dapat diperoleh hasil dimana kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan untuk harga sig 2-tailed 0,05 diperoleh yaitu
0,037 sehingga ditolak dan
diterima yang artinya, ada perbedaan yang signifikan antara posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan
kata lain penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran akan nilai demokrasi, serta
kedua skor posttest berada pada level yang tidak sama.
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan PPR ini dilaksanakan tiga kali pertemuan pada masing- masing kelas. Penelitian ini dilaksanakan oleh bantuan guru kelas, sehingga yang
mengajar adalah guru kelas atau guru bidang studi tersebut. Sedangkan peneliti membantu jalannya proses pembelajaran dengan menyiapkan segala keperluan.
Sebelum melaksanakan proses belajar siswa mengerjakan pretest. Pretest berupa kuesioner atau skala sikap untuk melihat kondisi awal siswa pada tiap kelas.
Seperti gambar di bawah ini saat siswa kelas kontrol dan eksperimen mengerjakan pretest berupa kuesioner atau skala sikap.
Gambar 4.2. Siswa kelas eksperimen mengerjakan pretest
Gambar 4.3. Siswa kelas kontrol mengerjakan pretest
Setelah siswa mengerjakan pretest, siswa di kelas eksperimen diberi perlakuan berupa kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Pada hari pertama, kegiatan pembelajaran mengenalkan pada siswa materi keputusan bersama. Kegiatan awal yang
dilakukan adalah guru mengecek kesipan siswa sebelum proses belajar dmulai. Setelah guru mengecek kesiapan, siswa diberi pertanyaan yang sifatnya
kontekstual mengenai pengalaman mereka dalam bermusyawarah dan pengambilan keputusan bersama. Kemudian siswa menganalisis gambar yang
tersedia, gambar-gambar tersebut menunjukan kegiatan berdiskusi kelas, bermusyawarah atau pengambilan keputusan bersama yang ada di lingkungan
sekolah maupun lingkungan rumah. Pada kegiatan belajar tersebut siswa terlihat antusias. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang angkat tangan ketika guru
melontarkan pertanyaan dan banyaknya siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar serta penuh semangat. Sebagai aksi, siswa diharapkan mampu
memahami keputusan bersama serta manfaat dari pengambilan keputusan bersama dengan cara mengidentifikasi gambar. Kegiatan akhir adalah siswa merefleksikan
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Gambar 4.4. Guru menerangkan materi di kelas eksperimen
Gambar 4.5. Siswa kelas eksperiemen menjawab pertanyaan
Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen, awalnya guru mengecek kesiapan siswa dan mengulas materi yang sudah diajarkan pada minggu lalu.
Siswa menonto video mengenai nilai demokrasi yang ada di rumah, setelah menonton video siswa mengidentifikasikan isi dari video yang telah dilihat.
Sebagai aksi, pada pertemuan ke dua siswa membuat kliping. Bahan kliping tersebut dari koran, majalah, atau dari sumber internet. Kliping tersebut berkaitan
tentang pengambilan keputusan bersama, manfaat serta kerugian dari pengambilan keputusan bersama. Sedangkan kelas kontrol kegiatan pembelajarannya
melanjutkan rangkuman minggu lalu dan guru menjelaskan materi.
Gambar 4.6. Siswa di kelas eksperimen memperhatikan video
Gambar 4.7. Siswa di kelas kontrol kurang memperhatikan guru
Pertemuan ke tiga merupakan pertemuan terakhir pada penelitian ini. Di kelas eksperimen guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa akan materi pengambilan keputusan bersama. Sebagai aksi pada pertemuan ke tiga ini, siswa membuat rangkuman materi pembelajaran tetapi
dalam bentuk skema atau peta konsep sederhana. Pembuatan peta konsep dilakukan tanpa melihat buku catatan ataupun buku cetak. Pada diakhir
pertemuan, siswa melakukan refleksi akan kegiatan hari tersebut. Sedangkan, kelas kontrol tetap sama yaitu siswa diberikan model konvensional sehingga guru
yang lebih berdominan.
