Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional

Secara definitif pengertian kelainan fungsi anggota tubuh tuna daksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus. 39 Tuna daksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu akibat ganguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. 40 Anak tuna daksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi. Salah satu definisi mengenai anak tuna daksa menyatakan bahwa anak tuna daksa adalah anak penyandang cacat jasmani yang terlihat kelianan bentuk tulang, otot, sendi maupun saraf-sarafnya . 41 Gangguan fisik atau cacat tubuh mempunyai pengertian yang luas, secara umum dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. b. Klasifikasi Tuna Daksa Secara umum klasifikasi atau kategori gangguan dapat dibagi atas: 1 Anak tuna daksa yang tergolong bagian D SLB D ialah anak yang menderita gangguan karena polio atau lainnya, sehingga mengalami ketidak normalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama fungsi 39 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, Cet. 2, h. 114. 40 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Adintama, 2006, cet. 1, h. 121 41 I.G.A.K. Wardani, dkk.,Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta:Universitas Terbuka, 2011, Cet. 16, h.7. otot-otot atau kerjasama fungi otot-otot, tetapi mereka berkemampuan normal. 2 Anak tuna daksa yang tergolong bagian D1 SLB D1 ialah anak yang mengalami gangguan semenjak lahir atau cerebral palsy, sehingga mengalami hambatan jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi dan syaraf-syaraf. 42

c. Karakteristik Tuna Daksa

1 Karakteristik Akademik Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tuna daksa yang mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka adalah normal, sedangkan anak tuna daksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari idiocy sampai dengan gifted. Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak cerebral palsy juga mengalami kelainan persepsi, kognisi, dan simbolisasi. Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis mengalami gangguan. 2 Karakteristik SosialEmosional Karakteristik sosialemosional anak tuna daksa bermula dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain, dan perilaku yang salah lainnya. 43 Anak akan melihat keadaan tubuhnya tidak normal, seperti anak-anak yang lain. Bagaimana anak mampu mengadakan adaptasi terhadap hambatannya, 42 Frieda Mangunsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuranan Pendidikan Psikologi Kampus Baru UI, 2011, h. 25. 43 I.G.A.K. Wardani, dkk, op. cit., h. 76. merupakan problema yang menimbulkan stres sendiri. Dengan keadaannya ini anak dapat menunjukkan reaksi emosi yang berbeda-beda. 44 Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tuna daksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustasi. Problem emosi seperti ini banyak ditemukan pada anak tuna daksa dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu,tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. 45 Dapat disimpulkan bahwa masalah anak tuna daksa menimbulkan konsekuensi, sebagai berikut: a Tingkah laku dalam mengatasi kesukaran sebagai akibat ketergangguannya. Dua macam resiko penyesuaian diri secara psikologis yang harus dilakukan anak adalah mengatasi rasa depresi, shock, apatis dan penarikan diri, meningkatkan atau memulihkan kembali harga diri anak. b Penyesuaian diri dan penyesuaian sosial. c Kemampuan kognitif dan keberhasilan dalam pendidikannya. 46 3 Karakteristik Fisik Kesehatan Sistem syaraf dalam mengatur fungsi-fungsi tubuh ini bekerja dengan mekanisme yang rumit, karena bekerjanya satu sistem organ dipengaruhi juga oleh organ yang lain. Gangguan yang diakibatkan oleh cacat fisik akan menimbulkan gangguan fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh. 47 Karakteristik fisikkesehatan anak tuna daksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, 44 Frieda Mangunsong, op. cit., h. 43. 45 I.G.A.K. Wardani, dkk., op. cit., h. 77. 46 Frieda Mangunsong, op. cit., h. 45-46. 47 Ibid, h. 43.