74
8 Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung
segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
e. Akta kompromis batal demi hukum apabila tidak memenuhi ketentuan
mengenai isi akta.
B. PERBANDINGAN ARBITRASE DENGAN PENYELESAIAN
SENGKETA ALTERNATIF LAINNYA
Di Indonesia dikenal dua bentuk penyelesaian sengketa, yaitu penyelesaian sengketa melalui pengadilan litigasi dan penyelesaian sengketa di
luar pengadilan non litigasi yang lazim dinamakan Alternative Dispute Resolution
ADR atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Proses penyelesaian sengketa tetua melalui proses litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang
proses penyelesaian sengketa melalui kerjasama di luar pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu
merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan
menimbulkan permusuhan diantarapiak yang bersengketa. Sebaliknya melalui proses di luat pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat “win-win
solutioní” , dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, dihindari kelambatan yang
Universitas Sumatera Utara
75
diakibatkan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaiakan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan dan tetap menjada hubungan baik.
84
Saat ini dasar hukum pengembangan ADR di Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman UU
Kekuasaan Kehakiman. Pasal 60 UU Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa alternatif penyelesaian sengketa merupakan lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli. Berikut akan dijelaskan pengerian mengenai bentuk-bentuk penyelesaian sengketa lainnya.
1. Konsultasi
Tidak ada rumusan yang jelas mengenai pengertian konsultasi dalam UU No. 30 Tahun 1999. Namun jika melihat pada Black’s Law Dictionary dapat kita
ketahui bahwa yang dimaksud dengan konsultasi consultation adalah: “act of consulting or conferring, e.g. patient with doctor, client with
lawyer. Deliberation of person on some subject”.
Melalui rumusan yang diberikan tersebut dapat dilihat, bahwa pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal” antara
suatu pihak tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yang
84
Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 9
Universitas Sumatera Utara
76
merupakan pihak “konsultan”, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan klien tersebut.
85
Tidak ada suatu rumusan yang menyatakan sifat “keterikatan” atau “kewajiban” untuk memenuhi dan mengikuti pendapat yang disampaikan oleh
pihak konsultan. Ini berarti klien mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri keputusan yang akan dia ambil untuk kepentingannya sendiri, walau
demikian tidak menutup kemungkinan klien akan dapat mempergunakan pendapat yang disampaikan oleh pihak konsultan tersebut. Ini berarti dalam konsultasi,
sebagai suatu bentuk pranata alternatif penyelesaian sengketa, peran dari konsultasn dalam menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang ada tidaklah
dominan. Konsultan hanya sebagai pemberi pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh kliennya, yang selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian
sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak.
86
2. Negosiasi dan Perdamaian
Secaraa umum negosiasi dapat diartikan yaitu negosiasi yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak
dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Pasal 6 ayat 2 UU No. 30 Tahun 1999 dikatakan bahwa pada
dasarnya para pihak dapat dan berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang
85
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit., hal. 30
86
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
77
timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian sengketa tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak.
87
Ketentuan ini sama halnya seperti yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864 Bab Kedelapan Belas Buku III Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata tentang Perdamaian. Dikatakan bahwa: “Perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak,
dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencagah
timbulnya suatu perkara.”
Persetujuan perdamaian ini oleh KHU Perdata diwajibkan untuk dibuat secara tertulis, dengan ancaman tidak sah.
Jika dikaji secara seksama dapat dikatakan bahwa kata-kata yang tertuang dalam rumusan Pasal 6 ayat 2 UU No. 30 Tahun 1999 memiliki makna dan
objektif yang hampir sama dengan yang diatur dalam Pasal 1851 KUH Perdata, hanya saja negosiasi rumusan negosiasi menurut rumusan Pasal 6 ayat 2 UU No.
30 Tahun 1999 tersebut:
88
Melihat dari segi pihak yang memutus, penyelesaiang sengketa melalui arbitrase diputus oleh seorang arbiter dan memiliki kekuatan hukum yang tetap
dan mengikat dalam artian tidak dapat diajukan bandingm kasasi, maupun
87
Ibid., hal. 31
88
Ibid., hal. 31-32
Universitas Sumatera Utara
78
peninjauan kembali. Apabila ada pihak yang tidak bersedia melaksanakan Putusan Arbitrase secara sukarela, maka:
89
1. Diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari;
2. Penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuj pertemuan
langsung oleh dan antara para pihak yang bersengketa. Dari literatur hukum diketahui bahwa pada umumnya proses negosiasi
merupakan suatu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang bersifat informal, meskipun adakalanya dilakukan secara formal. Melalui negosiasi para pihak yang
bersengketa atau berselisih paham dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak denganmelalui suatu situasi yang
sama-sama menguntungkan win-win, dengan melepaskan atau memberikan kelonggaran concession atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal
balik. Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai tersebut kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditandatangani oleh para pihak yang dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Kesepakatan tertulis tersebut bersifat finak dan mengikat bagi para pihak. Kesepakatan tertulis tersebut menurut ketentuan Pasal 6 ayat 7
UU No. 30 Tahun 1999 wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak ditandatangani, dan dilaksanakan dalam
waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak pendaftaran Pasal 8 ayat 8 UU No. 30 Tahun 1999
90 89
BAPMI, Putusan Arbitrase, http:www.bapmi.orginarbitration_awards.php, diundul pada Kamis, 17 Oktober 2013.
90
Ibid ., hal. 33-34
Universitas Sumatera Utara
79
Pada dasarnya jika melihat pada UU No. 30 Tahun 1999, tidak memberikan batasan mengenai ap saja yang dapat dinegosiasikan, namun dengan
mengacu pada rumusan dalam Pasal 5 UU No. 30 Tahun 1999 dapat dikatakan bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang menurut undang-undang yang berlaku
dapat diadakan perdamaian dapat di”negosiasi”kan. Selanjutna oleh karena kesepakatan tertulis hasil negosiasi adalah suatu persetujuan di antara para pihak,
maka selayaknya juga jika hasil dari negosiasi tidak dapat dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak telah
dirugikan. Walau demikian masih terbuka kemungkinan untuk tetap dapat dibatalkan, jika memang dapat dibuktikan telah terjadi suatu kekhilafan mengenai
orangnya, atau mengenai pokok sengketa, atau telah dilakukan penipuan atau paksaan, atau kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian
dinyatakan palsu.
91
3. Mediasi
Mediasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak
netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. Pengaturan mengenai mediasi dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3, Pasal 6 ayat 4 dan Pasal 6
ayat 5 UU No. 30 Tahun 1999. Menurut rumusan Pasal 6 ayat 3 dikatakan bahwa “atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau beda pendapat
91
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
80
diselesaikan melalui bantuan “seorang atau lebih penasihat ahli” maupun melalui “seorang mediator”
Berdasarkan Black’s Law Dictionary
dikatakan bahwa mediasi adalah:
:92
“Mediation is privante, informal dispute resolution process in which a neutral third person, the mediator, helps disputing parties to reach an
agreement”.
Penyelesaian sengketa dengan mediasi melibatkan keberadaan pihak ketiga baik perorangan maupun dalam bentuk suatu lembaga independen yang
bersifat netral dan tidak memihak, yang akan berfungsi sebagai mediator. Sebagai pihak yang netral, independen, tidak memihak dan ditunjuk oleh para pihak
mediator ini berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan pada kehendak dan kemauan para pihak.
93
dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak, mediator memiliki kewajiban untuk bertemu dan mempertemukan
para pihak yang bersengketa guna mencari masukan mengenai pokok persoalan yang dipersengketakan oleh para pihak.
Menurut UU No. 30 tahun 1999, kesepakatan penyelesaiaan sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk
dilaksanakan dengan itikad baik. Kesepakatan tertulis tersebut wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak
penandatanganan, dan wajib dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran.
92
Ibid., hal. 35
93
Ibid., hal. 36
Universitas Sumatera Utara
81
Jika mengikuti ketentuan dalam Pasal 6 ayat 4, membedakan mediator ke dalam:
1. Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak Pasal 6 ayat 3;
dan 2.
Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak Pasal 6 ayat 4.
4. Konsiliasi dan Perdamaian
Seperti halnya konsultasi, negosiasi, maupun mediasi, UU No. 30 tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian atau definisi
dari konsiliasi. Konsiliasi berasal dari kata conciliation dalam bahasa Inggris yang berarti perdamaian. Pada prinsipnya konsiliasi tidak berbeda jauh dengan
perdamaian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan 1864 Bab kedelapan belas Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan jika
demikian berarti segala sesuatu yang dimaksudkan untuk diselesaikan melalui konsiliasi secara tidak langsung juga tunduk pada ketentuan KUH Perdata dan
secara khusus Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864. Itu artinya bahwa kesepakatan para pihak melalui penyelesaian sengketa alternatif konsiliasi ini
harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani secara bersama oleh para pihak yang bersengketa.
Universitas Sumatera Utara
82
Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat 7 jo Pasal 6 ayat 8 UU No. 30 Tahun 1999, kesepakatan tertulis hasil konsiliasi tersebut pun harus didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal penandatanganan, dan dilaksanakan dalam jangka waktu 30 tiga puluh
hari terhitung sejak tanggal pendaftaran di Pengadilan Negeri. Kesepakatan tertulis hasil konsiliasi bersifat final dan mengikat para pihak.
5. Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase
UU No. 30 Tahun 1999 juga mengenal istilah “Pendapat ahli” sebagai bagian dari alternatif penyelesaian sengketa, dan ternyata arbitrase dalam suatu
bentuk kelembagaan tidak hanya bertugas untuk menyelesaikan perbedaan dan perselisihan pendapat maupun sengketa yang terjadi di antara para pihak dalam
suatu perjanjian pokok, melainkan juga dapat memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas permintaan dari setiap pihak yang
memerlukanya, tidak terbatas pada pihak dalam perjanjian.
94
Pasal 52 UU No. 30 Tahun 1999, menyatakan bahwa para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga
arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian. Menurut pasal ini, pendapat hukum yang diberikan oleh lembaga arbitrase tersebut dikatakan bersifat
mengikat oleh karena pendapat yang diberikan tersebut akan menjadi bagian yang
94
Ibid ., hal 40
Universitas Sumatera Utara
83
tidak terpisahkan dari perjajijan pokok. Setiap pelanggaran terhadap pendapat hukum yang diberikan berarti pelanggaran terhadap perjanjian.
95
Selanjutnya oleh
karena pendapat tersebut diberikan atas permintaan dari
para pihak secara bersama-sama dengan melalui mekanisme, maka pendapat hukum inipun bersifat akhir final bagi para pihak yang meminta pendapatnya
pada lembaga arbitrase tersebut..
C. ALASAN DIGUNAKANNYA ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN