Sanggar Anak Bedono Peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang.

2 Anak mampu mencintai lingkungannya alam fisik, alam hayati, masyarakat, budaya dan kehidupan beragama sebagai tempat dan materi belajar. 3 Menjadi wadah kegiatan dengan cakupan lebih luas, riil, holistik dan integratif dan mengembangkan berbagai dimensi kehidupan manusia kecerdasan majemuk secara terintegrasi pendekatan utuh. 4 Mampu menjadi pendampingan iman anak yang kontekstual menggunakan media yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 5 Inklusif, yaitu mampu mencakup semua umat beriman teman sebaya, adik-kakak, orang tua, dan umat lingkungan sesuai dengan kebutuhannya. 6 Menjadi kegiatan yang dapat memberdayakan setiap umat untuk menjadi pendamping sesuai dengan keahliannya.

e. Visi dan Misi Sanggar Anak Bedono

Sanggar Anak Bedono mempunyai visi dan misi sebagai berikut: 1 Visi “Umat beriman Paroki Santo Thomas Rasul Bedono bertekad mengembangkan pribadi yang cerdas, peka dan peduli yang didasarkan pada iman akan Yesus Kristus dalam kesatuan dengan Gereja Katolik” Komunitas Sanggar Anak, 2015: 6. 2 Misi Sanggar Anak Bedono mempunyai misi sebagai berikut: a Mengembangkan daya tahan dalam situasi zaman yang global b Meningkatkan daya juang dalam menghadapi tantangan c Membangun kekuatan berdaya saing dalam hidup harian d Membangun paguyuban iman di tengah masyarakat

2. Metode Pendampingan Sanggar Anak Bedono

Pendampingan dalam sanggar dilakukan dengan cara membangun konsep dan metode yang unik, lahir dari hal-hal unik dari daerah masing-masing. Pendampingan sanggar anak tidak membawa metode dari luar untuk dipaksakan dan digunakan. Metode yang digunakan adalah frame yang membebaskan untuk berpikir, mengamati, menemukan dan mengalami atau mempraktikkan. Fungsi pendamping dalam sanggar anak adalah sebagai aktor yang merencanakan pengalaman anak dan menjadi teman dekat pelaksanaan kegiatan. Pendamping menjadi fasilitator bagi anak-anak dengan membawa mereka untuk menemukan dan mengalami sendiri. Kursus PIA 2002: 12 juga menyertakan Kitab Hukum Kanonik yang mengemukakan tentang peranan setiap orang tua dalam usaha untuk memperdalam dan mengembangkan iman anaknya. Setiap orang Kristen wajib berperan dalam mengembangkan Gereja termasuk mendampingi hidup beriman anak-anak mereka sesuai bakat dan panggilannya masing-masing lih KHK Kanon 1055, 227. Pernyataan ini menjadi dasar pemilihan pendamping sanggar. Semua umat bisa menjadi pendamping. Pendamping tidak harus lulusan dari pendidikan tinggi dan muda. Semua umat diberikan karunia dan tanggungjawab untuk mendidik iman anak. Semua orang di dunia juga diberi anugerah keunikan oleh Tuhan. Tidak ada manusia yang sama baik fisik dan rohaninya. Bakat dan kemampuan manusia juga berbeda. Keanekaragaman pendamping menjadi salah satu kekayaan iman dan pengalaman dalam sanggar. Pendamping dibebaskan untuk mendampingi dan mengajak anak mengalami dan menyadari akan hidupnya. Jika pendamping seorang petani, maka anak-anak diajak untuk bertani. Jika pendamping seorang tukang kayu, anak-anak diajak mengenal cara kerja tukang kayu. Jika pendamping seorang juru masak, maka anak-anak juga diajak memasak begitu seterusnya. Masing-masing umat pasti mempunyai keahlian di bidang pekerjaannya dan itu menjadi materi sanggar yang kontekstual. Anak diajak untuk belajar kehidupan dan situasi yang berbeda-beda sebagai penghayatan akan panggilannya sebagai murid Kristus lewat berbagai macam kegiatan.

3. Sanggar Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono

Sejauh pengamatan penulis, Paroki Santo Thomas Rasul mempunyai delapan sanggar anak. Delapan sanggar anak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sanggar Anak Sadang

1 Sejarah Sanggar Anak Sadang Berawal dari sebuah kerinduan, saling bercanda, dan hobi, itulah kata yang tepat di balik Sanggar Anak Sadang SAS. Menarik bahwa sesuatu itu bisa terwujud bukan karena hal-hal besar melainkan dari hal-hal kecil. Dari hal-hal kecil jika diberi ruang dan tempat akan membuahkan hasil melimpah. Sekilas cerita melihat sesuatu di balik sanggar SAS. Sanggar Anak Sadang berdiri tahun 2012, dirintis oleh Bapak Benediktus Jangafarma bersama dengan Romo Patricius Hartono, Pr. Sanggar SAS bermula ketika Bapak Benediktus Jangafarma ingin membuat tempat duduk untuk berkumpul bagi anak-anak di samping halaman rumah. Seiring berjalannya waktu, keinginan itu ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno, dan ketika berbincang-bincang dengan Romo Patricius Hartono, Pr. Romo Paroki St. Thomas Rasul Bedono, keinginan itu ditanggapi dengan mengusulkan untuk membangun Sanggar. Hal ini juga ditanggapi baik oleh Bapak Andreas Kasno dengan memberikan izin penggunaan tempat untuk pendirian gubug sanggar. Dalam pembangunan SAS umat wilayah Sadang turut mendukung dengan berbagai hal baik materi maupun tenaga. Dengan kerja sama warga dan umat Sanggar Anak Sadang mampu berdiri. Sanggar dibangun dari bambu dan atapnya dibuat dari daun nipah welit. Pembangunan gubug sanggar dipercayakan kepada Bapak Agustinus Sutiar, Bapak Sukoco, Bapak Tarno, sebagai tukang bangunan dan dibantu umat Wilayah Sadang. Sanggar Anak Sadang merupakan sanggar tertua sulung dari sanggar- sanggar anak yang ada di Paroki St. Thomas Rasul Bedono. Sanggar ini didirikan dengan tujuan untuk menjadi wadah di mana anak-anak Wilayah Sadang diberi ruang untuk mengekspresikan diri lewat berbagai kegiatan-kegiatan yang ada baik kegiatan dusun maupun Gereja. Sanggar SAS menjadi media dan tempat untuk mengumpulkan anak-anak dusun, baik Katolik maupun non Katolik. Di samping sebagai tempat anak untuk mengekspresikan diri lewat kegiatan-kegiatan, Sanggar Anak Sadang juga menjadi wadah bagi orang tua dalam membangun kerja sama dalam mewujudkan kesatuan umat dan warga Dusun Sadang. Dengan Sanggar SAS ini para orang tua diajak untuk berpastisipasi memperhatikan bahwa pendampingan anak sangatlah penting sebagai pembentukan anak menjadi pribadi yang utuh. 2 Kekhasan Sanggar Anak Sadang Kekhasan dari Sanggar Anak Sadang adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan kreativitas hidup baik dalam bernyanyi, bermain musik, menciptakan lagu-lagu rohani, dan gerak lagu. Sanggar Anak Sadang melaksanakan kegiatan lebih ke arah evangelisasi dengan mewartakan Kristus sebagai Allah kepada masyarakat sekitar dan masyarakat luas. Anak-anak dipelihara imannya tetapi sekaligus dilatih untuk menjadi seorang misionaris yang berani membawa nama Yesus Kristus lewat kreativitas hidup yang mereka punya. Alam yang indah yang ada di sekitarnya seperti sungai, pegunungan, perkebunan, dan sawah yang membentang menjadi media pendampingan iman di sanggar ini. Dengan media alam yang ada di sekitarnya, sanggar ini khas dengan jalan salib alam dan kegiatan-kegiatan di alam.

b. Sanggar Anak Pelangi

1 Latar Belakang Berdirinya Sanggar Anak Pelangi Sebelum tahun 2013 di gereja St Thomas Rasul Bedono, kegiatan Pendampingan Iman Anak PIA dilakukan setiap hari Minggu bertempat di belakang gedung gereja. Pendamping PIA dipercayakan kepada anak-anak SMA Sedes Sapientiae Bedono. Anak SMA Sedes sebagian besar adalah pendatang, jadi setiap libur sekolah anak-anak pulang kampung, yang terjadi adalah tidak adanya pendamping PIA yang mengakibatkan pemeliharaan iman anak-anak dalam paroki tidak berjalan dengan baik. Kegiatan PIA dari tahun ke tahun juga bersifat monoton, yaitu seperti kegiatan dalam perayaan paskah, mencari telur paskah pada saat hari raya Paskah dan lomba mewarnai pada saat hari raya Natal. Kegiatan yang terlaksana juga terkesan menjadi kurang menyeluruh, hanya anak yang dekat dengan pusat paroki yang dapat mengikuti PIA. Kegiatan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini memang terasa menyenangkan bagi pendamping, karena menjalankan pendampingan hanya sesuai dengan tradisi saja, tidak pernah mencari cara baru yang lebih kreatif bagi pengembangan iman anak-anak. Kegiatan PIA juga terpusat dari dan untuk siswa SD Kanisius Bedono, karena sebagian anak-anak PIA adalah anak-anak dari SD Kanisius Bedono. Hal ini kadang diabaikan oleh beberapa pendamping, bahwa semua anak berhak mendapatkan pendampingan iman tanpa terkecuali. Seharusnya pendampingan iman anak tidak hanya bagi anak-anak SD, tetapi juga setiap anak berhak mendapatkannya, baik yang SD, SMP, maupun SLTA, tidak menutup kemungkinan juga bagi mereka yang sudah bersekolah di perguruan tinggi. Mereka yang masih disebut anak dalam keluarga, tetap berhak mendapatkan pendampingan. Keprihatinan akan kurangnya pendampingan iman bagi anak-anak ini menggerakkan beberapa umat. Bulan Maret 2013 umat Lingkungan Cicilia Ngangkruk, Paroki St. Thomas Rasul Bedono berinisiatif mengumpulkan anak- anak di sekitar Gracia Lingkungan Gregorius dan Lingkungan Cicilia untuk berkumpul, bermain dan berkreasi bersama setiap hari Jumat pukul 15.00 sampai 17.00. Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 jumlah anak yang hadir hanya 5 orang anak dengan 1 pendamping. Kegiatan berlangsung dengan mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah secara bersama dan belajar berorganisasi dengan cara memilih pengurus PIA waktu itu belum dinamakan sanggar. Pertemuan-pertemuan selanjutnya diisi dengan cerita, jalan-jalan, menyanyi, bermain musik tradisional dan permainan tradisional, dengan harapan melalui pertemuan itu anak memiliki tempat untuk berkumpul saling mengenal satu sama lain dan membentuk paguyuban iman yang jelas. Perkumpulan semakin berkembang dengan kehadiran anak-anak dari lingkungan lain dengan berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda mulai dari usia, sekolah, dan situasi ekonomi. Adanya berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda ini menimbulkan “harmoni yang indah” pada saat kegiatan bersama, baik tertawa, marah, cemberut, usil, bahkan suka diam. Berkumpul menjadi poin yang sangat penting bagi pendampingan iman saat ini. Sebagai tindak lanjut dari poin ini, maka lingkungan Gregorius dan Cicilia membuat wadah dengan inspirasi sanggar sebelumnya Sanggar Anak Sadang, yaitu Sanggar Anak Pelangi. Sekarang kegiatan Sanggar Anak Pelangi semakin berkembang. Sanggar Anak Pelangi berkumpul sebagai paguyuban iman setiap Jumat sore. Selain mengisi kegiatan dengan menyanyi, cerita, bercanda, setiap minggu ketiga Sanggar Anak Pelangi mendapat kesempatan untuk melambungkan pujian bagi Tuhan di gereja dengan menampilkan kreativitasnya setelah penerimaan komuni. Kreativitas yang telah dilakukan oleh anak-anak saat melambungkan pujian di gereja adalah menyanyi dan menari dengan iringan musik. Pemain musik juga berasal dari anak-anak sanggar sendiri, sebagian usia remaja dan sebagian usia anak SD. Sampai tahun 2014 jumlah anggota Sanggar Anak Pelangi mencapai 20- 30 anak. Masih ada beberapa anak yang sampai saat ini juga belum aktif. Pendamping tetap melakukan pendekatan agar anak-anak tetap mau dan punya keinginan untuk bergabung dengan anak-anak yang sudah aktif di Sanggar Anak Pelangi. 2 Kekhasan Sanggar Anak Pelangi Kekhasan Sanggar Anak Pelangi adalah pendampingan iman anak dengan mengembangkan seni suara, musik, seni drama, dan gerak lagu. Sanggar ini berkonsentrasi untuk mengembangkan paguyuban menjadi perkumpulan yang membawa dampak positif bagi Gereja dan masyarakat. Visi dari Sanggar Anak Pelangi adalah “Menjadikan anak berkembang baik dalam iman maupun kemampuan, menurut potensi yang dimilikinya sendiri dengan berpegang teguh akan ajaran Kr istiani Profil Sanggar Pelangi, 2014.” Misi yang dimiliki Sanggar Anak Pelangi adalah: a Menanamkan kecintaan akan ajaran kristiani, b Mengasah kepekaan anak melalui seni dan budaya, c Mengasah kepedulian anak akan alam dan lingkungan sekitar. 3 Proses Kegiatan Sanggar Anak Pelangi Kegiatan sanggar anak dilakukan setiap hari Jumat dengan berbagai jenis kegiatan antara lain mendengarkan cerita rohani dari berbagai pendamping, olah raga tradisional seperti halang rintang dan gobag sodor permainan tradisional Jawa. Selain kegiatan tersebut yang dilakukan di dalam sanggar adalah anak diajak untuk jalan bersama di sekitar kebun kopi menyusur rel kereta api untuk lebih mengenal alam yang mereka tinggali. Jalan bersama di alam ini bertujuan mendidik anak untuk mengenal, mencintai, dan tergerak untuk memelihara lingkungan alam serta bersyukur atas alam yang dianugerahkan kepada manusia. Berbagai kegiatan baik tradisional maupun alam bermaksud supaya anak tidak larut dalam dunia yang modern dengan permainan di dunia internet, tetapi mendidik anak untuk mencintai budaya, mencintai alam dan mencintai seni. Dengan cinta akan budaya, seni, dan alam, maka akan membuat anak dengan sendirinya menggunakan perkembangan zaman seperti internet dengan positif. Kegiatan rutin dalam liturgi yang dilakukan Sanggar Anak Pelangi adalah bernyanyi dan melambungkan pujian setiap minggu ketiga di gereja Paroki Bedono. Pujian-pujian ini dimaksudkan untuk memeriahkan liturgi dan melibatkan anak-anak sebagai anggota Gereja yang pantas diberi ruang. Kegiatan melambungkan pujian ini memberikan daya tarik bagi semua umat untuk senantiasa memperhatikan anak-anak dan memberikan kepercayaan bahwa anak- anak adalah subyek dalam Gereja. Adanya pujian ini juga membuat anak-anak belajar membentuk paguyuban iman yang khas sejak dini. 4 Pelembagaan Kegiatan Sanggar Anak Pelangi Melihat perkembangan anak dalam berkegiatan, orang tua dari anak-anak sanggar bersama Romo Patricius Hartono, Pr., berkumpul bersama merancang kegiatan anak pada tanggal 3 Mei 2013. Romo Patricius Hartono, Pr mengarahkan agar kegiatan anak dilembagakan sehingga ada sinergi yang saling terkait antara orang tua dan anak. 5 Prestasi Sanggar Anak Pelangi Berdirinya Sanggar Anak Pelangi memberikan perkembangan yang utuh bagi anak-anak. Selain iman anak-anak terdampingi, mereka juga mendapat hal- hal baik. Iman yang mereka miliki mampu membuat dirinya berprestasi. Prestasi yang diperoleh merupakan hasil dari perwujudan iman yang selalu mereka ungkapkan dalam setiap kegiatan. Lustrum Gereja St Thomas Rasul Bedono yang pertama menjadi awal prestasi sanggar sebagai paguyuban iman. Pada bulan Juli 2013 Sanggar Anak Pelangi beserta sanggar-sanggar di Paroki Bedono mengikuti Festival Visualisasi Kitab Suci di Wilayah Nawangsari. Sanggar Anak Pelangi mendapat undian bertema “Domba Yang Hilang“. Tema ini oleh sanggar digarap dan ditampilkan dengan parodi yang berjudul : “Wedus Nita Ilang“. Parodi ini kental dengan nuansa Jawa ndesa pedesaan, karena menggunakan bahasa Jawa dengan iringan gamelan. Dengan mengusung parodi ini, Sanggar Anak Pelangi mendapat juara I. Pada bulan Agustus 2013 Sanggar Anak Pelangi menjadi penampil welcome song di acara kenduri slametan gereja dengan lagu Ning Nong Ning Gung dikolaborasi dengan lagu Reog Ponorogo. Pada bulan September 2013 Sanggar Anak Pelangi bersama Sanggar Anak Sadang mengikuti Festival Lagu Gereja di Wilayah St. Theresia Brosot, Paroki St. Yakobus Klodran Bantul. Dalam Festival Lagu Gereja ini Sanggar Anak Pelangi mendapatkan penghargaan Kategori Garapan Terbaik. Pada bulan November 2013 Sanggar Anak Pelangi menutup kegiatan di tahun 2013 dengan berpartisipasi dalam sendratari kolosal Pring Reketeg dengan berperan sebagai anak-anak yang melakukan permainan tradisional. Pada bulan Februari 2014, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Kategori Garapan Terbaik di Festival Kesenian Tradisional dalam rangka ulang tahun gereja St Thomas Rasul Bedono. Pada bulan Agustus 2014 Sanggar Anak Pelangi berpartisipasi dalam sendratari Pring Reketeg versi Mudika di Festival Kesenian Tradisional OMK Rayon Kulon Progo. Pada tanggal 31 Agustus 2014 dalam partisipasinya di Festival Visualisasi Kitab Suci II, Sanggar Anak Pelangi mendapatkan Juara II dengan tema “Gadis Bodoh dan Gadis Bijaksana”. Pada bulan September 2014 bersama Kokerma Semarang, Sanggar Anak Pelangi mengisi acara Misa Novena Kaum Muda di GMKA dengan menampilkan “Wedus Nita Ilang”. Pada bulan September 2014 juga, Sanggar Anak Pelangi bersama dengan panitia pembangunan mencari dana ke Tanah Mas Semarang. Pada bulan Oktober 2014 Sanggar Anak Pelangi mengikuti reog kolosal dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia di Sadang. Pada bulan November - Desember 2014 Sanggar Anak Pelangi berdinamika bersama dengan Mahasiswa KBP Karya Bakti Paroki dari IPPAK Universitas Sanata Dharma. Dinamika dimulai dari mencari dana pembangunan pasturan di Paroki Kristus Raja Ungaran hingga Misa Natal Alam pada tanggal 25 Desember 2014 di Sanggar Anak Sodong. Kegiatan Sanggar Anak Pelangi bulan Desember 2014 ditutup dengan wisata bersama di Pikatan dan Pertapaan Rawaseneng.

c. Sanggar Anak Krajan

1 Latar Belakang Terbentuknya Sanggar Anak Krajan Kegiatan Pendampingan Iman Anak PIA di gereja paroki biasanya dilaksanakan pada saat Perayaan Ekaristi, anak-anak dipisahkan dari orang tua dan ditempatkan di ruangan sendiri supaya anak-anak bisa belajar bersama pendamping. Namun hal ini dirasa kurang mendidik anak-anak untuk belajar merayakan Ekaristi yang benar. Akhirnya, Romo Patricius Hartono, Pr dengan gerakan baru memberikan ruang kepada anak-anak untuk bersama merayakan Ekaristi dan mendapat bagian untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan Ekaristi anak diberikan ruang untuk melambungkan pujian baik nyanyian, musik, dan tarian sesuai dengan kreativitas masing-masing. Mulai saat itu, anak-anak setiap wilayah mendapat giliran tampil dan berkembang menjadi sanggar anak. Proses berkembangnya sanggar juga menggerakkan Lingkungan Krajan untuk menjadi sebuah sanggar anak. Mulai pada saat berkembangnya sanggar anak di Paroki Bedono, Krajan juga mendeklarasikan dirinya menjadi Sanggar Anak Krajan. Sanggar ini diberi nama Sanggar Anak Krajan karena anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan sanggar tidak hanya anak katolik, tetapi juga non-katolik. Sebutan Sanggar Anak Krajan ingin menunjukkan bahwa sanggar ini terbuka untuk setiap anak, tidak hanya bagi anak-anak yang beragama katolik. Tempat anak-anak berlatih pun di lapangan dekat rumah umat dan terkadang di rumah umat yang bersedia. Sanggar Anak Krajan mempunyai misi bahwa sebagai orang Katolik harus bisa hidup bersama dengan umat yang beragama lain. Anak sebagai penerus kehidupan Gereja perlu dilatih sejak dini bagaimana harus berelasi dengan umat yang beragama non-Katolik. 2 Kegiatan Sanggar Anak Krajan Sanggar Anak Krajan mempunyai kegiatan yang menonjol dalam garapan reog anak kreatif. Sanggar Anak Krajan mempunyai anggota terbanyak, sangat kuat mempengaruhi anak-anak kampung non-katolik, dan sering mewakili Paroki tampil dalam karnaval budaya Merti Dusun Lendoh. Sanggar Anak Krajan juga pernah tampil dalam kegiatan peringatan ulang tahun mandirinya Paroki St. Thomas Rasul Bedono. Sanggar Anak Krajan berkumpul secara rutin setiap Sabtu sore pukul 16.00 terutama jika ada jadwal bertugas melambungkan pujian di gereja. Proses kegiatan juga dilakukan di umat Lingkungan Krajan, seringkali bertempat di lapangan dusun Krajan. Pendampingan dilakukan di tempat terbuka tanpa harus malu dilihat banyak warga masyarakat. Pada tanggal 9 Januari 2015 Sanggar Anak Krajan mendapat kesempatan untuk bertugas koor dan mengisi acara di Natalan PT Coca Cola dengan menampilkan warogan dan tarian celengan. 3 Kekhasan Sanggar Anak Krajan Kekhasan Sanggar Anak Krajan adalah pengembangan iman lewat kesenian tradisional, tari-tarian yang ada dalam masyarakat, alat musik gamelan, dan kreativitas membuat perlengkapan tari tradisional. Dasar pendampingan iman adalah mengutamakan sanggar yang kontekstual. Dengan adanya konsep ini Sanggar Anak Krajan berani merangkul anak-anak yang beragama non-kristiani untuk terlibat dalam Gereja.

d. Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari Pasbolo

1 Latar Belakang Berdirinya Sanggar Pasbolo Latar belakang berdirinya Sanggar Anak Pasbolo adalah adanya Festival Kesenian Anak Bedono 2013. Adanya festival ini menggerakkan orang tua untuk membentuk suatu komunitas iman yang memiliki pertemuan secara rutin. Semangat dan ketulusan dari rumah Bapak Sarwono untuk menjadi tempat sanggar berdiri menjadi dasar kelanjutan paguyuban anak. Setelah anak-anak dengan senang hati berkumpul dengan berbagai kegiatan yang ada mulai dari belajar menari tradisional, menyanyi, bermain musik tradisional yang dikemas dalam paguyuban iman, maka pada tanggal 17 Februari 2013 PIA Nawangsari mendeklarasikan dirinya menjadi sebuah sanggar yang bernama Sanggar Anak Paseduluran Bocah Losari PasBoLo. Saat berdiri menjadi sanggar, para pendamping sanggar merasa kesulitan untuk menyediakan tempat karena tempat yang digunakan tidak dapat menampung jumlah anak yang datang. Para pendamping semakin merasa lebih bingung lagi saat anak-anak tidak mau latihan di tempat lain. Mereka diajak latihan di gereja tidak mau, diajak di rumah yang muat untuk menampung semua anak-anak juga tidak mau. Oleh sebab itu sanggar ini membuat sebuah gubug yang sederhana dengan bahan dasar bambu. Gubug ini berdiri atas bantuan seluruh umat Nawangsari dengan menyumbangkan masing-masing bambunya, serta tenaga dan pikiran. Gubug ini selesai dalam waktu satu minggu. Setelah menjadi Sanggar Anak, Pasbolo rutin berlatih setiap hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Minggu. Banyaknya jumlah pertemuan dapat mengubah karakter anak. Anak yang zaman sekarang harus menghadapi keasyikan dengan dirinya sendiri, terancam menjadi anak yang asosial, dengan adanya sanggar ini membuat anak menjadi terlatih dalam hal sosial. Hal ini terbukti jika anak-anak lebih memilih berkumpul dan bertemu temannya daripada harus main play station dan hand phone serta barang-barang modern yang membuat anak asyik dengan dirinya sendiri. Dengan adanya dukungan dari Romo Paroki, sanggar ini semakin berkembang, diimbangi dengan kesempatan tampil mempersembahkan pujian meriah bagi Tuhan setelah komuni, membuat anak-anak lebih percaya diri untuk mengakui dan mewartakan imannya. Dengan adanya harapan dari Romo Paroki untuk membuat setiap penampilan harus berbeda setiap minggunya, membuat sanggar ini semakin kreatif dan semakin banyak inovasi. Sampai pada bulan Januari 2015, ada empat tarian yang dimiliki oleh sanggar Pasbolo, yaitu tari Ala Bare, tari Saman, tari Warog, tari Cublak Cublak Suweng dan sanggar ini kaya akan koleksi lagu serta gerakan, dan kaya akan kreativitas. Alat yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu kentongan, galon air minum, bas dari ban bekas, suling dan terbang. Sanggar ini menggunakan apa yang ada di sekitarnya sebagai media untuk pendampingan iman dan pewartaan iman. 2 Profil Kegiatan Sanggar Pasbolo Sanggar Anak Pasbolo berkumpul sebagai paguyuban iman setiap hari Senin, Kamis, dan Jumat pukul 16.00 dan setiap hari Minggu pukul 11.00. Media pendampingan di Sanggar Pasbolo menggunakan kreativitas seni tari, nyanyian, alat musik tradisional, dan berbagai budaya lokal sebagai pembentukan pribadi anak yang utuh. Di Wilayah Nawangsari hanya ada satu sanggar anak. Hal ini menjadi kekhasan Sanggar Anak Pasbolo karena setiap Perayaan Ekaristi Mingguan selalu mendapat tempat untuk mengekspresikan kreativitasnya bagi kemuliaan Tuhan. Pada tanggal 24 Februari 2013, sanggar anak ini mengikuti Festival Kesenian Anak Sanggar di Paroki Bedono, dan pada bulan September 2013 sanggar anak ini berpartisipasi dalam Festival Visualisasi Kitab Suci. Dalam rangka Hari Pangan Sedunia tahun 2013 di Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo juga berpartisipasi memeriahkan acara ini dengan menampilkan kesenian tradisional berupa reog bersama dengan OMK Paroki Bedono. Dalam even Festival Kesenian Anak 2014, Sanggar Anak Pasbolo berhasil mendapatkan Kategori Kostum Terbaik. Usaha ini dilakukan karena sanggar selalu berkumpul dan belajar bagaimana hidup sebagai paguyuban iman. Dalam rangka Festival Visualisasi Kitab Suci September 2014 Paroki Bedono, Sanggar Anak Pasbolo juga berpartisipasi dan ambil bagian sebagai peserta festival. Bukan hanya kegiatan dalam Gereja saja, Sanggar Anak Pasbolo juga belajar menjadi seorang rasul yang berani mewartakan Yesus di tengah masyarakat luas. Sanggar Anak Pasbolo membuktikan diri dan berani mempersembahkan paguyubannya dalam Pentas Seni HUT RI di Kecamatan Grabag pada tahun 2014. Sebagai paguyuban beriman Katolik, Sanggar Anak Pasbolo telah mampu melayani berbagai kegiatan mulai dari Natal bersama di Hotel Mesa Stilla pada tanggal 14 Desember 2014, Natal bersama Lingkungan Sodong pada tanggal 30 Desember 2014, dan masih banyak pelayanan dan pewartaan yang dilakukan oleh anak-anak dari Sanggar Anak Pasbolo ini. 3 Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo Kekhasan Sanggar Anak Pasbolo menyangkut banyak aspek terlebih pada nilai kearifan lokal, mulai dari kesenian tradisional dengan mendalami tari- tarian tradisional, musik tradisional, seni suara, gerak dan lagu, drama, dan kreativitas pribadi dalam Kitab Suci, sampai pada Ajaran Gereja, Liturgi, Pelayanan, Pewartaan, dan Evangelisasi. Keutamaan yang ditekankan dalam Sanggar Anak Pasbolo adalah pribadi anak yang beriman cerdas, tangguh dan misioner. Dalam kegiatan Sanggar Anak Pasbolo, anak-anak diberikan kebebasan untuk mengasah kreativitas dengan didampingi para pendamping sanggar. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah pentas setiap Perayaan Ekaristi Mingguan di gereja dan berani tampil di depan masyarakat umum dalam kegiatan kemasyarakatan.

e. Sanggar Anak Piningit

1 Latar Belakang Sejarah Sanggar Anak Piningit Sanggar Anak Piningit adalah paguyuban yang beranggotakan anak- anak PIA dan OMK Lingkungan Yusuf dan Yulima. Sebelum membentuk paguyuban sanggar, PIA di dua lingkungan ini kurang terlibat dalam kegiatan PIA Paroki. Melihat kondisi tersebut pendamping mencoba mencari cara untuk menggerakkan seluruh umat khususnya anak usia PIA, PIR, dan OMK. Sanggar Anak Piningit menjadi sanggar karena adanya kesamaan hobi dari beberapa pendamping yaitu bermain musik modern seperti band dan berbagai jenis alat musik serta menyanyi. Pendamping dengan berbagai macam kompetensinya mencoba bergerak untuk membentuk paguyuban dan mendampingi anak-anak di dua lingkungan ini untuk menjadi sanggar anak. Sanggar Anak Piningit terbentuk dengan kekhasan alat musik modern sebagai media pendampingan iman. 2 Kekhasan Sanggar Anak Piningit Kekhasan Sanggar Anak Piningit adalah pengembangan iman anak lewat lagu-lagu rohani, seni musik modern dengan alat-alat yang ada, dan seni suara. Sanggar Anak Piningit melibatkan semua umat di Lingkungan Pingit mulai dari anak-anak, OMK, dan orang tua.

f. Sanggar Anak Sodong

1 Sejarah Berdirinya Sanggar Anak Sodong Proses terbentuknya paguyuban Sanggar Anak Sodong terinspirasi dari beberapa sanggar yang sudah berdiri dan berkembang di beberapa lingkungan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Melihat berbagai keprihatinan akan perkembangan zaman, maka para pendamping anak berpikir bahwa perkembangan dan kebutuhan anak menjadi dasar kehidupan Gereja yang akan datang. Proses terbentuknya Sanggar Anak Sodong dimulai pada tanggal 20 Januari 2014 dengan pembukaan lahan yang dikerjakan oleh umat lingkungan Herman Yosef Sodong. Sanggar ini memiliki cita-cita yaitu membawa anak menuju pada pribadi beriman utuh dengan pendekatan lingkungan hidup. Sanggar Anak Sodong adalah sanggar anak yang istimewa karena pendiriannya diberkati langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Semarang KAS pada tanggal 17 Februari 2014. Berdirinya sanggar merupakan salah satu aksi konkrit Gereja dalam upaya melindungi anak sebagai generasi Gereja dan bangsa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang dapat merusak kehidupan anak di masa yang akan datang. Dalam proses pendampingan pendamping berupaya melengkapi sisi akademik yang sudah diperoleh anak-anak di sekolahnya, bahkan yang menjadi keunggulan dari pendampingan ini adalah pendidikan mental anak, yakni anak semakin tangguh dalam iman dan kepribadian dengan belajar dari kekayaan kebudayaan yang sudah diwariskan oleh para leluhur baik yang terwujud dalam kegiatan kesenian, pertanian dan juga memperhatikan kearifan lokal yang sungguh amat kaya dan sangat membantu perkembangan iman dan kepribadian anak. Dalam proses pendampingan Sanggar Anak Sodong memiliki ciri khas yaitu mendalami iman lewat lingkungan hidup. Lahan pertanian menjadi media pendampingan dan pewartaan iman di sanggar ini. 2 Tujuan Sanggar Anak Sodong Tidak berbeda jauh dari sanggar-sanggar yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, sanggar berdiri sebagai upaya untuk membina bahkan juga membentuk pribadi anak untuk memiliki iman dan kepribadian yang kuat dan utuh. Selain itu, pendamping juga melihat banyak keprihatinan yang terjadi di dalam bidang pendidikan. Berdasarkan keprihatinan itu, maka kegiatan sanggar dilakukan untuk melengkapi sisi akademik dengan mengimplementasikan apa yang dipelajari di sekolah melalui kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan sanggar. Dalam periode sebelumnya sebelum berdirinya sanggar kegiatan anak di lingkungan ini hanya mengandalkan kegiatan PIA atau PIR yang hanya dilakukan satu kali dalam seminggu. Akibatnya, iman dan kepribadian yang hendak dibentuk melalui kegiatan ini kurang maksimal yang membuat anak menjadi kurang mendapat sentuhan dan pada akhirnya banyak anak yang kurang aktif bahkan tidak aktif dalam hidup menggereja. Gereja melalui model sanggar mempunyai cita-cita untuk membangun iman dan kepribadian anak secara utuh. 3 Kegiatan yang Dikembangkan Fokus yang dikembangkan melalui Sanggar Anak Sodong ini adalah perkembangan iman dan kepribadian anak. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan juga berkaitan dengan tujuan tersebut. Dalam bidang iman anak dibawa untuk mencintai iman Katolik dengan mengimplementasikan pada kegiatan- kegiatan yang sifat-sifat dasar manusia seperti bersikap pada lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan bercocok tanam katekese hijau menjadi ciri khas dari Sanggar Anak Sodong. Di samping dari kegiatan bercocok tanam, pendamping mengarahkan mereka untuk mencintai budayanya yang ada di lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kebudayaan masyarakat Dusun Sodong adalah nilai sosial, kesenian tradisional dan religius. Kegiatan lain yang dikembangkan adalah bank anak. Tujuan dari bank anak ini adalah melatih anak sejak dini untuk dapat mengatur keuangan mereka, mengatur bagaimana rezeki yang mereka terima dapat digunakan untuk mengembangkan masyarakat di sekitarnya dengan semangat berbagi. 4 Sistem Pendampingan Manusia diciptakan dengan berbagai talenta yang luar biasa. Dalam diri manusia selalu ada kelebihan-kelebihan yang dapat diberikan kepada sesamanya. Sistem inilah yang digunakan di Sanggar Anak Sodong. Dalam berkegiatan, anak dapat belajar dari siapa pun yang mereka jumpai, baik belajar dalam bidang agama, kesenian, pertanian, keterampilan dan ekonomi serta geografi. Penekanannya adalah belajar tentang kebaikan. Setiap kebaikan pasti mengandung nilai religius yang mendalam dan bermakna. 5 Pengalaman Kegiatan Tahun 2014 dan Tahun 2015 Pada tanggal 12 Januari 2014 Sanggar Anak Sodong pertama kalinya mementaskan wayang sayur di Gereja St. Maria Rosari Sadang dengan format yang masih sederhana dengan tema ”Dapur Ibu Rena”. Pada tanggal 15 Januari 2014 adanya kesepakatan dalam doa lingkungan yaitu keinginan membangun gubuk Sanggar Anak Sodong. Pada tanggal 20 Januari 2014 lahan dibuka dengan gerakan kerja bakti seluruh umat. Pada tanggal 17 Februari 2014 Sanggar Sanak Sodong diberkati oleh Bapa Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta, yang dihadiri kurang lebih 200 orang. Anak sanggar menampilkan wayang sayur di depan Bapa Uskup KAS dengan judul “Sinau Bareng Poro Sayur” Belajar Bersama Sayur. Lalu pada tanggal 23 Februari 2014 Sanggar Anak Sodong mengikuti Festival Kesenian Sanggar Anak Bedono yang diadakan di Gereja Paroki Bedono. Pada tanggal 14 Maret 2014, Sanggar Anak Sodong mengadakan Jalan Salib di lahan pertanian Sodong dilanjutkan tanggal 31 Maret 2014, anak-anak pentas dalam acara menyambut tamu dari desa Brayut, Sleman dengan tema “Sinau Bareng Poro Sayur”. Pada tanggal 6 April 2014 Sanggar Anak Sodong bersama Sanggar Anak Pasbolo diundang untuk memainkan wayang sayur di Paroki Isidorus Sukorejo dalam rangka Pentas Nama Paroki. Pada tanggal 12 April 2014 Sanggar Anak Sodong mengadakan kenduri sanggar anak dengan ujub syukur atas gubuk, tempat untuk berkumpul dan belajar dan syukur atas lahirnya paguyuban. Pada tanggal 14 April 2014 anak-anak memainkan wayang sayur untuk menyambut kunjungan Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang. Pada tanggal 1 Mei 2014 anak-anak megadakan musyawarah seluruh Sanggar Anak Sodong dengan menghasilkan dua kesepakatan yaitu pembentukan pengurus Sanggar Anak Sodong yang dilaksanakan seperti sistem pemilu di Indonesia dan pembentukan Bank Sanggar Anak Sodong. Pada tanggal 10 Mei 2014, Sanggar Anak Sodong berpartisipasi dalam Paskahan Guru Kristiani se- Kecamatan Jambu yang dihadiri oleh Bapa Uskup Johannes Pujasumarto. Pada tanggal 28 Mei 2014 anak-anak outbound di ladang Sodong bersama anak-anak Sahabat Yesus Ungaran, live in pengurus Prokerma Yogyakarta, Solo dan Semarang. Pada tanggal 3 Agutus 2014 Sanggar Anak Sodong berpartisipasi menampilkan wayang sayur di Kapel Santa Anna Nawangsari dalam rangka pesta nama pelindung kapel dengan judul cerita “Misteri Tahu Tempe”. Tanggal 31 Agustus 2014 Sanggar Anak Sodong mengikuti Festival Sanggar Anak Bedono dan berhasil meraih juara ketiga. Tidak hanya kegiatan yang resmi, Sanggar Anak Sodong juga belajar mengelola paguyubannya dengan kegiatan rekreasi bersama di Pikitan Temanggung pada tanggal 14 September 2014. Acaranya sederhana, yaitu berenang bersama. Pada tanggal 8 Oktober 2014 anak-anak belajar membuat bedheng pembatas lahan tanaman dan menanam sayur cabe, tomat, terong, kacang panjang, choe sim, kangkung darat dan bayam. Anak-anak belajar mengukur luas lahan, memupuk dan membuat bedheng. Pada tanggal 24 Okotober 2014 Sanggar Anak Sodong bersama Sanggar Anak Sadang melaksanakan kegiatan “Sanggar Hijau” dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia HPS. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mengajak anak-anak untuk lebih peduli pada kelestarian lingkungan. Pada tanggal 26 Oktober 2014 Sanggar Anak Sodong mengikuti perarakan Pesta Nama Kapel St. Perawan Maria Ratu Rosari Sadang dengan mengarak replika labu dengan ukuran yang cukup besar. Pada tanggal 21 Desember 2014 Sanggar Anak Sodong bersama umat Lingkungan Herman Yosef Sodong belajar lahan di Kalirejo, Kulonprogo. Pada tanggal 30 Desember 2014 Sanggar Anak Sodong memeriahkan Misa dan Perayaan Natal Lingkungan Herman Yosef Sodong. Anak-anak sanggar terlibat dalam perayaan dengan menampilkan Wayang Sayur. Pada tanggal 3 dan 4 Januari 2015 Sanggar Anak Sodong beserta lahan pembelajaran digunakan sebagai tempat temu akbar OMK “BEDOSALUNG”, yaitu pertemuan Orang Muda Katolik dari Paroki Bedono, Salatiga dan Ungaran beserta Mahasiswa Sanata Dharma. 6 Ciri Khas Sanggar Anak Sodong Kekhasan Sanggar Anak Sodong adalah pengembangan iman lewat lingkungan hidup. Anak-anak sebagai pribadi beriman diarahkan untuk mencintai serta menjadikan lingkungan hidup sebagai sahabatnya. Dasar yang dipakai dalam sanggar ini adalah Kitab Kejadian 1 –2:7. Konsentrasi pendampingan iman di sanggar ini lebih pada lingkungan alam dengan mengutamakan pertanian sebagai langkah untuk mendekatkan diri anak kepada alam dan memberikan kebebasan untuk memelihara binatang peliharaan marmut sebagai usaha untuk mencintai kehidupan serta melestarikan kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada manusia. 7 Profil pendamping Pada praktiknya anak-anak dapat belajar dari siapa pun. Namun dalam kepengurusan Sanggar Anak Sodong dikelola oleh Ibu Rena dan Ibu Purwanti. Kedua Ibu sebagai pendamping ini memiliki kesadaran yang tinggi untuk terus memperhatikan anak-anak Sodong melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sanggar. Bekerja dengan dedikasi tinggi membuat anak-anak di Sanggar Anak Sodong begitu bahagia dengan kehadiran pendamping.

g. Sanggar Anak Fransiskus, Ignatius dan Aloysius FransyolaSanggar

Anak Wawar 1 Latar Belakang Sejarah Sanggar Anak Wawar Seiring berkembangnya waktu seperti sanggar-sanggar yang ada di Paroki St. Thomas Rasul Bedono, Sanggar Anak Wawar juga ikut berjuang untuk mengumpulkan anak-anak. Sanggar Anak Wawar berjuang untuk mengajak anak- anak ikut serta ambil bagian dalam pewartaan. Sanggar Anak Wawar berusaha untuk menumbuhkembangkan pendampingan anak secara personal maupun kelompok dengan segala usaha. Pada tahun 2011 kegiatan yang dilaksanakan berupa kegiatan PIA yang biasa dan dilaksanakan pada hari sabtu dengan didampingi oleh siswa-siswi SMA Sedes Sapientiae. Banyak tantangan dan rintangan yang dialami sanggar selama melaksanakan kegiatannya. Pada tahun 2012 kegiatan PIA mengalami kemacetan karena kekurangan tenaga pendamping dan beberapa anak yang pindah tempat tinggal. Kendati demikian Sanggar Anak Wawar tetap bersemangat dalam mengusahakan pendampingan dan pembinaan anak lewat berbagai kegiatan, ikut ambil bagian dalam pewartaan Gereja. Anak-anak mulai berkumpul kembali pada saat mengikuti kegiatan Lustrum Paroki pada tahun 2013. Anak-anak menampilkan drama dan mendapatkan juara. Pada tahun 2015 Sanggar Anak Wawar kembali membangun semangat, dengan mengganti nama sanggar menjadi Fransyola. Fransyola merangkul lingkungan Fransikus, Ignatius dan Alosius. 2 Kekhasan Sanggar Anak Wawar Sanggar Anak Fransyola memiliki kekhasan dalam bidang seni drama. Sanggar ini merupakan sanggar yang penuh perjuangan dalam proses berdirinya. Sanggar ini memiliki pendamping yang khas yaitu dari guru dan siswa SMA Sedes Bedono. 3 Pengalaman Kegiatan Paroki Sanggar Anak Fransyola pernah berpartisipasi dalam Lustrum Paroki Bedono. Sanggar Anak Fransyola pada saat itu menampilkan pertunjukan drama. Prestasi yang diperoleh oleh Sanggar Anak Fransyola adalah Juara III Festival Visualisasi Kitab Suci di Kapel St. Anna Nawangsari.

h. Sanggar Anak Bocah Dlimas Sanak Bomas

Sanggar Anak Bocah Dlimas adalah sanggar anak yang berdiri di dusun kecil yang bernama dusun Dlimas. Latar belakang Sanggar Anak Bomas adalah kegiatan Festival Kesenian Sanggar Anak Bedono tahun 2015. Sanggar ini merupakan sanggar paling muda di antara sanggar-sanggar anak yang lain. Keberadaan Sangga Anak Bomas memberikan warna tersendiri bagi Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Sanggar Anak Bomas unik dengan kegiatan tradisi gerejani yakni doa rosario, doa novena, dan berbagai macam doa dengan mengikuti kalender liturgi Gereja. Sanggar Anak Bomas juga unik dengan teater dengan bahasa Jawa. Cerita yang diangkat selalu berwawasan tentang Kitab Suci, cerita rakyat, dan cerita pengalaman hidup seperti pada teknik naratif eksperiensial. Cerita itu dibuat teater dengan bahasa Jawa menarik dengan berbagai iringan alat musik tradisional.

4. Nilai-Nilai yang Diperjuangkan

a. Pengembangan Paguyuban Iman

Nilai yang diperjuangkan oleh sanggar anak adalah berlatih untuk hidup menjemaat dengan umat. Pembinaan iman juga mengantar orang untuk masuk dalam kehidupan umat serta seterusnya. Anak perlu sejak awal merasakan bahwa mereka merupakan bagian dari umat. Iman mereka merupakan bagian dari iman seluruh umat beriman. Mereka mengalami bahwa mereka bukan hanya obyek, tetapi juga subyek dalam kehidupan umat Nota Pastoral, 2008: 30. Sanggar anak menjadi tempat di mana anak berlatih untuk hidup bersama dengan anak yang seiman, berlatih menjadi pribadi yang sosial dengan komunitas yang ada, dengan begitu anak menjadi pribadi yang tangguh dalam komunio Gereja.

b. Toleransi Agama

Keterlibatan anak dalam masyarakat plural memberikan ketangguhan dan jiwa sosial anak sanggar. Sanggar menjadi bagian dalam masyarakat berjuang untuk menjadi pribadi yang berpengaruh dalam masyarakat. Banyak kasus yang telah terjadi bahwa sanggar anak menjadi bagian dari masyarakat dengan diundangnya sebagai pengisi acara dalam merti dusun, HUT RI, Idul Fitri, dan acara-acara yang lain. Sanggar anak menjadi salah satu wujud dari Nota Pastoral 2008, bagaimana paguyuban anak ini menjadi tempat keterlibatan dalam upaya Gereja untuk berdialog dengan mereka yang berkeyakinan lain. Paguyuban iman anak Sanggar Anak Bedono dapat berjejaring dengan paguyuban-paguyuban serupa baik yang berasal dari Gereja-Gereja Kristen lain maupun dari agama-agama lain. Melalui perjumpaan semacam itulah, anak terlibat dalam pembangunan umat yang terbuka terhadap umat beriman lain 2008: 38.

c. Ekologi

Upaya untuk mengikuti Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah terkait pula dengan upaya melestarikan keutuhan ciptaan. Alam semesta yang diciptakan baik oleh Allah rusak oleh keserakahan manusia. Bila dosa manusia merupakan akar dari kehancuran ciptaan, maka penebusan manusia dari kuasa dosa juga menjadi pemulihan keutuhan ciptaan. Manusia yang dipulihkan martabatnya sebagai “gambaran dan rupa Allah” Kej. 1: 27, bertugas menghadirkan kembali penyelenggaraan Allah atas keutuhan ciptaan Nota Pastoral KAS, 2008: 42. Sejak awal anak dapat dilibatkan dalam upaya melestarikan keutuhan ciptaan. Keterlibatan ini dapat diwujudkan dengan memperkenalkan anak pada bahaya pemanasan global dan perlunya menjaga keutuhan ciptaan, maupun dengan mengajak anak melakukan karya konkrit seperti menanam pohon untuk menghijaukan lahan yang gersang, tidak membuang sampah sembarangan, maupun berhemat dalam penggunaan air. Melalui keterlibatan kecil itulah, anak dilibatkan dalam upaya Gereja menampilkan Kerajaan Allah dengan melestarikan keutuhan ciptaan Nota Pastoral KAS, 2008: 43.

d. Penguatan Seni Budaya Lokal

Sanggar sebagai paguyuban menjadi contoh yang baik untuk penguatan seni budaya lokal. Pendampingan dan pewartaan dilakukan oleh komunitas ini dengan cara menggunakan apa yang ada di sekitarnya. Konsep penggunaan apa yang ada di sekitarnya ini juga mencakup seni budaya lokal. Dengan prinsip lokalitas, maka seni budaya semakin diperkuat dengan kehadiran sanggar anak sebagai paguyuban iman yang melestarikan budaya lokal.

e. Tanggung Jawab sebagai Anggota Gereja

Sesuai dengan Nota Pastoral KAS tahun 2008, paguyuban anak baik jika dilibatkan dalam kegiatan menggereja secara umum. Keikutsertaan anak dalam kehidupan umat ini dapat dimulai dari keterlibatan di lingkungan maupun dalam perayaan liturgi Gereja, seperti ambil bagian sebagai putra-putri altar, lektor, anggota koor, pembawa persembahan, dan petugas lainnya 2008: 30. Berdasarkan Nota Pastoral KAS tersebut sanggar anak di Paroki Bedono mencoba untuk melibatkan sanggar dalam kegiatan liturgi dengan menjadwal tugas koor, lektor, mazmur, dirigen, misdinar, dan petugas yang lain. Anak juga diberikan kesempatan untuk mengisi acara di berbagai kegiatan umat. Kegiatan liturgi yang diikuti juga tidak hanya terbatas dalam lingkungan atau wilayahnya saja tetapi sanggar juga mendapatkan kesempatan untuk bertukar tempat dalam melambungkan pujian. Paroki juga memberikan kesempatan yang lebih luas lagi dengan membawa sanggar-sanggar secara bergantian untuk terlibat dalam liturgi di luar Paroki Bedono.

f. Identitas Iman

Sanggar Anak Bedono sebagai paguyuban bagi anak-anak memberikan dampak yang positif. Anak menjadi tangguh dalam iman Katolik dan merasa bangga menjadi orang yang beriman Katolik. Sanggar anak juga membawa anak- anak pada penghayatan misteri kehadiran Kristus secara lebih mendalam lewat kegiatan yang kreatif dan berbeda.

g. Fleksibilitas Sanggar

Sanggar anak sebagai paguyuban juga menjadi sebuah trobosan baru bagi proses pendampingan iman. Paguyuban yang selalu mengembangkan dirinya sebagai komunitas Katolik sekaligus juga dapat menjadi media pewartaan bagi Gereja untuk memberitahukan kepada seluruh dunia jika Kristus adalah penyelamat. Sanggar sebagai paguyuban umat beriman juga bisa menjadi paguyuban milik masyarakat di mana sanggar berdiri.

E. Sanggar Anak Bedono sebagai Alternatif Pendampingan Iman Anak

Sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul merupakan sebuah alternatif yang dapat digunakan sebagai Pendampingan Iman Anak. Dalam kerangka ini Sanggar Anak Bedono menjadi salah satu aktualisasi dari surat gembala Benediktus XVI dalam rangka menyambut Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke- 43 yang menyatakan: “Pada awal kehidupan Gereja para Rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus Kristus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Dengan demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia kalau teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna”. Paus menyampaikan pesan bahwa evangelisasi akan menjadi hidup jika melalui kebudayaan dari bangsa-bangsa dimana Injil itu diwartakan. Sanggar anak sebagai usaha merangkul kembali kebudayaan sekitar dan terbiasa menggunakan alat yang ada untuk menjadi media pewartaan bagi anak-anak dan bagi masyarakat luas. Sanggar anak menjadi pendampingan iman yang kontekstual sebagai langkah nyata Gereja bagi anak-anak. Pusat kegiatan sanggar pun di tengah masyarakat majemuk. Benedictus XVI dalam buku Iswarahadi 2013: 89 mengatakan bahwa tantangan pendidikan iman adalah anak-anak dan orang muda. Benedictus XVI mengatakan bahwa generasi masa depan adalah generasi digital. Generasi anak- anak zaman sekarang akan menjadi generasi digital, maka dari itu anak membutuhkan pendampingan yang ekstra untuk mencapai pribadi yang utuh. Pendampingan tidak hanya bersifat abstrak tetapi lebih pada praktik yang membuat anak mampu mengalami dan merasakan bagaimana kehidupan di zaman digital. Kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Anak Bedono lebih bersifat praktik sebagai latihan rohani. Banyak juga kegiatan yang orang banyak bilang sebagai kegiatan profan. Tetapi dalam proses pendampingan anak-anak diarahkan untuk mengenali kegiatan dan belajar memiliki sikap kritis terhadap berbagai gerakan nabi-nabi palsu yang dapat menggoyahkan hidup rohaninya. Pernyataan ini juga didukung dengan pernyataan dari Iswarahadi dalam bukunya yang berjudul Media Pewartaan Iman bahwa lebih baik anak-anak dikenalkan pada gerakan roh, gerakan nabi-nabi palsu yang ada dalam media-media karena dengan begitu anak-anak telah melatih hidup rohaninya daripada hanya menyampaikan rumusan-rumusanajaran saleh 2013: 101. Pendidikan Iman Anak melalui sanggar anak menjadi salah satu wujud pewartaan Gereja yang nyata. Pusat kegiatan bukan lagi di gedung paroki, melainkan ada dalam bagian dari masyarakat luas. Pernyataan ini menjadi aktualisasi dari Paus Fransiskus dalam surat gembala Hari Komunikasi Sosial se- Dunia ke-48 demikian, “Kita dipanggil untuk menunjukkan bahwa Gereja adalah rumah semua orang. Apakah kita mampu menayangkan gambaran dari sebuah Gereja demikian? Komunikasi adalah suatu sarana untuk mengungkapkan panggilan misioner dari seluruh Gereja; dewasa ini jejaring sosial adalah salah satu jalan untuk mengalami panggilan ini guna menemukan kembali keindahan dari iman, kecantikan perjumpaan dengan Kristus. Dalam lingkup komunikasi juga, kita perlu sebuah Gereja yang mampu membawa kehangatan dan menggerakkan hati.” Sanggar anak menjadi salah satu alternatif pemeliharaan iman anak sekaligus anak menjadi pelaku utama yang berani mewartakan misi Gereja. Dengan pelaku anak-anak semua orang tidak akan ada yang berani melarang dan berusaha melawan kegiatan mereka karena dalam konsep masyarakat anak-anak merupakan harta yang harus dilindungi oleh semua orang. 70

BAB III PERANAN SANGGAR ANAK

SEBAGAI ALTERNATIF PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO Pada bab III penulis memaparkan metodologi penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, variabel penelitian, hasil dan pembahasan penelitian, rangkuman hasil penelitian dan refleksi terhadap hasil penelitian. Hal ini diperlukan supaya instrumen valid dan data yang didapat akurat serta terpercaya.

A. Latar Belakang Penelitian

Perbedaan agama, perbedaan ekonomi, perbedaan pandangan, menjadi salah satu kekawatiran tentang pribadi anak di masa depan jika anak hanya dididik dengan alat yang canggih yang tersedia di zaman digital ini tanpa diajarkan untuk membangun komunitas baik dalam iman maupun masyarakat luas. Berbagai upaya dilakukan oleh banyak umat di paroki-paroki untuk mengantisipasi hal tersebut. Hasil pengamatan penulis di beberapa paroki faktanya masih ada yang mendidik anak dengan model Sekolah Minggu pada waktu perayaan Ekaristi berlangsung. Penulis berpendapat bahwa keadaan ini membuat anak semakin terpisah dengan makna perayaan Ekaristi di mana Yesus secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Anak akan merasa asing dengan perayaan Ekaristi. Model seperti ini juga pernah digunakan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebelum sanggar anak berdiri. Semakin hari dirasakan model Sekolah Minggu yang berlangsung saat perayaan Ekaristi dapat menyingkirkan anak dari Gereja, padahal diketahui jika anak- anaklah “empunya Kerajaan Allah” lih Mrk 10:14. Sanggar anak merupakan wujud kegiatan dari Paroki Santo Thomas Rasul Bedono untuk membawa anak-anak kembali ke dalam perayaan Ekaristi. Sanggar anak juga menjadi wadah pengembangan iman yang kontekstual dalam paroki. Pada saat perayaan Ekaristi anak-anak diberikan tempat dalam liturgi untuk melambungkan pujiannya. Peranan anak menjadi sangat penting dalam perayaan Ekaristi. Anak menjadi bagian utuh dari umat dan anak menjadi wajah kegembiraan Gereja. Sanggar anak menjadi model yang digunakan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono sebagai bentuk kegiatan pastoral dalam pendampingan iman anak. Oleh sebab itu penulis tergerak untuk meneliti peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. 2. Untuk mengetahui peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penggunaan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak.

0 4 153

Kreativitas pendamping dalam pendampingan iman anak di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan Yogyakarta.

0 3 139

Pengaruh pendampingan iman anak terhadap keterlibatan putra-putri altar di Paroki Marganingsih Kalasan.

1 5 165

Katekese hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam upaya menjaga keutuhan alam ciptaan di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang.

0 8 161

Manfaat metode bercerita dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 9 175

Peranan pendampingan persiapan baptisan bayi/anak sebagai upaya membina kesadaran orang tua dalam pendidikan iman anak di Paroki St. Aloysius Gonzaga Mlati - USD Repository

0 0 122

Upaya meningkatkan pelaksanaan peranan orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga di Kring Santo Yohanes Paroki Santo Mikael Gombong Keuskupan Purwokerto - USD Repository

0 1 134

PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kek

0 2 177

PERANAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK (PIA) DI LINGKUNGAN SANTO AGUSTINUS GANCAHAN I PAROKI SANTA MARIA ASSUMPTA GAMPING YOGYAKARTA SKRIPSI

0 4 321

Upaya meningkatkan peranan orang tua sebagai pendidik iman anak melalui katekese di Stasi Santo Mikael Poncowati Paroki Santa Lidwina Bandar Jaya Lampung Tengah - USD Repository

0 4 141