Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

merupakan problema yang menimbulkan stres sendiri. Dengan keadaannya ini anak dapat menunjukkan reaksi emosi yang berbeda-beda. 44 Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tuna daksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustasi. Problem emosi seperti ini banyak ditemukan pada anak tuna daksa dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu,tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. 45 Dapat disimpulkan bahwa masalah anak tuna daksa menimbulkan konsekuensi, sebagai berikut: a Tingkah laku dalam mengatasi kesukaran sebagai akibat ketergangguannya. Dua macam resiko penyesuaian diri secara psikologis yang harus dilakukan anak adalah mengatasi rasa depresi, shock, apatis dan penarikan diri, meningkatkan atau memulihkan kembali harga diri anak. b Penyesuaian diri dan penyesuaian sosial. c Kemampuan kognitif dan keberhasilan dalam pendidikannya. 46 3 Karakteristik Fisik Kesehatan Sistem syaraf dalam mengatur fungsi-fungsi tubuh ini bekerja dengan mekanisme yang rumit, karena bekerjanya satu sistem organ dipengaruhi juga oleh organ yang lain. Gangguan yang diakibatkan oleh cacat fisik akan menimbulkan gangguan fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh. 47 Karakteristik fisikkesehatan anak tuna daksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, 44 Frieda Mangunsong, op. cit., h. 43. 45 I.G.A.K. Wardani, dkk., op. cit., h. 77. 46 Frieda Mangunsong, op. cit., h. 45-46. 47 Ibid, h. 43. berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak ditemukan pada anak tuna daksa sistem cerebral. Dilihat dari aktivitas motorik, intensitas gangguannya dikelompokkan atas hiperaktif yang menunjukkan tidak mau diam, gelisah; hipoaktif yang menunjukkan sikap pendiam, gerak lamban, dan kurang merespon rangsangan yang diberikan; dan tidak ada koordinasi , seperti waktu berjalan kaku, sulit melakukan gerakan yang membutuhkan integrasi gerak yang lebih halus, seperti menulis, menggambar, dan menari. 48 Masalah psikologis anak tuna daksa dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri anak dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dimana ia tinggal dan lingkungan masyarakat. Anak atau siswa tuna daksa yang satu dengan yang lain belum tentu sama apa yang dipikirkannya. Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak tunadaksa. Lingkungan yang baik akan memberikan respon yang baik, sebaliknya lingkungan yang negatif maka akan menimbulkan sikap yang buruk pula pada pembentukan pribadi anak tuna daksa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai Religiusitas dan Kecerdasan Emosional sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian dilakukan oleh Desi Anggraini mengenai Hubungan antara Kecerdasan Intelektual, Emosi, Spiritual dengan Penerimaan Diri Dewasa Muda Penyandang Cacat Tubuh di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Prof. dr.Suharso Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual dengan penerimaan diri pada dewasa muda penyandang cacat tubuh. Kemudian penelitian oleh Sri Rahayu tentang Hubungan antara Religiusitas dengan Kematangan Emosi pada Siswa SMU Institut Indonesia 1 Yogyakarta. 48 I.G.A.K. Wardani, dkk., op. cit., h. 78