Gambar 4.8. Siswa kelas eksperimen membuat peta konsep
Gambar 4.9. Siswa kelas kontrol merangkum materi
Pada pertemuan akhir ini, kedua kelas diberi posttest untuk melihat perbedaan dengan kondisi awal. Posttest diberikan beberapa hari setelah kegiatan
pelajaran.
Gambar 4.10. Siswa kelas eksperimen mengerjakan posttest
Gambar 4.11. Siswa kelas kontrol mengerjakan posttest
Hasil data dari penelitian kemudian diuji. Uji data penelitian ini dilakukan dengan abalisis statistik bantuan komputer yaitu SPSS 20 for Windows. Dalam
mengolah data menggunakan lima tahap yaitu: 1 uji normalitas, 2 uji homogenitas, 3 perbandingan skor pretest dan posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, 4 uji kenaikan skor pretest ke posttest pada masing- masing kelompok, dan 5 uji perbandingan skor posttest.
Pada tahap pertama yang dilakukan adalah dengan menguji kenormalan data yaitu uji normalitas data. Jika harga sig. 2-tailed 0,05 maka distribusi
nilai normal, sedangkan harga sig. 2-tailed 0,05 maka distribusi nilai tidak normal. Dari hasil penelitian ini, data kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen memiliki distribusi nilai normal, karena harga sig. 2-tailed 0,05.
Selanjutnya tahap kedua dilakukan uji homogenitas skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ada perbedaan pada kondisi yang sama, atau berada pada titik pijak yang berbeda, harga sig.2-tailed 0,05, adalah
sebesar 0,167. Pada tahap ketiga dilakukan perbandingan rata-rata pretest ke posttest, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kenaikan rata-rata skor pretest ke posttest dari setiap kelompok. Kenaikan rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 0,10, dan
pada kelompok eksperimen menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, skor rata-rata kelompok eksperimen sebesar
0,15, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada kelas eksperimen mempunyai data atau skor rata-rata
yang lebih tinggi dari kelas yang menggunakan model pembelajaran tradisonal dengan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol.
Pada tahap keempat dilakukan dengan uji kenaikan skor pretest ke posttest dari masing-masing kelompok dan diperoleh data bahwa pada kelompok
kontrol dengan skor pretest sebesar 186,61 dan skor posttest sebesar 191,19 sehingga diperoleh kenaikan sebesar 2,45 dengan sig.2-tailed 0,084 sehingga
tidak ada peningkatan data yang signifikan karena signifikansi berada 0,05. Sedangkan pada kelompok eksperimen diperoleh data dengan skor pretest
sebesar 193,81 dan skor posttest sebesar 200,65 sehingga diperoleh kenaikan sebesar 3,52 dengan sig.2-tailed 0,005 sehingga ada peningkatan yang
signifikan karena signifikansi berada 0,05, dengan kata lain terdapat suatu peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini presentase kenaikan pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, karena siswa pada kelompok eksperimen dalam kegiatan pembelajaran atau proses pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif terhadap kesadaran nilai demokrasi untuk
mengingat materi yang dipelajari dan membuat siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan dalam kelompok kontrol, guru
melakukan proses pembelajaran secara tradisonal, yaitu dimana guru lebih menggunakan media ceramah.
Pada tahap kelima yaitu uji perbandingan skor posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen hasil mean atau rata-rata pada kelas kontrol sebesar 191,19
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 200,65. Hasil tersebut sangat jelas bahwa eksperimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol dalam rata-rata hasil
posttest. Signifikansi data mencapai 0,037 sehingga ditolak dan
diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara posttest pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen, sehingga ada pengaruh penggunaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi.
