35
hukum acara perdata yang berlaku d Indonesia khususnya ketentuan dalam Pasal 132 HIRPasal 156 RBg mewajibkan hakim terlabih dahulu mengusahakan
perdamaian di antara para pihak sebelum pemeriksaan perkara dilakukan oleh hakim. Sejalan itu, kemudian Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai Ex Pasal 130 HIR154 Rbg. Dari
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 ini, diketahui bahwa agar semua hakim majelis yang menyidangkan perkara dengan sungguh-sungguh
mengusahakan perdamaian dengan menerapkan ketentuan dalam Pasal 130 HIR154 RBg, tidak hanya sekedar formalitas menganjurkan perdamaian kepada
para pihak yang sengketa. Keberhasilan penyelesaian perkara melalui perdamaian tersebut, dapat dijadikan bahan penilaian reward bagi hakim yang menjadi
fasilitatormediator.
29
B. Pengertian Mediasi
Perkara yang menumpuk di pengadilan semakin hari semakin banyak. Akibatnya, sering kali para pihak yang mengajukan sengketa di pengadilan harus
menunggu dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan putusan. Sebagaimana diketahui prosedur beracara di pengadilan tidak menentukan
jangka waktu untuk dapat menyelesaikan suatu perkara, mengakibatkan proses pemeriksaan suatu perkkara, dan pendaftaran, pemeriksaan, hingga putusan
memakan waktu yang sangat lama. Untuk mengurangi banyaknya perkara yang
29
Ibid., hal. 4-5MMM
Universitas Sumatera Utara
36
ditangani oleh pengadilan, pada saat ini dibuat suatu proses, yakni proses mediasi.
30
Di dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 pada bagian menimbang tertulis “Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian
sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan
memenuhi rasa keadilan.” Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, di mana pihak luar
yang tidak memihak impartial bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang untuk memutus
sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan- persoalan yang dikuasakan kepadanya.
31
Hampir sama dengan pengertian tersebut, menurut Gary Goodpaster, mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang
tidak memihak impartial dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan
memuaskan.
32
Berbeda dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak namun dalam hal ini para pihak
menguasakan kepada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan persoalan-persoalan di antara mereka. Asumsinya adalah pihak ketiga akan
30
Jimmy Joses Sembiring, Op. Cit., hal. 32
31
Khotibul Umam, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2010, hal.10
32
Ibid., hal. 11
Universitas Sumatera Utara
37
mampu mengubah kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik dengan cara mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku pribadiindividual para pihak,
dengan memberikan pengetahuan atau informasi, atau dengan menggunakan proses negosiasi yang lebih efektif dan dengan demikian membantu para peserta
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dipersengketakan.
33
Dengan demikian, dalam sengketa yang salah satu pihaknya lebih kuat dan cenderung menunjukkan kekuasaannya, pihak ketiga memegang peranan penting
untuk menyetarakannya. Kesepakatan yang dicapai melalui mediasi karena para pihak yang bersengketa berhasil mencapai saling pengertian. Mereka bersama-
sama merumuskan penyelesaian sengketa tanpa arahan konkret dari pihak ketiga mediator. Kekuatan mengikat dari hasil mediasi sama dengan sebuah perjanjian
karena dibuat berdasarkan kesepakatan bebas para pihak. Untuk itu, wajib dilaksanakan dengan penuh itikad baik.
34
Pada mediasi, keinginan dari masing-masing pihak untuk menyelesaikan sengketa merupakan faktor penentu proses mediasi dapat berjalan atau tidak.
Karakter utama dari penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah mediator yang berfungsi sebagai penengah hanya dapat memberikan saran atau pemecahan
masalah yang sedang terjadi sehingga tidak dapat memaksa para pihak yang sedang bersengketa untuk menaati dan mengikuti apa yang disarankan oleh
madiator.
35
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit., hal. 28-29
Universitas Sumatera Utara
38
Hal ini tentunya berbeda dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan maupun arbitrase. Penyelesaian sengketa ditempuh melalui pengadilan
mengharuskan para pihak untuk menaati apa yang diputuskan oleh majelis hakim. Pihak yang tidak menyetujui putusan tersebut dapat menempuh upaya hukum,
yakni banding, kasasi, dan peninjauan kembali. Demikian juga halnya dengan penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Pada penyelesaian sengketa melalui
arbitrase, para pihak harus menaati apa yang diputuskan oleh majelis arbitrase.
36
Saat ini, pada bidang tertentu, mediasi sudah mulai diterapkan untuk menyelesaikan suatu sengketa sebagai berikut.
37
1. Mediasi di Pengadilan
Mediasi di pengadilan sudah sejak lama dikenal. Para pihak yang mengajukan perkaranya di pengadilan, diwajibkan untuk menempuh
prosedur mediasi terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pemeriksaan pokok perkara.
2. Mediasi di Luar Pengadilan
a. Mediasi Perbankan
Dunia perbankan memiliki peranan yang penting bagi masyarakat. Peranan tersebut adalah sebagai penyimpan dan penyalur dana bagi
masyarakat. Suatu bank tentunya memiliki sistem yang sudah standar terhadap pelayanan yang dilakukan terhadap nasabahnya.
36
Ibid., hal. 29
37
Ibid., hal. 29-31
Universitas Sumatera Utara
39
Namun, bank kepada nasabahnya tidak memberikan hasil yang memuaskan bagi nasabahnya sehingga sering kali nasabah merasa
dirugikan. Nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada saat harus berhadapan dengan bank di pengadilan dan hanya bisa
pasrah apabila bersengketa dengan bank. Agar nasabah dapat terlindungi hak-haknya, dibentuklah mediasi
perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa. Pada penyelesaian sengketa tersebut, para pihak yakni bank dan
nasabah ditengahi oleh pihak yang netral, yakni Bank Indonesia. Hal ini bertujuan agar nasabah dapat terlindungi hak-haknya
sebagai nasabah.
b. Mediasi Hubungan Industrial
Hubungan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja adalah hubungan yang bersifat labil. Dalam arti, sangat mudah terjadi
pertentangan antara pengusaha dan pekerja yang disebabkan oleh berbagai macam hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
Sering kali pihak pekerja ketika berhadapan dengan pengusaha berada dalam posisi yang lemah yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat mengakomodasi kepentingan para pihak, dengan harapan dapat
diambil suatu keputusan yang dapat diterima oleh masing-masing pihak sehingga dibentuklah mediasi untuk perselisihan hubungan
industrial.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Mediasi Asuransi
Saat ini, masyarakat sudah semakin paham manfaat dari asuransi, sehingga secara tidak langsung ikut menjadi peserta pada program
yang diselenggarakan oleh asuransi, baik asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, maupun jenis-jenis asuransi lainnya.
Asuransi berperan untuk mengalihkan resiko yang seharusnya ditanggung oleh nasabah asuransi.
Sering terjadi peristiwa yang mewajibkan asuransi untuk membayar klaim, tetapi perusahaan asuransi menolak untuk membayar klaim
tersebut dengan berbagai macam alasan. Akabatnya, menimbulkan sengketa antara perusahaan asuransi dan nasabahnya. Masyarakat
seringnya mengetahui asuransi hanya dari sisi manfaatnya, tetapi tidak mengetahui secara detail akan asuransi itu sendiri dan sering kali
mengakibatkan terjadinya sengketa yang berbelit-belit antara perusahaan asuransi dan nasabahnya.
Agar sengketa dalam bidang asuransi dapat diselesaikan dengan baik dan dapat mengakomodasi kepentingan dari masing-masing pihak,
dibentuklah lembaga mediasi asuransi dengan harapan masing-masing pihak dapat menerima keputusan yang dianggap adil.
Proses mediasi tentu saja harus melewati tahapan-tahapan yang harus diikuti oleh para pihak baik itu tahap pra mediasi di pengadilan maupun tahap
proses mediasi di pengadilan.
C. Proses Mediasi dan Penunjukan Mediator