cor dengan vibrator sampai sesuai dengan bentuk gambar kerja. 10) Rawatlah hasil pengecoran minimal 1(satu) minggu khususnya

24 jam pertama

11) Setelah beton sudah berumur 1(satu) minggu, lakukan pekerjaan urugan tanah kembali dengan pemadatan yang benar.

4.3.2 Acuan pelaksanaan

Pada pelaksanaan kontraktor harus mengacu kepada petunjuk bagian 3.9 pada spesifikasi ini

4.4. PEKERJAAN BALOK DAN KOLOM BETON 4.4.1.URAIAN UMUM

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan beton bertulang maupun beton tak bertulang yang direncanakan pada gambar kerja. Pekerjaan ini juga menyangkut pekerjaan perakitan tulangan (Reinforcement) maupun bekisting (Platform) suatu konstruksi beton bertukang seperti balok, kolom, plat lantai beton bertulang, sloof ring balok dan lain – lain. 4.4.1.1. Dimensi

Semua pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan ukuran atau dimensi sloof, kolom induk, kolom praktis, ring balok, balok lainya pada bangunan utama maupun teras seperti yang tertuang dalam gambar kerja

4.4.1.2. Besi Beton dan besi kawat

Kontraktor harus memperhatikan dan mematuhi acua persyaratan – persyaratan besi beton dan kawat beton yang tertuang pada bagian-3.9 Spesifikasi ini.

4.4.1.3. Bahan Agregat, semen dan air

Kontraktor harus memperhatikan dan mematuhi acua persyaratan – persyaratan bahan agregat seperti kerikil / batu pecah, semen,


(33)

air sebagai bahan pembentuk beton yang tertuang pada bab –III.9 spesifikasi ini.

4.4.1.4. Cetakan dan begisting

Kontraktor harus memperhatikan dan mematuhi acuan persyaratan-persyaratan bahan bekisting atau cetakan untuk beton bertulang. Semua cetakan harus dipasang rapi, lurus, kuat sehingga hasil pengecoran beton dapat berbentuk rapi sesuai dengan gambar kerja. Cetakan yang terpasang harus disokong ddengan baik dan kuat agar jangan terjadi lendutan atau hasil yang kurang baik.

4.4.1.5. Kondisi agregat pada saat pengecoran

Semua bahan agregat seperti kerikil, pasir beton, sebelum dicampur dengan semen dan air harus kondisi bersih dan basah sebelum dicampur. Pasir beton harus diayak dengan ayakan berukuran 4.75 mm terlebih dahulu sebelum digunakan.

4.4.2.PEKERJAAN BETON K-250

1. Kontraktor harus mengajukan bahan beton kepada Direksi lapangan unutk mendapatkan persetujuan yang selanjutnya diperiksa ke laboratorium Beton

2. Rancangan perbandingan campuran bahan Beton K- 225 harus melalui hasil mix desidn conerete dan kondisi bahan agregat kasar dan halus saat pengujianharus dalam kondisi bersih, dan basah (Wet Material), lihat petunjuk spesifikasi pada bab III.9

3. Segala biaya yang timbul untuk pengujian bahan atas tanggung jawab Kontraktor / kontraktor.

4.5. PEKERJAAN PLAT LANTAI 4.5.1. Besi Beton

Menggunakan besi beton polos diameter 10 dengan mutu besi U-24. Pelaksanaan harus mengikuti gamabar Teknis

4.5.2. Beton

Rancangan perbandingan campuran bahan Beton K- 250 harus melalui hasil mix desidn conerete dan kondisi bahan agregat kasar dan halus saat pengujianharus dalam kondisi bersih, dan basah (Wet Material), lihat petunjuk spesifikasi pada bab III.9

4.6. PEKERJAAN STRUKTUR ATAP & PENUTUP ATAP 7.1. STRUKTUR ATAP BAJA RINGAN

1. Umum

- Dibuat secara khusus dari bahan baja ringan (55% aluminium, 43.5% seng dan 1.5% silicon alloy).

- Daya tahan korosinya 4 (empat) kali lebih lama dibanding baja galvanis (baja lapis seng) konvensional dan 30% lebih kuat dari mild stell.

- Bahan yang digunakan adalah baja truss galvanize berbentuk C (canal) 7. 5 cm dengan tebal 0.75 mm berfungsi sebagai kuda-kuda utama.


(34)

- Baja C (canal) 7. 5 cm dengan tebal 0.75 mm berfungsi sebagai kuda-kuda utama yang dipasang berbentuk cremona deanga jarak kuda-kuda 1.50 meter atau sesuai dengan gambar kerja. - Diatas cremona ini langsung dipasang reng galvanize dengan

tebal 0.55 mm denagn jarak 900mm.

- Alat sambung yang digunakan adalah dengan menggunakan baut hexagon ukuran 12 x 120 untuk sambungan truss canal C dan ukuran 12 x 55 untuk sambungan truss dengan atap

- Untuk sambungan truss dengan ring balok digunakan dynabolt. - Untuk menghindari terjadinya korosi: Bahan yang sudah

dipotong dengan gerenda dianjurkan dicat kembali. Penumpukan bahan harus pada yang kering/ bebas genangan air. Kotoran dari bekas potongan dan pengeboran harus dibersihkan setelah dirakit

7.2. PEKERJAAN PENUTUP ATAP 1.7.2..Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan termasuk alat-alat bantu lainnyauntuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penyetelan dan pemasangan penutup atap metal.

2.7.2..Bahan bahan

a. Atap yang digunakan adalah genteng metal dari jenis Plat Baja Zincalum Colorbond dengan bahan dasar plat baja tebal dasar = 0.3 mm (BMT 30) dan tegangan leleh 5500 Kg/cm² . Kemudian dilapis Zincalum dengan komposisi zincum 43.5 %, Silicon 1.5 % dan aluminium 55 % dengan ketebalan lapisan 150 gr/ m² . Selanjutnya permukaan atas dicat dengan ketebalan rata-rata 30 micron. Tebal total plat baja zincalum colorbond = 0.35 mm (CTC 35), berat persatuan luas 3.38 kg/m2, lebar efektif 760 mm dan panjang sesuai kebutuhan. Bentuk gelombang dan warna sesuai ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan kemudian oleh Direksi Teknik.

b. Atap merupakan atap mempunyai isolasi peredam panas dan suara berupa glasswall dan aluminium foil, isolasi ini melekat pada pada bagian bawah spandeck yang jenisnya sesuai denangan spesifikasi yang dikelurkan pabrik atau sesuai dengan petunjuk teknis

c. Accessories dan alat bantu lainnya yang digunakan harus seuai persyaratan dari pabrik yang bersangkutan.

d. Alat pengikat, digunakan paku skrup galvannis ukuran sesuai yang dipersyaratkan dari pabrik yang bersangkutan.

e. Pembelian bahan atap tersebut di atas harus mendapat jaminan (garansi) berupa sertifikat dari pabrik yang memproduksinya.


(1)

b. Pipa diluar gedung (dibawah tanah)

Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan/ pelataran parkir. Dalamnya perletakan pipa sesuai dengan kemiringan 1% mulai dari titik mula pipa sampai ke selokan/parit. Apabila dijumpai perletakan pipa melintasi jalan kenderaan, dan karena dalamnya galian tidak memenuhi syarat 60 cm, maka pipa pada bagian pengurangan teratas harus dilindungi dengan plat beton tidak tertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah/jalan bekas galian harus dikembalikan seperti semula.

Pipa air hujan harus dibuang ke dalam bak kontrol. c. Sambungan pipa P.V.C

- Pipa disambung dengan solvent cement. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement, harus dibersihkan dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.

- Pembersihan tersebut dilakukan terhadap permukaan luar dan dalam daripada yang akan saling melekat.

- Pada waktu pelaksananan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung, harus bebas dari benda-benda/kotoran yang dapat menggangu kelancaran air di dalam pipa.

d. Pemasangan saringan air hujan (roof drain)

- Saringan terdiri dari badan yang ditanam rata dengan permukaan atas atap.

- Badan harus mempunyai bentuk yang berfungsi sediment bowl. - Tutup mempunyai saringan yang cembung, sehingga air dapat

masuk dalam saringan melalui samping. e. Pemasangan Bak Kontrol

- Bak kontrol dibuat dari beton bertulang, pada tempat yang ditentukan sesuai gambar, dan diberi tutup yang terbuat dari beton tulang dan grill besi untuk daerah llintasan/jalan mudah diangkat.

- Bak kontrol yang diluar gedung harus disesuaikan dengan keadaan setempat dan harus diberi tutup yang mudah diangkat.

f. Pekerjaan Pipa Menembus Beton.

Apabila dalam pelaksanaan ternyata dijumpai ada pekerjaan yang menembus beton. Pada saat pengecoran harus sudah ditanam pipa sparing sesuai dengan dimensi pipa yang dibutuhkan.

Akibat adanya pembobokan/pembogkaran kontraktor harus memperbaiki kembali sampai rapi dan bila dianggap tidak rapi/baik oleh Direksi, maka Direksi dapat meminta diulangi sampai memuaskan.

B. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

B.1. LINGKUP PEKERJAAN

Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, kontraktor pekerjaan instalasi listrik harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Pekerjaan instalasi listrik yang dimaksud adalah pengadaan dan


(2)

pemasangan instalasi penerangan lampu dan stop kontak didalam bangunan.

B.1.1 Pelaksanaan Pemasangan

Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus segera menghubungi Direksi Lapangan.Pengambilan ukuran/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

B.1.2 Testing & Commisioning

Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang ada. Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

B.2 BAHAN-BAHAN DAN PELAKSANAAN INSTALASI LISTRIK. B.2.1 Panel-panel

a. Panel-panel utama harus dibuat dari pelat tebal 2 mm dengan rangka besi dan seluruhnya menggunakan coating Powder. Warna finishing yang dapat dipakai adalah grey. Panel-panel ini harus dapat dilayani dari depan. Pintu dari panel-panel tersebut diatas harus dilengkapi dengan kunci tanam merk Yale atau yang setara. b. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-komponen dan

sebagainya harus diatur sedemikian rupa sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

c. Seluruh elemen-elemen/komponen-komponen untuk semua panel dipakai buatan MERLYN GERIN atau setara . Komponen-komponen pengaman yang dipakai adalah jenis miniatur Circuit Breaker (MCB), High Repturing Capacity Fuses (HRC) sesuai dengan gambar.

d. Tiap-tiap panel harus dibuatkan Busher untuk gorunded, tahanan pentahanan tidak boleh melebihi nilai 5 Ohm diukur setelah minimal tidak hujan selama 2 hari.

e. Alat-alat ukur yang digunakan adalah type persegi dengan kotak tahan getaran dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan dengan pemasangan rata permukaan.

f. Setiap panel harus disediakan suatu reel pentanahan yang dilengkapi dengan klem-klem penghubung.

g. Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan, penggantian dan penyambungan-penyambungan pada circuit breaker atau lain


(3)

sebagainya dapat dilaksanakan dari bagian depan dengan mudah tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

B.2.2 Panel Penerangan

a. Panel-panel distribusi dapat dipergunakan besi pelat tebal 2 mm, konstruksi, finishing dan sebagainya seperti diuraikan diatas.

b. Untuk panel penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan adalah type NYA penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 2,5 mm. Kabel-kabel ini harus dipasang didalam pipa PVC  20mm ” , atau disesuaikan dengan kabel yang dipakai.

c. Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontrak dan saklar melalui dinding bata dimasukan kedalam pipa PVC  20mm ” (sesuai dengan ukuran kabel) harus ditanam didalam dinding dan diplester dengan baik dan rata.

d. Untuk Penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (dura doos, te doos) dan PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali dengan mudah, dengan memakai skrup.

e. Pemasangan pipa untuk kabel-kabel diatas plafond harus disusun, diklem/diikat .

f. Pemasangan kabel-kabel pada ruang terbuka dimulai dari panel penerangan sampai kedinding dipasang tertanam, begitu juga untuk stop kontak / saklar pada kolom dipasang tertanam dalam pipa yang telah dipasang saat pengecoran. Sedangkan pada plat lantai dipasang tergantung dibawah lantai dengan menggunakan plat gantungan berupa besi strip # 30.3 dan diikat dengan paku skrup.

g. Kabel-kabel yang terpasang didalam beton, kolom beton, dinding beton harus menggunakan pipa PVC giflex (Gliflex). Pemasangan pipa metal pada daerah-daerah tersebut harus disertai dengan kawat pancingan.

h. Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak didalam doos harus memakai selootif listrik.

i. Semua instalasi pengabelan harus dipasang didalam conduit, baik yang dipasang diatas rak kabel(tranking) maupun yang menuju ke titik-titik lampu dan stop kontak.

7.2.3. Stop Kontak dan Saklar

Prinsip stop kontak dan saklar yang dapat dipergunakan adalah merk CLIPSAL atau yang setara type Midi warnah putih, (frame putih button putih). Stop kontak dan saklar yang akan dipasang adalah type pemasangan masuk (flush mounting) dan flush box (inbow doos) untuk tempat saklar.

7.2.4. Lampu dan Accesories

Lampu dan Accesories yang digunakan adalah :  Lampu RM 2X36W

 Lampu RM 1X36W  Saklar tunggal E31/1/2A  Saklar ganda E32/1/2A


(4)

 Saklar Triple E33/1/2A

 Outlet daya 200 w 1 ph 10 A E426/16S

Perletakan setiap jenis lampu harus disesuaikan dengan gambar

Kesemua lampu dan accesories tersebut diatas buatan Philips atau yang setara.

7.2.5. Grounding.

Semua panel lighting fixtures, stop kontak, kabel tranking, kabel ladder dan bagian-bagian metal lainnya yang berhubungan dengan instalasi listrik harus digrounding. Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BBC = Bare Cooper Conductor). Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama dengan kabel masuk (incoming feeder).

Nilai tahanan grounding sistim untuk panel-panel harus lebih kecil dari 5 Ohm, diukur setelah tidak hujan selama 2 hari. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis minimum berdiameter 0,75”, diujung pipa tersebut diberi/dipasang cooper rod sepanjang 0,5 m. Elektroda pentanahan yang ditanam dalam tanah minimal sepanjang 6 m atau sampai mencapai permukaan air tanah.

BAB – VII

PENUTUP

8.1. PETUNJUK AKHIR

8.1.1 Sehubungan dengan bangunan ini adalah bangunan kelas tidak sederhana, maka pelaksanaan pembangunan mengacu pada kualitas bahan dan kualitas pelaksanaan pembangunan.

8.1.2 Kontraktor harus memperhatikan waterpass bangunan baik vertical maupun horizontal kelurusan, kehalusan hasil pengecoran, pasangan batu bata, plesteran dan pengecatan, relief.

8.1.3 Segala sesuatu harus terpasang dan terlaksana dengan baik dan sempurna sampai memberi kepuasan bagi direksi/pemilik proyek.

8.1.4 Resiko kerja, penggantian, perbaikan kehilangan, kecelakaan tenaga kerja dan pengujian bahan baik sebelum dan sesudah pelaksanaan, test uji saluran air kotor, air kloset, air bersih dan test kebocoran atap menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.


(5)

8.1.5 Kontaktor harus melaksanakan smua pekerjaan dengan tahapan pelaksanaan yang benar, dengan tenaga yang khusus yang ahli pad masing-masing itu pekerjaan yang ada dalam daftar Bill Of Quality.

8.1.6 Kontraktor harus memperhatikan schedule pelaksanaan dan menyesuaikan dengan jumlah bahan dan tenaga kerja agar pelaksanaan pekerjaan tidak terlambat nantinya. Dalam hal ini kontraktor harus membuat time schedule type barcard dan type “s curve” disesuaikan dengan waktu yang tersedia agar pelaksanaan dapat dikontrol setiap saat oleh direksi lapangan / pengawas lapangan.

8.1.7 Kontraktor harus membuat buku harian dan buku harian ini tetap diisi setiap harinya dan harus berada dilapangan setiap harinya.

8.1.8 Pembuatan laporan harian harus berdasarkan bobot pelaksanaan pekerjaan yang setiap harinya demikian juga pembuatan laporan mingguan harus berdasarkan laporan harian dan laporan bulanan harus berdasarkan laporan mingguan. Laporan harian harus saling terkait dengan laporan mingguan dan laporan bulan

8.2. TAHAPAN PROSES ADMINISTRASI

Kontraktor harus memperhatikan tahapan proses administrasi dalam menagih uang keproyek. Adapun tahapan tersebut adalah seperti berikut:

1) Penyampaian laporan bulanan lengkap dengan progress kerja dan laporan photo dokumentasi

2) Surat permohonan dan pemeriksaan progress kerja dilapangan oleh kontraktor

3) Pemeriksaan progress kerja dilapangan bersama pengawas lapangan 4) Laporan pemeriksaan dan Berita Acara Pemeriksaan Hasil

Pelaksanaan real dilapangan.

5) Surat persetujuan pembayaran oleh pemimpin kegiatan / proyek. 6) Surat permohonan pembayaran oleh kontraktor

7) Laporan hasil pemeriksaan kemajuan keuangan

8) Berita Acara Pembayaran berdasarkan progress yang disetujui 9) Pembayaran.

Demikian spesifikasi / kerangka acuan kerja ini diperbuat untuk dipedomani oleh rekanan didalam mengikuti proses pelelangan dan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh rekanan yang yang memenangkan pelelangan.


(6)

Padangsidimpuan,...April 2015

Diketahui

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

ASWADI LUBIS, SE.,M.Si Nip. 1953 0107 1999 03 1 002

Di Buat Oleh

PT. ARANGSIBU RAYA CONSULTANT

TAUFIK MUSTAFA,ST.,MT.,IAI Team leader