Pengujian data tersebut sesuai dengan teori pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Menurut Subagya 2010:23 PPR mempunyai
keunggulan dimana siswa dan guru menjadi belajar untuk mengembangkan kompetensi secara utuh Competence, mengasah kepekaan dan mempertajam hati
nurani Consience dan saling terlibat dengan penuh bela rasa bagi sesama Compassion. Pembelajaran PPR ini dapat dikatakan telah berhasil menuju pada
tujuan pendidikan dimana siswa menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia forming men and women for others. Hal tersebut terbukti
dengan unsur-unsur pokok yang terdapat pada pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Unsur-unsur pokok dalam PPR ini dirumuskan dalam konteks,
pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi yang dikemukakan oleh Subagya 2010:43. Penggunaan unsur-unsur pokok dalam pembelajaran Paradigma
Pedagogi Reflektif PPR sangat bepengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi.
Unsur yang pertama yaitu konteks. Konteks lebih ditekankan pada objek pembelajaran dimana materi “Menghargai keputusan bersama” dapat memberikan
nilai-nilai kesadaran demokrasi pada siswa yang berguna dalam kehidupan mereka. Pernyataan tersebut terbukti ketika siswa melakukan tanya jawab dengan
guru menggunakan media gambar.
Gambar 4.12. Guru menerangkan materi menggunakan gambar
Unsur yang kedua yaitu pengalaman. Pengalaman diberikan melalui kegiatan melihat video mengenai materi “Menghargai keputusan bersama”.
Pengalaman berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi. Menurut Subagyo 2010:52 pengalaman merupakan proses dimana siswa
memahami materi yang dipelajari secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal itu terbukti ketika siswa kelas
eksperimen terlihat antusias menyimak video yang ditampilkan.
Gambar 4.13. Siswa antusias menyimak video
Unsur yang ketiga yaitu refleksi. Penerapan unsur refleksi sangat berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi. Dengan berefleksi
siswa mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai demokrasi yang ada dalam proses belajar “Menghargai keputusan bersama”. Pendapat
tersebut sejalan dengan refleksi yang dikemukakan oleh Subagyo. Menurut Subagyo 2010:55 refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan
seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan ide- ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok yang
paling penting dan harus ada dalam pembelajaran PPR. Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan.
Gambar 4.14. Siswa menulis refleksi
Unsur yang keempat yaitu tindakan. Penerapan unsur tindakan juga berpengaruh terhahadap kesadaran siswa akan nilai demokrasi. Sumber dari
tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang telah dilakukan siswa. Menurut Subagyo 2010:61 tindakan merupakan pertumbuhan batin yang
mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin hasil dari refleksi pengalaman dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Pilihan batin merupakan
momentum bagi sswa untuk memilik nilai-nilai kebenaran sebagai miliknya. Sedangkan pilihan perwujudan tindakan nyata merupakan tindakan yang
konsisten berdasar atas permaknaan akan hidup, sikap, dan nilai-nilai yang telah dipilih siswa menjadi bagian dari dirinya. Hal tersebut terbukti ketika siswa kelas
eksperimen menerapkan nilai-nilai demokrasi saat mengerjakan kliping.
Gambar 4.15. Siswa mengerjakan kliping
Semua anggota kelompok ikut aktif mengerjakan kliping dengan menerapkan nilai-nilai demokrasi seperti yang dijelaskan Cipto dalam Tim
Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, 2010:126-130 diantaranya kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan anggota
kelompok, rasa percaya dan kerjasama untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam kelompok.
Penerapan unsur yang terakhir yaitu evaluasi. Evaluasi juga berpengaruh terhadap keasadaran akan nilai demokrasi. Menurut Subagyo 2010:63 evaluasi
merupakan proses yang mana berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara
kognitif atau intelektual, besedia untuk semakin berkembang, memiliki sikap religious, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan
tulus pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, penataan prioritas,
perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan prinsip “menjadi orang demi orang lain” “ man for others”.
Terbukti dari kegiatan siswa membuat peta konsep. Siswa membuat peta konsep tanpa melihat buku cetak, melainkan berdasarkan semua hal yang didapatkan
melalui pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN